Riekha Pricilia

Perempuan, 21 Tahun

Riau, Indonesia

Tiga sifat manusia yang merusak adalah : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. <div style='background-color: none transparent;'></div>
::
PLAY
Faceblog-Riekha
Shutdown

Navbar3

Search This Blog

Jumat, 30 November 2012

Contoh Tugas PSikoteraphy


NAMA           : YUSRI. Z
NIM                : 10861003863
KELAS          : VII B
TUGAS PSIKOTERAPI

A.    Contoh Kasus Psikologi Klinis Gangguan Kecemasan (GAD)

            Subjek Z dapat diketahui bahwa subjek mengalami kecemasan yang tinggi terhadap tanggung jawab dan segala hal yang memiliki tenggat waktu. Subjek menyadari dan mengakui bahwa dirinya mengalami gangguan kecemasan yang berlebihan sejak masuk kuliah dan terus berlangsung hinggah sekarang. Awalnya kecemasan subjek tersebut dipicu karena kewajiban dari pihak universitas yang mengharuskannya menggunakan buku berbahasa inggris sebagai buku pengantar pelajaran dan subjek merasa tidak mampu. Semakin berjalannya waktu kecemasan subjek tidak kunjung juga menurun namun semakin meningkat dengan munculnya tugas-tugas dan tanggung jawab baru, seperti membuat laporan magang dan skripsi, yang harus diembannya sebagai syarat kelulusan.
            Subjek mengaku sudah melakukan beberapa tindakan untuk mengatasi kecemasannya tersebut seperti dengan berbagi cerita dengan teman-teman dan sahabatnya, melakukan berbagai aktivitas yang menyenangkan bersama teman-temannya, berdoa kepada Tuhan, dan terkadang subjek mencoba untuk berpikir logis bahwa dengan terus mecemaskannya tidak akan menyelesaikan masalah. Namun tindakan-tindakan tersebut tidak dapat memberikannya rasa tenang yang lebih lama, setelah semua hal tersebut dilakukan rasa cemasnya terus muncul kembali menghantui dirinya. Bahkan suatu kali subjek pernah harus masuk rumah sakit karena asam lambungnya yang terlalu tinggi dan hal tersebut disebabkan oleh rasa cemasnya yang berlebihan terhadap masalah akademis.
            Mengenai kecemasan yang dialaminya, subjek menyadari bahwa hal tersebut sangatlah tidak baik dan mengganggu dirinya selama beberapa tahun belakangan ini. Ketika ditelusuri lebih lanjut, subjek mengatakan bahwa gangguan kecemasan yang dialaminya tersebut baru muncul ketika subjek mulai memasuki masa-masa kuliah. Gangguan kecemasan yang dialami subjek juga telah diketahui oleh para sahabatnya, namun hal tersebut justru tidak diketahui oleh pihak keluarga subjek. Subjek mengakui dirinya yang tidak dekat dan akrab dengan anggota keluarganya adalah alasan mengapa subjek tidak pernah berbagi cerita tentang kecemasan yang dialaminya tersebut. Bagi subjek ia akan bercerita hanya ketika ditanya oleh keluarganya, jika tidak ditanya lebih lanjut subjek memilih untuk diam saja. Para sahabatnya yang mengetahui gangguan kecemasan yang dimiliki subjek juga turut berkontribusi dengan memberikan semangat dan dukungan setiap saat, dan subjek mengakui hal tersebut cukup membuatnya merasa lebih tenang.
Pada akhirnya subjek juga mengakui bahwa rasa cemas yang dirasakannya dapat timbul kembali jika adanya masalah lain yang muncul seiring dengan masalah awal yang belum selesai, dan hal tersebut mampu mempengaruhi mood-nya secara langsung. Oleh sebab itu subjek memiliki harapan agar gangguan kecemasan ini dapat berkurang dan dapat diatasi.

ANALISIS
    Dapat dilihat dengan jelas bahwa subjek Z mengalami gangguan kecemasan generalized anxiety disorder atau GAD. Subjek mengalami kecemasan yang berlebihan terhadap suatu masalah tertentu (masalah akademis) dan menghabiskan hampir satu hari selalu mencemaskan dan memikirkan masalah tersebut, serta hal tersebut sudah terjadi sejak subjek masuk kuliah sampai saat ini (kurang lebih 3 tahun). Tidak hanya itu, subjek juga sulit sekali mengatasi rasa cemas tersebut, mood-nya mudah sekali berubah, dan bahkan subjek sempat masuk rumah sakit karena rasa cemas yang dialaminya tersebut. Jika dilihat secara garis besar, subjek memenuhi hampir seluruh kriteria penderita GAD.
     Gangguan kecemasan yang dialami subjek sesungguhnya juga diakibatkan oleh tingkat self-efficacy-nya yang rendah. Dimana subjek lebih dahulu merasa bahwa dirinya tidak mampu memenuhi persyaratan akademis yang diberikan oleh pihak universitas dan pada akhirnya menyebabkan subjek semakin merasa cemas atas prestasinya dikemudian hari dengan tidak melakukan tindakan pencegahan yang berarti atas rasa cemasnya tersebut.
     Rasa cemas yang dialami subjek pada awalnya hanya pada persyaratan akademis universitasnya berkuliah yang mewajibkan setiap mahasiswanya harus menggunakan bahasa inggris sebagai syarat perkuliahan dan kelulusan. Namun setelah beberapa waktu lamanya, subjek yang tetap membiarkan rasa cemas tersebut tanpa melakukan tindakan pencegahan apapun, seperti les bahasa inggris, mengalami rasa cemas yang semakin berlebihan dan kini mulai mencakup kedalam beberapa hal lainnya. Setiap ada masalah baru yang datang subjek mulai merasa bahwa dirinya tidak akan mampu dan semuanya yang terjadi pasti buruk dan tidak terkendali. Oleh karena tidak adanya tindakan pencegahan yang berarti terhadap rasa cemas tersebut, kini subjek menjadi pribadi yang mudah cemas dalam menghadapi masalah yang hadir dalam hidupnya.
     Gangguan kecemasan yang dialami subjek meski tidak dipaparkan dengan jelas hal traumatis apa yang menyebabkannya sampai mengalami gangguan ini, namun dari pernyataan subjek dapat diketahui bahwa penyebab utama gangguan ini dapat terjadi adalah karena rendahnya tingkat self-efficacy subjek, dimana dapat dilihat cara berpikir atau persepsi subjek tentang kemampuan dirinya dalam menyelesaikan suatu masalah yang menurutnya berat. Lalu ditambah dengan dirinya yang cenderung tertutup dengan keluarga dan tidak adanya tindakan pencegahan yang nyata, makanya menyebabkan subjek mengalami gangguan kecemasan yang cukup kronis.

B.     Terapi Yang Dapat Diberikan Pada Kasus Di Atas

1.Pendekatan-Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.

2.Pendekatan-Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner self seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf kesadaran. Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3.Pendekatan-Pendekatan Biologis
Pendekatan ini biasanya menggunakan variasi obat-obatan untuk mengobati gangguan kecemasan. Diantaranya golongan benzodiazepine Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine mempunyai efek menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan depensi fisik.
Obat antidepresi mempunyai efek antikecemasan dan antipanik selain juga mempunyai efek antidepresi.
4.Pendekatan-Pendekatan Belajar
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi dalam pendekatan belajar, diantaranya :
a)Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang agorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya yang dapat bertahan lama. Cara Menanggulangi ataupun cara membantu memperkecil kecemasan:
b)Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya. biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.
c)Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita anxiety untuk menghadapinya sendiri.
d)Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif, terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa kebutuhan-kebutuhan irrasional untuk penerimaan-penerimaan sosial dan perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial. Kunci terapeutik adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan sosial. Terapi kognitif berusaha mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup mereka. Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
e)Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehnik-tehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial, gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif kompulsif dan gangguan panik.
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien mampu menghadapi sendiri situasi tersebut

0 Komentar: