NAMA : YUSRI. Z
NIM : 10861003863
KELAS : VII B
TUGAS PSIKOTERAPI
A. Contoh Kasus Psikologi Klinis Gangguan Kecemasan (GAD)
Subjek Z dapat diketahui
bahwa subjek mengalami kecemasan yang tinggi terhadap tanggung jawab dan segala
hal yang memiliki tenggat waktu. Subjek menyadari dan mengakui bahwa dirinya
mengalami gangguan kecemasan yang berlebihan sejak masuk kuliah dan terus
berlangsung hinggah sekarang. Awalnya kecemasan subjek tersebut dipicu karena
kewajiban dari pihak universitas yang mengharuskannya menggunakan buku
berbahasa inggris sebagai buku pengantar pelajaran dan subjek merasa tidak
mampu. Semakin berjalannya waktu kecemasan subjek tidak kunjung juga menurun
namun semakin meningkat dengan munculnya tugas-tugas dan tanggung jawab baru,
seperti membuat laporan magang dan skripsi, yang harus diembannya sebagai
syarat kelulusan.
Subjek mengaku sudah melakukan beberapa tindakan untuk mengatasi
kecemasannya tersebut seperti dengan berbagi cerita dengan teman-teman dan
sahabatnya, melakukan berbagai aktivitas yang menyenangkan bersama
teman-temannya, berdoa kepada Tuhan, dan terkadang subjek mencoba untuk
berpikir logis bahwa dengan terus mecemaskannya tidak akan menyelesaikan
masalah. Namun tindakan-tindakan tersebut tidak dapat memberikannya rasa tenang
yang lebih lama, setelah semua hal tersebut dilakukan rasa cemasnya terus
muncul kembali menghantui dirinya. Bahkan suatu kali subjek pernah harus masuk
rumah sakit karena asam lambungnya yang terlalu tinggi dan hal tersebut
disebabkan oleh rasa cemasnya yang berlebihan terhadap masalah akademis.
Mengenai kecemasan yang dialaminya, subjek menyadari bahwa hal tersebut sangatlah
tidak baik dan mengganggu dirinya selama beberapa tahun belakangan ini. Ketika
ditelusuri lebih lanjut, subjek mengatakan bahwa gangguan kecemasan yang
dialaminya tersebut baru muncul ketika subjek mulai memasuki masa-masa kuliah.
Gangguan kecemasan yang dialami subjek juga telah diketahui oleh para
sahabatnya, namun hal tersebut justru tidak diketahui oleh pihak keluarga
subjek. Subjek mengakui dirinya yang tidak dekat dan akrab dengan anggota
keluarganya adalah alasan mengapa subjek tidak pernah berbagi cerita tentang
kecemasan yang dialaminya tersebut. Bagi subjek ia akan bercerita hanya ketika
ditanya oleh keluarganya, jika tidak ditanya lebih lanjut subjek memilih untuk
diam saja. Para sahabatnya yang mengetahui gangguan kecemasan yang dimiliki subjek
juga turut berkontribusi dengan memberikan semangat dan dukungan setiap saat,
dan subjek mengakui hal tersebut cukup membuatnya merasa lebih tenang.
Pada akhirnya subjek juga mengakui bahwa rasa cemas
yang dirasakannya dapat timbul kembali jika adanya masalah lain yang muncul
seiring dengan masalah awal yang belum selesai, dan hal tersebut mampu
mempengaruhi mood-nya secara langsung. Oleh sebab itu subjek memiliki
harapan agar gangguan kecemasan ini dapat berkurang dan dapat diatasi.
ANALISIS
Dapat dilihat dengan jelas
bahwa subjek Z mengalami
gangguan kecemasan generalized anxiety disorder atau GAD. Subjek
mengalami kecemasan yang berlebihan terhadap suatu masalah tertentu (masalah
akademis) dan menghabiskan hampir satu hari selalu mencemaskan dan memikirkan
masalah tersebut, serta hal tersebut sudah terjadi sejak subjek masuk kuliah
sampai saat ini (kurang lebih 3 tahun). Tidak hanya itu, subjek juga sulit
sekali mengatasi rasa cemas tersebut, mood-nya mudah sekali berubah, dan
bahkan subjek sempat masuk rumah sakit karena rasa cemas yang dialaminya
tersebut. Jika dilihat secara garis besar, subjek memenuhi hampir seluruh
kriteria penderita GAD.
Gangguan kecemasan yang
dialami subjek sesungguhnya juga diakibatkan oleh tingkat self-efficacy-nya
yang rendah. Dimana subjek lebih dahulu merasa bahwa dirinya tidak mampu
memenuhi persyaratan akademis yang diberikan oleh pihak universitas dan pada
akhirnya menyebabkan subjek semakin merasa cemas atas prestasinya dikemudian
hari dengan tidak melakukan tindakan pencegahan yang berarti atas rasa cemasnya
tersebut.
Rasa cemas yang dialami
subjek pada awalnya hanya pada persyaratan akademis universitasnya berkuliah
yang mewajibkan setiap mahasiswanya harus menggunakan bahasa inggris sebagai
syarat perkuliahan dan kelulusan. Namun setelah beberapa waktu lamanya, subjek
yang tetap membiarkan rasa cemas tersebut tanpa melakukan tindakan pencegahan
apapun, seperti les bahasa inggris, mengalami rasa cemas yang semakin
berlebihan dan kini mulai mencakup kedalam beberapa hal lainnya. Setiap ada
masalah baru yang datang subjek mulai merasa bahwa dirinya tidak akan mampu dan
semuanya yang terjadi pasti buruk dan tidak terkendali. Oleh karena tidak
adanya tindakan pencegahan yang berarti terhadap rasa cemas tersebut, kini
subjek menjadi pribadi yang mudah cemas dalam menghadapi masalah yang hadir
dalam hidupnya.
Gangguan kecemasan yang
dialami subjek meski tidak dipaparkan dengan jelas hal traumatis apa yang
menyebabkannya sampai mengalami gangguan ini, namun dari pernyataan subjek
dapat diketahui bahwa penyebab utama gangguan ini dapat terjadi adalah karena
rendahnya tingkat self-efficacy subjek, dimana dapat dilihat cara
berpikir atau persepsi subjek tentang kemampuan dirinya dalam menyelesaikan
suatu masalah yang menurutnya berat. Lalu ditambah dengan dirinya yang
cenderung tertutup dengan keluarga dan tidak adanya tindakan pencegahan yang
nyata, makanya menyebabkan subjek mengalami gangguan kecemasan yang cukup
kronis.
B. Terapi Yang Dapat Diberikan Pada Kasus Di
Atas
1.Pendekatan-Pendekatan
Psikodinamika
Dari perspektif
psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada
konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi.
Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan
simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego
dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan
demikian ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih
kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi
yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan
hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong
klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2.Pendekatan-Pendekatan
Humanistik
Para tokoh
humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita
yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self
seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran.
Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk
memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang
sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan
menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan
bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka
mulai muncul ke permukaan.
3.Pendekatan-Pendekatan
Biologis
Pendekatan ini
biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan kecemasan.
Diantaranya golongan benzodiazepine Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun
benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan depensi
fisik.
Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi.
4.Pendekatan-Pendekatan Belajar
Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi.
4.Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas
penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh
beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu
individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab
munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan
belajar, diantaranya :
a)Pemaparan
Gradual
Metode ini
membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak demi
setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi
pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan
untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada
penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang
agorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya
adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan
tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk
menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat
bertahan lama. Cara Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan:
b)Rekonstruksi
Pikiran
Yaitu membantu
individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya. biasanya
digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c)Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri.
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri.
d)Terapi
Kognitif
Terapi yang
dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi
kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan
irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan
kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah
menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif
berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang
dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu
pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan
kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu
mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu
mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik
kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu
klien mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka
bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
e)Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
e)Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi ini
memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif
seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin
dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres
pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan
gangguan panik.
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri situasi tersebut
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri situasi tersebut
0 Komentar: