Riekha Pricilia

Perempuan, 21 Tahun

Riau, Indonesia

Tiga sifat manusia yang merusak adalah : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. <div style='background-color: none transparent;'></div>
::
PLAY
Faceblog-Riekha
Shutdown

Navbar3

Search This Blog

Jumat, 30 November 2012

Contoh Verbateem


MAKALAH APLIKATIF
TEKNIK KLARIFIKASI NILAI
1. Identitas Layanan
a. Jenis : Konseling Individu
b. Fungsi : Kuratif dan developmental
c. Masalah : Bingung menentukan nilai pribadinya
d. Sumber Media : – Konselor sebagai motivator
- Ruang konseling
e. Waktu : 2 x 45 menit
f. Pelaku : – Konselor
- Konseli
2. Identitas konseli
Nama : Arumi
Kelas : XI Bahasa
Status di keluarga : Anak tunggal
Agama : Islam
3. Gambaran Kasus
Arumi berasal dari keluarga yang harmonis. Kedua orang tuanya adalah sama-sama menjadi guru di sebuah sekolah negeri di dekat tempat tinggalnya.
Saat ini Arumi mempunyai pacar yang bernama Andre. Mereka sudah 2 tahun berpacaran. Pada awalnya gaya berpacaran mereka tergolong sehat. Namun setelah memasuki tahun ke-2 Andre mulai menunjukkan sikap agresifnya. Andre seringkali memeluk, mencium, dan pada suatu hari ia pernah meminta kepada Arumi untuk melakukan hubungan seks. Arumi seringkali menolak semua yang diminta Andre karena dia merasa belum sepantasnya melakukan hal-hal yang demikian. Karena Arumi sudah tidak tahan dengan sikap Andre, ia memutuskan hubungan dengan Andre. Namun sebenarnya Arumi masih sangat menyayangi Andre. Akhirnya Arumi bercerita kepada Arini, sahabatnya. Akan tetapi Arini malah menganggap sikap Andre adalah suatu hal yang wajar dan keputusan Arumi untuk mengakhiri huBungannya dengan Andre adalah keputusan yang salah. Sehingga terkadang Arumi merasa menyesal atas keputusan yang diambilnya itu. Arumi merasa bingung dengan keadaannya dan dia memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada konselor.
4. Kompetensi
Konseli dapat menemukan dan menyadari nilainya sendiri.
5. Tujuan
a. Tujuan Umum
Konseli dapat menentukan nilai pribadinya sesuai dengan prosedur konseling.
b. Tujuan Khusus
Konseli dapat menerapkan nilai pribadinya tersebut dalam setiap pengambilan keputusan.
6. Indikator Kecapaian
a. Konseli bersedia menyadari bahwa nilai-nilai yang dianutnya sudah benar.
b. Konseli tidak mudah terpengaruh dengan nilai-nilai orang lain.
c. Konseli bersedia bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya.
7. Orientasi Teknik
Rasional :
Arumi mengalami masalah yang disebabkan oleh sikap Andre dan pendapat Arini dengan nilai yang dianutnya.
Konsep teknik klarifikasi nilai ialah suatu teknik untuk mendorong Arumi dalam menghubungkan pikiran dan perasaan Arumi sehingga meningkatkan kesadaran tentang nilai-nilai pribadinya. Sehingga teknik ini sesuai untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh Arumi.
8. Proses Penerapan
1. Pemahaman dan pengenalan
Arumi mengeksplorasi nilai-nilai yang dimilikinya dengan membuat daftar (list) nilai-nilai yang dinutnya.
2. Memilih (choosing)
a. Dengan bebas
Konseli mengungkapkan keluasan sistem nilai yang dimilikinya. Dia mengungkapkan keuntungan dan kerugian sistem nilai yang dimilikinya.
b. Dengan berbagai alternatif
Konseli mencari dan menemukan sistem nilai yang sama bagi orang lain, khususnya orang terdekatnya dan mendiskusikannya dengan konselor.
c. Setelah mengadakan pertimbangan tentang berbagai akibatnya,
konseli berupaya mendiskusikannya secara internal (membatin), melakukan pertimbangan nilai, bahkan perdebatan internal (disputing) mengenai keuntungan dan kelemahan dari sistem nilai tertentu.
3. Menghargai (prizing) :
a. Konseli merasa bahagia atau gembira dengan pilihannya.
b. Konseli mau mengakui pilihannya itu di depan konselor.
4. Bertindak (acting) :
a. BerBuat sesuatu sesuai dengan pilihannya.
b. Diulang-ulang sebagai suatu pola tingkah laku dalam hidup.
5. Refleksi dan evaluasi :
Konselor mengarahkan konseli untuk membuat refleksi diri terhadap pilihannya dan melakukan evaluasi terhadap pilihan nilainya.
9. Sampel skrip
Skenario I
Konseli : (mengetuk pintu dan mengucap salam)
Tok…tok…tok… Assalamu’alaikum…
Konselor : (membuka pintu dan menjabat tangan konseli)
Wa’alaikum salam…. Eh, Arumi…. Silahkan masuk…
(menutup pintu)
Silahkan duduk di kursi yang menurut kamu nyaman..
Konseli : Terima kasih, Bu… Saya duduk di sini saja.
Konselor : Bagaimana kabar kamu hari ini, Arumi?
Konseli : Baik, Bu….(menunduk)
Konselor : Oh ya, Ibu dengar kamu dicalonkan sebagai gitapati marcing band sekolah kita ya?
Konseli : Benar, Bu… Tapi saya juga belum yakin terpilih karena saingannya juga berat (tersenyum)
Konselor : Tapi kamu harus tetap optimis, Arum… Lagipula Ibu lihat kamu juga sangat berbakat di bidang itu.
Konseli : Terima kasih, Bu…
Konselor : (tersenyum) Baiklah, Arumi. Sehubungan dengan kedatangan kamu ke ruangan Ibu ini, mungkin ada sesuatu yang ingin Arumi bicarakan dengan Ibu?
Konseli : (tertunduk sambil meremas-remas tangannya)
Konselor : (menyentuh tangan konseli) Kamu tidak perlu khawatir atau pun takut Arumi…Bicaralah… Ibu akan sangat senang kalau kamu mau berbagi dengan Ibu.
Konseli : Begini, Bu… Saya sedang ada masalah…(tertunduk lagi)
Konselor : Iya, Arumi sedang ada masalah. Kalau boleh Ibu tahu masalahnya apa?
Konseli : Begini, Bu, saya habis putus sama Andre Bu….
Konselor : Arumi putus dengan Andre….
Konseli : Iya, Bu… Soalnya saya sudah tidak tahan dengan sikapnya yang terlalu agresif.
Konselor : Arumi tidak tahan dengan sikap Andre yang terlalu agresif… Bisakah Arumi ceritakan lebih jelas bagaimana sikap agresif Andre itu?
Konseli : Iya, Bu… Saya juga tidak tahu kenapa tapi setelah lama kami pacaran, dia sangat agresif. Dia beraninya mencium dan melakukan lebih lebih dari itu, contohnya suatu ketika dia minta saya untuk mau melakukan hubungan seks dengan dia, Bu…. (menunduk lagi)
Konselor : Andre bersikap seperti itu pada kamu…. Lalu apa yang Arumi lakukan?
Konseli : Pada awalnya saya tidak keberatan kalu dia mencium saya tapi setelah dia minta saya melakukan hubungan yang lebih ya saya tolak Bu, tapi sering Andre masih minta hal itu, makanya saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini karena apa yang dilakukan dia itu sebenarnya berseberangan dengan prinsip saya dan saya juga tidak pernah diajari oleh orang tua untuk melakukan hubungan itu sebelum menikah.
Konselor : Ibu bisa memahami apa yang kamu rasakan Arumi. Apakah ada orang lain yang tahu tentang hal ini selain Ibu?
Konseli : Ada, Bu…Arini, sahabat saya. Tapi sewaktu saya menceritakan hal tersebut, eh malah dia menganggap kalau sikap Andre itu wajar dan keputusan saya untuk memutuskan Andre itu salah. Makanya saya bingung, Bu…. Di sisi lain saya juga masih sayang sama Andre kan sudah 2 tahun lebih kami bersama.
Konselor : Wajar jika kamu masih sayang dengan Andre karena sudah lama bersama. Lalu apakah menurut kamu pendapat Arini itu benar?
Konseli : Ya salah, Bu… Karena kami belum menikah jadi belum sepatutnya dan sepantasnya kami melakukan hal tersebut.
Konselor : Jadi menurut Arumi pendapat itu salah… Sekarang apa yang kamu rasakan setelah berpisah dengan Andre dan berbeda pendapat dengan Arini?
Konseli : Saya bingung, Bu.. Dan saya ragu apakah keputusan saya benar atau salah… Kadang saya masih merasa menyesal dengan keputusan saya..
Konselor : Hm… Ibu bisa memahami perasaan Arumi saat ini.
Konseli : Sekarang saya sudah tidak pernah menghubungi Andre lagi, Bu. Begitu juga dengan Andre. Sedangkan Arini, ia seolah selalu menghindar ketika berpapasan atau bertemu saya. Nampaknya ia benar-benar tidak sependapat dengan keputusan saya…
Konselor : Baiklah, Arumi. Jadi bisa disimpulkan bahwa kamu sedang mengalami kebingungan dengan nilai-nilai pribadi kamu. Kalau begitu Ibu akan mencoba membantu menyelesaikan masalah kamu. Arumi, Ibu ingin kamu membuat daftar nilai yang Arumi miliki. Silahkan ditulis pada lembar ini.
Konseli : Iya, Bu…. (menulis)
Sudah selesai, Bu…
Konselor : Baiklah, sekarang menurut Arumi, hubungan seks sebelum menikah itu nilai yang bagaimana?
Konseli : Ya tidak baik, Bu, malahan itu merupakan hal yang dilarang agama dan tidak dibenarkan juga oleh masyarakat kita.
Konselor : Kalau begitu apakah hal itu bertentangan dengan nilai yang Arumi miliki?
Konseli : Tentu saja, Bu. Hal itu bertentangan dengan nilai agama saya.
Konselor : Berarti Arumi telah mampu mencari dan menentukan nilai kamu sendiri. Arumi berpendapat bahwa hubungan seks sebelum nikah adalah hal yang dilarang oleh agama dan bertentangan dengan nilai agama. Benar begitu?
Konseli : Benar, Bu..
Konselor : Karena Arumi telah menemukan nilai Arumi sendiri, maukah Arumi menunjukkan nilai yang kamu pilih sendiri kepada orang- orang sekitar terutama pada Arini?
Konseli : Bersedia, Bu.
Konselor : Baiklah Arumi, sekarang Ibu memberi tugas pada kamu untuk mempraktikkan apa yang telah Ibu ajarkan. Kita akan bertemu beberapa hari lagi untuk melakukan evaluasi terhadap kamu. Arumi bersedia?
Konseli : Iya, Bu. Saya bersedia.
Konselor : Baiklah karena waktu berakhir maka pertemuan ini kita akhiri sampai disini.
Konseli : Baik, Bu. Kalau begitu saya mohon pamit. Terima kasih Bu. Assalamu’alaikum..
Konselor : Wa’alaikum salam…
(mengantarkan sampai pintu)
Skenario II
Konseli : (mengetuk pintu dan mengucap salam)
Tok…tok…tok… Assalamu’alaikum…
Konselor : (membuka pintu dan menjabat tangan konseli)
Wa’alaikum salam…. Silahkan masuk, Arumi…
(menutup pintu)
Silahkan duduk di kursi yang menurut kamu nyaman..
Konseli : Terima kasih, Bu… Saya duduk di sini saja.
Konselor : Bagaimana kabar kamu hari ini, Arumi?
Konseli : Baik sekali Bu..
Konselor : Oh ya.. Ibu dengar Arumi terpilih menjadi gitapati marcing band.. Selamat ya, Arumi… (sambil tersenyum dan menepuk pundak Arumi)
Konseli : Terima kasih, Bu… Saya tidak menyangka bisa menjadi gitapati terpilih. Ibu telah memberikan semangat kepada saya sehingga saya terpilih menjadi gitapati marcing band. Semoga saya bisa melaksanakan tugas ini dengan baik.
Konselor : (menganggukkan kepala sambil tersenyum)
O ya.. Bagaimana dengan tugas yang Ibu berikan? Apakah ada kesulitan?
Konseli : Tidak ada, Bu. Saya sudah berbicara pada Arini tentang nilai-nilai yang saya miliki. Pada awalnya Arini secara mentah menolak apa yang saya ungkapkan. Dia tidak setuju dengan keputusan saya. saya pun merasa khawatir dia tidak mau lagi menganggap saya sebagai sahabatnya. Namun ternyata pada akhirnya ia mau menerima keputusan saya, Bu. Bahkan ia dengan lapang dada mendukung apa yang saya pilih ini. Saya merasa lega sekali.
Konselor : Baiklah, sekarang kita lakukan evaluasi terhadap nilai yang Arumi pilih. Apakah Arumi sudah puas dengan nilai yang Arumi pilih? Atau mungkin Arumi ingin merevisi nilai pilihanmu itu?
Konseli : Saya sudah puas dengan nilai yang saya pilih itu, Bu, dan saya merasa itu sudah cocok dengan apa yang saya inginkan. Saya tidak ingin merevisi karena saya merasa sudah menemukan nilai yang tepat untuk diri saya.
Konselor : Hm… Bagus, Arumi. Pertahankan nilai yang telah kamu anggap cocok itu. Jadikanlah nilai-nilai itu sebagai tolok ukur dan dasar dari semua perilku dan keputusan yang akan kamu ambil.
Konseli : Ya, Bu. Saya mengerti…
Konselor : Baiklah Arumi, adakah hal lain yang ingin Arumi bicarakan dengan Ibu?
Konseli : Tidak ada, Bu. Terima kasih telah banyak membantu saya menyelesaikan masalah ini. Saya mohon pamit.
Konselor : Ya, Arumi. Jika kamu merasa ada yang ingin kamu bicarakan dengan Ibu, datanglah lagi kemari, tidak perlu sungkan.
Konseli : Baik, Bu. Terima kasih. Assalamu’alaikum…
Konselor : Wa’alaikum salam…
MAKALAH APLIKATIF
TEKNIK DESENSITISASI SISTEMATIS
PRAKTIK TEKNIK KONSELING
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Praktik Teknik Konseling
Yang dibimbing oleh Drs. Lutfi Fauzan, M.Pd
Oleh :
Kelompok 6
Fitriana Ratnaningtyas 107111401428
Siti Latifah 107111406839
Winda Hayu D.N 107111406848
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
Desember 2009
  1. IDENTITAS LAYANAN
    1. Jenis : Konseling Individu
    2. Fungsi : Kuratif
    3. Masalah : Kecemasan yang berlebihan saat menjelang ujian,
sehingga tidak berani menghadapi ujian dan sampai jatuh
sakit.
4. Sumber Media : Konselor, Ruang konseling, alat tulis dan buku untuk
mencatat hirarki kecemasan, buku kontrak kecemasan.
  1.  
    1. Waktu : 2X45 menit
    2. Pelaku : Konselor dan konseli
  1. GAMBARAN UMUM
    1. Identitas Konseli :
      • Nama : Dewi Masita (Sita)
      • TTL : Malang, 10 Oktober 1993
      • Alamat : Jl. B.S Riyadi 40 A- Malang
      • Kelas : X-C
      • Sekolah : SMAN 7 Malang
    2. Gambaran Masalah :
Sita adalah seorang siswa kelas X SMA. Sita adalah anak yang berprestasi, terbukti dia mendapatkan peringkat 3 besar di kelasnya. Namun, Sita mengalami gangguan kecemasan yang berlebihan terutama saat akan menjelang ujian. Seringkali Sita terpaksa mengikuti ujian susulan. Hal ini dikarenakan kecemasan berlebihan yang menjadi masalah Sita seringkali membuatnya jatuh sakit sebelum ujian.
Masalah yang dihadapi Sita (kecemasan berlebihan saat akan ujian) telah dialami Sita sejak SMP. Sebelumnya Sita tidak pernah berani mengungkapkan masalahnya kepada orang lain. Namun, hal ini dirasa Sita sangat mengganggu terutama karena Sita akan menghadapi ujian kenaikan kelas. Sita khawatir apabila masalah yang dihadapinya tidak segera diselesaikan, dia tidak naik kelas. Akhirnya Sita menceritakan masalahnya kepada konselor untuk mendapatkan layanan bantuan dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapainya.
  1. KOMPETENSI
Konseli dapat mengatasi gangguan kecemasan berlebihan yang dihadapinya saat menjelang ujian.
  1. TUJUAN UMUM
Konseli mampu mengurangi kecemasannya yang berlebihan saat menjelang ujian.
TUJUAN KHUSUS
  • Konseli tidak merasakan kecemasan yang berlebihan saat menjelang ujian.
  • Konseli tidak sampai jatuh sakit saat menjelang ujian.
  • Konseli bisa mengikuti ujian sesuai dengan jadwal, tanpa harus mengikuti ujian susulan.
  • Konseli bisa meningkatkan prestasinya di sekolah.
  • Konseli bisa mengatasi kecemasannnya yang berlebihan sendiri
  1. INDIKATOR KETERCAPAIAN
  • konseli sudah bisa mengurangi gangguan kecemasannya yang berlebihan saat menjelang ujian
  • konseli tidak sampai jatuh sakit saat menjelang ujian
  • konseli bisa mengikuti ujian sesuai dengan jadwal tanpa harus mengikuti ujian susulan
  1. ORIENTASI TEKNIK
Orientasi teknik ini, memabnatu konseli untuk bisa mengatasi gangguan kecemasannya yang berlabihan, khususnya saat menjelang ujian.
  1. PROSES PENERAPAN
Proses penerapan pada teknik, antara lain :
1.      Analisis Perilaku Yang Menimbulkan Masalah
    1. Penyusunan Hierarkhi Situasi Yang Menimbulkan Masalah Dari Tingkat Yang Rendah Hingga Yang Tinggi
    2. Latihan relaksasi otot
4.      Tahap membayangkan situasi yang menyenangkan.
5.      Tahap membayangkan situasi yang menimbulkan kecemasan.
    1. Tahap penyusunan tingkatan kecemasan (tertulis)
  1. SKENARIO KONSELING
No.
SUBJEK
DIALOG
TAHAP/ TEKNIK
1.
konseli
Assalamualaikum……………..

2.
konselor
Waalaikumsalam Wr.Wb.
Sita, mari silahkan masuk…, silahkan duduk pilih tempat duduk mana yang paling nyaman disini atau disana?
PENYAMBUTAN opening
3.
konseli
Disini saja Bu, lebih nyaman….

4.
konselor
Oh ya Sita, jam ini kan seharusnya masih ada kelas?
TOPIK NETRAL
5.
konseli
Benar Bu, jam ini seharusnya masih ada jam pelajaran akan tetapi saya diminta untuk ke ruang BK oleh wali kelas.

6.
konselor
Wali kelasmu meminta kamu datang kemari…

7.
konseli
Benar Bu, kemarin saya menceritakan permasalahan saya ke Wali kelas. Kemudian beliau menyuruh saya untuk menemui ibu.

8.
konselor
Ibu senang sekali kamu telah bersedia datang kemari. Namun demikian, ibu tidak akan tahu permasalahan yang kamu hadapi sebelum kamu bercerita pada ibu. Jangan khawatir, semua yang akan kamu ceritakan, tidak akan diketahui oleh siapapun. Ibu akan menjaga kerahasian masalahmu.
PENGALIHAN TOPIK INTI
Confidentiality limit
9.
konseli
Diam….(menunduk cemas)
Begini Bu, saya selalu merasa cemas yang berlebihan terutama saat akan menjelang ujian. Seringkali saya terpaksa mengikuti ujian susulan karena saya jatuh sakit sebelum ujian dilaksanakan.

10.
konselor
Sita merasa cemas menjelang ujian…
Analisis Perilaku Yang Menimbulkan Masalah
11.
konseli
Iya Bu.. saya seringkali mengalami kecemasan tersebut sejak SMP. Tetapi selama ini, saya tidak pernah berani mengungkapkan masalah saya pada orang lain.

12.
konselor
Sita telah mengalami kecemasan itu sejak SMP…
Restatement
13.
konseli
Ya… (diam sambil menunduk)
Saya sering takut jika saya tidak bisa mengerjakan soal ujian dengan benar, akibatnya nilai saya bisa jelek. Sehingga saya bisa menjadi yang terjelek nilainya di kelas.

14.
konselor
Nada-nadanya, sita sangat khawatir dan malu jika hal tersebut terjadi
Reflection of feeling
15.
konseli
Saya memang akan sangat malu bu..
Sebab, saya selalu mendapat peringkat 3 besar di kelas. Apa kata teman-teman di kelas jika nilai saya turun dan saya tidak bisa mendapat peringkat 3 besar lagi di kelas.

16.
konselor
Jadi, selama pembicaraan kita tadi, intinya Sita lebih mencemaskan apa yang dikatakan oleh teman-teman di kelas terhadap Sita..
Jika Ibu simpulkan, susunan situasi yang menimbulkan kecemasan pada diri Sita yaitu:
·         Sita cemas jika tidak bisa mengerjakan soal ujian dengan benar
·         Sita cemas jika nilainya menjadi jelek
·         Sita cemas tidak bisa mendapat peringkat 3 besar lagi di kelas
·         Dan yang terakhir, Sita cemas menjadi yang terjelek nilainya di kelas karena akan dicemooh oleh teman-teman sekelas.
Clarification
Penyusunan Hierarkhi Situasi Yang Menimbulkan Masalah Dari Tingkat Yang Rendah Hingga Yang Tinggi
17.
konseli
…… (diam)
Ya bu, memang benar seperti itu..
(diam kembali)

18.
konselor
Ibu memahami apa yang kamu rasakan….(sambil menepuk pundak Sita)
Acceptance
19.
konseli
Beberapa minggu ini, saya merasa kecemasan yang saya alami sangat mengganggu terutama karena sebentar lagi saya akan mengikuti ujian kenaikan kelas. Saya khawatir jika tidak dapat menghadapi masalah ini saya akan tidak naik kelas.

20.
konselor
Dengan kata lain, Sita ingin mengurangi kecemasan yang Sita alami..
Clarification
21.
konseli
Ya Bu, Saya sangat ingin kecemasan yang saya alami berkurang karena itu sangat mengganggu saya. Selama ini saya telah mencoba untuk mengurangi kecemasan saya dengan berlatih pernafasan ketika kecemasan itu datang.

22.
konselor
Sita berlatih pernafasan untuk mengurangi kecemasan…
Restatement
23.
konseli
Ya, saya pernah membaca sebuah artikel tentang cara mengurangi kecemasan dengan berlatih pernafasan. Namun, upaya yang saya lakukan kurang berhasil karena kecemasan itu masih sering muncul secara berlebihan.

24.
Konselor
Pada intinya, Sita telah melakukan upaya untuk mengurangi kecemasan dan belum berhasil. Sedangkan Sita belum mengetahui cara lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan.
Clarification
25.
konseli
Ya itu Bu, saya tidak mengetahui cara lain untuk mengatasi permasalahan saya.

26.
konselor
Ya, Ibu mengerti apa yang kamu rasakan. Namun sebelumnya, sudahkah Sita tahu tentang arti dari kecemasan itu sendiri?
Acceptance, lead
27.
konseli
Belum Bu, saya merasakannya tapi belum mengerti definisinya. Saya cemas biasanya ketika mendengar akan ujian.

28.
konselor
Bagus sekali Sita, Sita ternyata telah mengenali kapan kecemasan yang Sita alami muncul. Kecemasan itu sendiri adalah kekhawatiran yang berlebihan akan sesuatu yang kemungkinan belum pasti terjadi. Bukankah begitu Sita?
Approval
29.
konseli
Ya Bu, memang sesuatu yang saya cemaskan itu belum pasti terjadi tetapi tetap saja mengganggu saya dan saya tidak bisa menghilangkannya.

30.
konselor
Baik-baik, Sita telah memahami betul tentang kecemasan yang kamu alami. Salah satu cara mengatasi kecemasan adalah dengan latihan pernafasan seperti yang telah Sita lakukan. Dan yang perlu Sita tahu, sebelum Sita melakukan latihan pernafasan kondisi Sita harus rileks terlebih dahulu. Adapun cara yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah merilekskan anggota tubuh kita dengan relaksasi otot. Sudahkah Sita melakukannya?
Advice, lead
31.
konseli
Belum Bu, selama ini saya langsung melakukan latihan pernafasan ketika rasa cemas itu muncul.

32.
konselor
Baiklah, sekarang kita bisa melatih cara relaksasi otot. Kita akan mulai relaksasi dari lengan hingga kaki. Sekarang perhatikan dan ikuti gerakan relaksasi otot yang Ibu lakukan. (Konselor memberikan contoh gerakan relaksasi)
Latihan relaksasi otot
33.
konseli
(Menirukan gerakan konselor)

34.
konselor
Bagaimana Sita? Apa yang kamu rasakan? Apakah kamu sudah merasa relaks sekarang?
Lead
35.
konseli
Sudah Bu, saya merasa lebih relaks sekarang.

36.
konselor
Baiklah, sekarang silahkan kamu duduk kembali dan carilah posisi yang paling nyaman menurut kamu. Selanjutnya, pejamkan matamu dan bayangkan situasi yang menyenangkan menurut kamu. Bayangkan situasi apa saja yang membuat kamu merasa senang dan nyaman.
Tahap membayangkan situasi yang menyenangkan.
37.
konseli
(memejamkan mata dan mengikuti instruksi yang diberikan konselor)

38.
konselor
CUKUP…. Tapi tetaplah dalam kondisi memejamkan mata.
(Konselor memberikan instruksi kepada konseli untuk membayangkan situasi yang menimbulkan kecemasan dari tahap ke tahap mulai dari yang taraf terendah sampai taraf yang paling tinggi sambil mengamati mimik muka konseli, dan jika ada tanda-tanda munculnya kecemasan maka konseli diminta untuk mengehentikan bayangan tentang kecemasan yang muncul kemudian konseli diarahkan untuk membayangkan situasi yang menyenangkan kembali. Hal ini diulangi sampai konseli dapat mangatasi masalah kecemasannya hingga taraf yang paling tinggi)
Tahap membayangkan situasi yang menimbulkan kecemasan.
39.
konseli
(memejamkan mata dan mengikuti instruksi yang diberikan konselor)

40.
konselor
Heeeem…Sita telah mengikuti instruksi dengan benar. Apakah yang Sita rasakan setelah latihan yang kita lakukan tadi?
Acceptance, lead
41.
konseli
Saya sudah merasakan adanya perubahan Bu, tetapi sepertinya belum maksimal.

42.
konselor
Baguslah, berarti kamu sudah dapat menerapkan latihan tersebut untuk mengurangi masalah kecemasan yang kamu hadapi. Memang latihan ini tidak dapat dilakukan hanya sekali, perlu ada pengulangan latihan tersebut agar mendapatkan hasil yang maksimal.
approval
43.
konseli
Iya Bu.

44.
konselor
Baiklah Sita, apabila masalah kecemasan yang kamu alami muncul kembali Sita bisa membayangkan situasi yang menyenangkan untuk menghilangkan rasa kecemasan tersebut. Namun, jangan lupa untuk melakukan latihan relaksasi otot terlebih dahulu.
Approval
45.
konseli
Ya Bu, terimakasih. tetapi saya harus kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

46.
konselor
Ibu rasa konseling pada pertemuan kali ini bisa diakhiri tetapi Sita perlu hadir kembali untuk proses konseling selanjutnya pada hari Kamis waktu istirahat pertama. Namun sebelum Sita keluar dari ruangan ini, kita perlu menyusun jenjang kecemasan yang Sita alami dan menuliskannya pada selembar kertas.
Tahap penyusunan tingkatan kecemasan
(tertulis)
47.
konseli
Ya Bu.
(konseli bersama konselor menulis jenjang kecemasan di selembar kertas yang diberikan konselor)

48.
konselor
Kertas ini akan Ibu simpan agar memudahkan proses konseling selanjutnya.

49.
konseli
Kalau begitu saya permisi sekarang Bu.

50.
konselor
Ya, silahkan Sita. Jangan lupa kita bertemu lagi hari Kamis pada waktu istirahat. (mengantar Sita ke pintu)
Termination

0 Komentar: