Pendahuluan
1. Pengertian Kepemimpinan
Bebagai pendapat dan definisi kepemimpinan muncul, sesuai dengan dari segi
apa orang memandang segi kepemimpinan tersebut. Kepemimpinan dapat diartikan
sebagai sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola
interaksi, hubungan kerja sama antar peran, kedudukan dari suatu jabatan
administrative, dan presepsi lain-lain tentang legitimasi pengaruh
(Wahjosumijo, 1999). Menurut Richad Hull (1999:135), Kepemipinan adalah
kemapuan mempengaruhi pendapat, sikap dan perilaku orang lain.
Kepemimpinan seseorang berperan berbagai pengerak dalam proses kerja sama
antara manusia dalam organisasi termasuk sekolah. Untuk
lebih jelas di bawah ini akan diuraikan mengenai pengertian tentang
kepemimpinan. Menurut Paul Heresay dan Keneth H. Blanchard yand dikutip oleh
Pandji Anoragan dalam bukunya Perilaku Keorganisasian, pemimpin adalah orang
yang dapat mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk
mencapai tujuan dalam situasi tertentu “(Pandji Anoraga, 1995:186). Menurut
Martin J. Gannon, sebagaimana dikutip oleh Pandji Anoraga, pemimpin adalah
seorang atasan yang mempengaruhi perilaku bawahannya” Sedangkan menurut Kartini
Kartono (1998:84), pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus dengan
atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya,
untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian saran-saran tertentu.”
Dari definisi di atas jelas bahwa, seorang pemimpin adalah orang yang
memiliki posisi tertentu dalam hirarki organisasi. Ia harus membuat
perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan serta keputusan efektif. Pemimpin
selalu melibatkan orang lain, Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dimana ada
pemimpin maka disana ada pengikut yang harus dapat mempengaruhi bawahannya
untuk mencapai tujuan. Jadi kepemimpinan itu akan terjadi dalam situasi
tertentu seseorang mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan seseorang
berperan sebagai penggerak dalam proses kerja sama antar manusia dalam
organisasi termasuk sekolah. Berdasarkan pemikiran ini, maka harus dibedakan
antara kepemimpinan dan manajemen. R.D. Agarwal sebagaimana dikutip Pandji
Anoraga (1995:186)mengatakan bahwa kepemimpinan adalah “seni mempengaruhi orang
lain untuk mengarahkan kemauan mereka”. Kemampuan dan usaha untuk mencapai
tujuan pemimpin. Kepemimpinan menurut Hall digambarkan seperti suatu pemecahan
yang sangat mudah terhadap gejala masalah dalam berorganisasi. Dengan kata lain
tujuan kepemimpinan adalah mempengaruhi organisasi lain, dalam hal ini karyawan
atau bawahan untuk mencapai misi perusahaan atau organisasi.
Kemampauan untuk mempengaruhi orang lain merupakan inti dari kepemimpinan
sedang untuk mempengaruhi orang lain, pemimpin perlu mengetahui beberapa
strategi antara lain : (a) Menggunakan fakta dan data untuk mengemukakan dan
alasan yang logis, (b) Besikap bersahabat dan mendukung upaya yang ada dalam
perusahaan, (c) Memobilisasi atau mengaktifkan orng lain untuk melaksanakan
pekerjaan, (d) melakukan negosiasi, (e) Menggunakan pendekatan langsung dan
kalau terpaksa menggunakan kedudukan lebih tinggi dalam organisasi, dan (f)
memberikan sanksi dan hukuman terhadap perilaku yang menyimpang. Sehubungan
dengan yang telah diuraikan di atas jelas bahwa, kemampuan meminpin dan
ketaatan pada pemimpin lebih banyak didasarkan pada gaya kepemimpinan yang
ditunjukkan kepada pemimpin itu sendiri.
Agar tidak terdapat kesalahpahaman dalam membicarakan tentang kepemimpinan, maka tidak dapat dilepas dari perilaku dan gaya kepemimpinan, ini merupakan
suplemen untuk melihat hakikat kepemimpinan itu sendiri; dimana dalam
penelitian ini akan mengulas tentang kepemimpinan kepala sekolah. Dengan
mengetahui perilaku dan gaya kepemimpinan kepala sekolah. Dengan mengetahui
perilaku dan gaya kepemimpinan kepala sekolah akan dapat diuraikan tentang
hakikat kepemimpinan kepala sekolah. Pada dasarnya para pemimpin menerapkan
“pertama, otokratis (otoriter) adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentuakan dengan cara
segala kegiatan yang akan dilakukan diputuskan oleh pemimpin semata-mata. Atau
dengan kata lain pemimpin-pemimpin yang menganggap dirinya sebagai satu-satunya
pemberi perintah dan mengharuskan orang lain mematuhinya. Berdasarkan uraian
diatas jelas bahwa, ciri kepemimpinan gaya otoriter tersebut adalah memberikan
instruksi secara pasti, menuntut kerelaan, menekan pelaksanaan tugas, melakukan
pengawasan tertutup, bawahan tidak dapat mempengaruhi keputusan pemimpin,
bawahan tidak memberikan saran.
Pembahasan
Gaya
Kepemimpinan Transformational Leadership
Seseorang dengan gaya kepemimpinan ini adalah seorang
pemimpin nyata yang menginspirasi timnya secara konstan dengan visi masa depan
bersama. Mereka tidak serta merta memimpin di depan, karena mereka cenderung
mendelegasikan kewajiban pada tim. Walaupun antusiasme mereka seringkali
menular, mereka umumnya butuh dukungan dari “orang-orang detil”. Di banyak
organisasi, baik kepemimpinan transaksional maupun transformasional sama-sama
dibutuhkan. Pemimpin transaksional memastikan pemimpin dan manajer bahwa
pekerjaan rutin dikerjakan dengan handal, sedangkan pemimpin transformasional
mencari inisiatif bernilai tambah. Gaya kepemimpinan transformasional
adalah gaya kepemimpinan dominant yang diajarkan dalam :program kepemimpinan
”Bagaimana Memimpin: Menemukan Pemimpin dalam Diri Anda.” , walaupun kami juga
merekomendasikan untuk menggunakan gaya kepemimpinan yang lain berdasarkan
tuntutan situasi.
Gaya
Kepemimpinan Kepemimpinan Transaksional
Gaya kepemimpinan ini dimulai dari pemikiran bahwa anggota
tim setuju untuk mengikuti pemimpin mereka dengan total ketika mereka melakukan
pekerjaan: transaksinya umumnya adalah perusahaan memberikan imbalan pada
anggota tim atas upaya dan ketaatan mereka. Anda memiliki hak untuk “menghukum”
anggota tim bila pekerjaan mereka tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Anggota tim hanya bisa sedikit memperbaiki kepuasan kerja dibawah
kepemimpinan transaksional. Pemimpin dapat memberikan anggota tim beberapa
kendali atas pendapatan/imbalan mereka dengan menggunakan insentif yang
mendorong standar lebih tinggi yang mendorong standar yang lebih tinggi atau
produktifitas yang lebih besar. Alternatifnya seorang pemimpin transaksional
bisa mempraktekkan “manajemen berdasarkan pengecualian.” Di mana ketimbang
memberi imbalan atas pekerjaan yang dilakukan lebih baik, ia bisa melakukan
langkah perbaikan jika standar yang diminta tidak dipenuhi. Kepemimpinan
transaksional sebenarnya adalah cara mengelola gaya kepemimpinan yang
sebenarnya ketika fokusnya adalah pada tugas jangka pendek. Kepemimpinan ini
memiliki keterbatasan serius bagi pekerjaan yang berbasis pengetahuan atau
kreatif, tetapi tetap merupakan gaya yang biasa dalam banyak perusahaan.
Gaya
Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan
visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja
dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan
cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan
visi yang jelas. Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi tertentu.
Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana
dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:
Ø Seorang
pemimpin visioner harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif
dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan
pemimpin untukmengh asilkan“guidance, encouragement, and motivation.”
Ø Seorang
pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan
bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang
plaing penting, dapat "relate skillfully" dengan orang-orang kunci di
luar organisasi, namun memainkan peran penting terhadap organisasi (investor,
dan pelanggan).
Ø Seorang
pemimpin harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek
organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus
terlibat dalam organisasi untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan
pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa
depan (successfully achieved vision).
Ø Seorang
pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan "ceruk" untuk
mengantisipasi masa depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang
berdasarkan atas kemampuan data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen,
teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber
daya organisasi guna memperiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan
perubahan ini.
Kepemimpinan visioner, adalah pola
kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu
dilakukan bersama-sama oleh para anggota perusahaan dengan cara
memberi arahan dan makna pada kerja
dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas (Diana Kartanegara, 2003).
Kepemimpinan Visioner memerlukan
kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat
kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu:
Ø Seorang pemimpin visioner harus
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan
karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk
menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
Ø Seorang pemimpin visioner harus
memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas
segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing penting, dapat “relate
skillfully” dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun memainkan
peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan).
Ø Seorang pemimpin harus memegang
peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur,
produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi
untuk menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan
mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully
achieved vision).
Ø Seorang pemimpin visioner harus
memiliki atau mengembangkan “ceruk” untuk mengantisipasi masa depan. Ceruk
ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan
data untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain
sebagainya. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna
memperiapkan diri menghadapi kemunculan kebutuhan dan perubahan ini.
Barbara Brown mengajukan 10
kompetensi yang harus dimiliki oleh pemimpin visioner, yaitu:
Visualizing. Pemimpin visioner mempunyai
gambaran yang jelas tentang apa yang hendak dicapai dan mempunyai gambaran yang
jelas kapan hal itu akan dapat dicapai.
Futuristic
Thinking. Pemimpin
visioner tidak hanya memikirkan di mana posisi bisnis pada saat ini, tetapi
lebih memikirkan di mana posisi yang diinginkan pada masa yang akan datang.
Showing
Foresight. Pemimpin
visioner adalah perencana yang dapat memperkirakan masa depan. Dalam membuat
rencana tidak hanya mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi
mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi dan faktor lain yang mungkin
dapat mempengaruhi rencana.
Proactive
Planning. Pemimpin
visioner menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk mencapai sasaran
tersebut. Pemimpin visioner mampu mengantisipasi atau mempertimbangkan
rintangan potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk menanggulangi
rintangan itu
Creative
Thinking. Dalam
menghadapi tantangan pemimpin visioner berusaha mencari alternatif jalan keluar
yang baru dengan memperhatikan isu, peluang dan masalah. Pemimpin visioner akan
berkata “If it ain’t broke, BREAK IT!”.
Taking
Risks.
Pemimpin visioner berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan sebagai
peluang bukan kemunduran.
Process
alignment. Pemimpin
visioner mengetahui bagaimana cara menghubungkan sasaran dirinya dengan sasaran
organisasi. Ia dapat dengan segera menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap
departemen pada seluruh organisasi.
Coalition
building. Pemimpin
visioner menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasara dirinya, dia harus
menciptakan hubungan yang harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi. Dia
aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan berbagai macam individu,
departemen dan golongan tertentu.
Continuous
Learning. Pemimpin
visioner harus mampu dengan teratur mengambil bagian dalam pelatihan dan
berbagai jenis pengembanganlainnya, baik di dalam maupun di luar organisasi.
Pemimpin visioner mampu menguji setiap interaksi, negatif atau positif,
sehingga mampu mempelajari situasi. Pemimpin visioner mampu mengejar peluang
untuk bekerjasama dan mengambil bagian dalam proyek yang dapat memperluas
pengetahuan, memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan imajinasi.
Embracing
Change. Pemimpin
visioner mengetahui bahwa perubahan adalah suatu bagian yang penting bagi
pertumbuhan dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan yang tidak diinginkan
atau tidak diantisipasi, pemimpin visioner dengan aktif menyelidiki jalan
yang dapat memberikan manfaat pada perubahan tersebut.
Burt Nanus (1992), mengungkapkan ada empat peran yang
harus dimainkan oleh pemimpin visioner dalam melaksanakan
kepemimpinannya, yaitu:
- Peran penentu arah (direction setter). Peran ini merupakan peran di mana seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan, dan melibatkan orang-orang dari “get-go.” Hal ini bagi para ahli dalam studi dan praktek kepemimpinan merupakan esensi dari kepemimpinan. Sebagai penentu arah, seorang pemimpin menyampaikan visi, mengkomunikasikannya, memotivasi pekerja dan rekan, serta meyakinkan orang bahwa apa yang dilakukan merupakan hal yang benar, dan mendukung partisipasi pada seluruh tingkat dan pada seluruh tahap usaha menuju masa depan.
- Agen perubahan (agent of change). Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang pemimpin visioner. Dalam konteks perubahan, lingkungan eksternal adalah pusat. Ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan politis terjadi secara terus-menerus, beberapa berlangsung secara dramatis dan yang lainnya berlangsung dengan perlahan. Tentu saja, kebutuhan pelanggan dan pilihan berubah sebagaimana halnya perubahan keinginan para stakeholders. Para pemimpin yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan ini dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Hal ini menjamin bahwa pemimpin disediakan untuk seluruh situasi atau peristiwa-peristiwa yang dapat mengancam kesuksesan organisasi saat ini, dan yang paling penting masa depan. Akhirnya, fleksibilitas dan resiko yang dihitung pengambilan adalah juga penting lingkungan yang berubah.
- Juru bicara (spokesperson). Memperoleh “pesan” ke luar, dan juga berbicara, boleh dikatakan merupakan suatu bagian penting dari memimpikan masa depan suatu organisasi. Seorang pemimpin efektif adalah juga seseorang yang mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi-secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus “bermanfaat, menarik, dan menumbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi.”
- Pelatih (coach). Pemimpin visioner yang efektif harus menjadi pelatih yang baik. Dengan ini berarti bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kerjasama kelompok untuk mencapai visi yang dinyatakan. Seorang pemimpin mengoptimalkan kemampuan seluruh “pemain” untuk bekerja sama, mengkoordinir aktivitas atau usaha mereka, ke arah “pencapaian kemenangan,” atau menuju pencapaian suatu visi organisasi. Pemimpin, sebagai pelatih, menjaga pekerja untuk memusatkan pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan, dan membangun kepercayaan di antara pemain yang penting bagi organisasi dan visinya untuk masa depan. Dalam beberapa kasus, hal tersebut dapat dibantah bahwa pemimpin sebagai pelatih, lebih tepat untuk ditunjuk sebagai “player-coach.”
Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe
kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan
kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
Tipe
Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan
paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan
sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia
yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka
bersikap terlalu melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengambil keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan
atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk
mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri, (6) selalu
bersikap maha tahu dan maha benar. Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik
tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah
dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau
terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih
lebihan.
Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe
kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak
menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan
seringkali kurang bijaksana, (2) menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3)
sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran
yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari
bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan
dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
Tipe
Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan
otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan
dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai
pemain tunggal, (3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan
kebijakan selalu ditetapkan sendiri, (5) bawahan tidak pernah diberi informasi
yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan, (6) semua
pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan
pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut,
(9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10)
pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe
kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya
dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi
sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab
harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai
simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa
mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu
menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya
diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh
karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan
populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan
jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan
tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari
teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe
kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para
pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan
pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi
terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Tipe Paternalistik
Tipe pemimpin paternalistik hanya
terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya
dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat tradisional ialah rasa
hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota masyarakat kepada orang
tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai
tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat, para ulama dan
guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
Tipe
pemimpin otokratis
Tipe
pemimpin ini menganggap bahwa pemimpin adalah merupakan suatu hak. Ciri-ciri
pemimpin tipe ini adalah sebagai berikut :
v Menganggap bahwa organisasi adalah
milik pribadi
v Mengidentikkan tujuan pribadi dengan
tujuan organisasi.
v Menganggap bahwa bawahan adalah
sebagai alat semata-mata
v Tidak mau menerima kritik, saran dan
pendapat dari orang lain karena dia menganggap dialah yang paling benar.
v Selalu bergantung pada kekuasaan
formal.
v Dalam menggerakkan bawahan sering
mempergunakan pendekatan (Approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.
Dari
sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe mimpinan otokratis tersebut di atas dapat
diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak dari manusia, karena tipe ini
tidak dapat dipakai dalam organisasi modern.
Tipe
kepemimpinan militeristis
Perlu diparhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud
dengan seorang pemimpin tipe militeristis tidak sama dengan pemimpin-pemimpin
dalam organisasi militer. Artinya tidak semua pemimpin dalam militer adalah
bertipe militeristis.
Seorang pemimpin yang bertipe
militeristis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
ü Dalam menggerakkan bawahan untuk
yang telah ditetapkan, perintah mencapai tujuan digunakan sebagai alat utama.
ü Dalam menggerakkan bawahan sangat
suka menggunakan pangkat dan jabatannya.
ü Sonang kepada formalitas yang
berlebihan.
ü Menuntut disiplin yang tinggi dan
kepatuhan mutlak dari bawahan.
ü Tidak mau menerima kritik dari
bawahan.
ü Menggemari upacara-upacara untuk
berbagai keadaan.
Dari sifat-sifat yang dimiliki oleh tipe pemimpin militeristis
jelaslah bahwa ripe pemimpin seperti ini bukan merupakan pemimpin yang ideal.
Tipe
pemimpin paternalistis
Tipe kepemimpinan fathornalistis, mempunyai ciri tertentu
yaitu bersifat fathernal atau kepakan.ke Pemimpin seperti ini menggunakan
pengaruh yang sifat kebapaan dalam menggerakkan bawahan mencapai tujuan.
Kadang-kadang pendekatan yang dilakukan sifat terlalu sentimentil. Sifat-sifat
umum dari tipe pemimpin paternalistis dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Menganggap bawahannya sebagai
manusia yang tidak dewasa.
b. Bersikap terlalu melindungi bawahan.
c. Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya untuk mengambil keputusan. Karena itu jarang dan pelimpahan
wewenang.
d. Jarang memberikan kesempatan kepada
bawahannya tuk mengembangkan inisyatif daya kreasi.
e. Sering menganggap dirinya maha tau.
Kesimpulan
Kepemimpinan
merupakan proses yang harus ada dan perlu diadakan dalam kehidupan manusia
selaku makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup bermasyarakat sesuai kodratnya
bila mereka melepaskan diri dari ketergantungannya pada orang lain. Hidup
bermasyarakat memerlukan pemimpin dan kepemimpinan. Kepemimpinan dapat
menentukan arah atau tujuan yang dikehendaki, dan dengan cara bagaimana arah
atau tujuan tersebut dapat dicapai. Kepemimpinan adalah kemampuan berupa ketrampilan,
skill (kecakapan), performa, dan pengalaman manajerial dan administrasi yang
dimiliki seorang pemimpin dalam satu organisasi untuk mempengaruhi orang-orang
agar dapat bekerjasama secara sukarela dalam mencapai tujuan tertentu dalam
organisasi yang dipimpinnya.
Kepemimpinan
Transaksional dapat diartikan sebagai cara yang digunakan seorang pemimpin
dalam menggerakkan anggotanya dengan menawarkan imbalan/akibat terhadap setiap
kontribusi yang diberikan oleh anggota kepada organisasi. Kepemimpinan Transformasional
adalah kepemimpinan yang membawa organisasi pada sebuah tujuan baru yang lebih
besar dan belum pernah dicapai sebelumnya dengan memberikan kekuatan mental dan
keyakinan kepada para anggota agar mereka bergerak secara sungguh-sungguh menuju
tujuan bersama tersebut dengan mengesampingkan kepentingan/keadaan personalnya.
Kepemimpinan
visioner adalah kemampuan pemimpin untuk menciptakan dan mengartikulasikan
suatu visi yang realistik, dapat dipercaya, atraktif tentang masa depan bagi
suatu organisasi atau unit organisasional yang terus bertumbuh dan meningkat
sampai saat ini (Robbins;1994). Pemimpin mempunyai kekuatan untuk mencapai
tujuan organisasi. Hal ini didasari oleh legitimasi secara formal atau non
formal yang melekat pada diri pemimpin.
DAFTARPUSTAKA
0 Komentar: