MAKALAH APLIKATIF
TEKNIK KLARIFIKASI NILAI
1. Identitas Layanan
a. Jenis : Konseling Individu
b. Fungsi : Kuratif dan developmental
c. Masalah : Bingung menentukan nilai pribadinya
d. Sumber Media : – Konselor sebagai motivator
- Ruang konseling
e. Waktu : 2 x 45 menit
f. Pelaku : – Konselor
- Konseli
2. Identitas
konseli
Nama
: Arumi
Kelas
: XI Bahasa
Status
di keluarga : Anak tunggal
Agama
: Islam
3. Gambaran Kasus
Arumi berasal dari keluarga yang harmonis. Kedua orang tuanya
adalah sama-sama menjadi guru di sebuah sekolah negeri di dekat tempat
tinggalnya.
Saat ini Arumi mempunyai pacar yang bernama Andre. Mereka
sudah 2 tahun berpacaran. Pada awalnya gaya
berpacaran mereka tergolong sehat. Namun setelah memasuki tahun ke-2 Andre
mulai menunjukkan sikap agresifnya. Andre seringkali memeluk, mencium, dan pada
suatu hari ia pernah meminta kepada Arumi untuk melakukan hubungan seks. Arumi
seringkali menolak semua yang diminta Andre karena dia merasa belum sepantasnya
melakukan hal-hal yang demikian. Karena Arumi sudah tidak tahan dengan sikap
Andre, ia memutuskan hubungan dengan Andre. Namun sebenarnya Arumi masih sangat
menyayangi Andre. Akhirnya Arumi bercerita kepada Arini, sahabatnya. Akan
tetapi Arini malah menganggap sikap Andre adalah suatu hal yang wajar dan
keputusan Arumi untuk mengakhiri huBungannya dengan Andre adalah keputusan yang
salah. Sehingga terkadang Arumi merasa menyesal atas keputusan yang diambilnya
itu. Arumi merasa bingung dengan keadaannya dan dia memutuskan untuk
menceritakan hal ini kepada konselor.
4. Kompetensi
Konseli dapat menemukan dan menyadari nilainya sendiri.
5. Tujuan
a. Tujuan Umum
Konseli dapat menentukan nilai pribadinya
sesuai dengan prosedur konseling.
b. Tujuan Khusus
Konseli dapat menerapkan nilai pribadinya
tersebut dalam setiap pengambilan keputusan.
6. Indikator Kecapaian
a. Konseli bersedia menyadari bahwa nilai-nilai yang
dianutnya sudah benar.
b. Konseli tidak mudah terpengaruh dengan nilai-nilai
orang lain.
c. Konseli bersedia bertindak sesuai dengan nilai-nilai
yang dianutnya.
7. Orientasi Teknik
Rasional :
Arumi mengalami masalah yang disebabkan
oleh sikap Andre dan pendapat Arini dengan nilai yang dianutnya.
Konsep teknik klarifikasi nilai ialah
suatu teknik untuk mendorong Arumi dalam menghubungkan pikiran dan perasaan
Arumi sehingga meningkatkan kesadaran tentang nilai-nilai pribadinya. Sehingga
teknik ini sesuai untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh
Arumi.
8. Proses Penerapan
1. Pemahaman dan pengenalan
Arumi mengeksplorasi nilai-nilai yang
dimilikinya dengan membuat daftar (list) nilai-nilai yang dinutnya.
2. Memilih (choosing)
a. Dengan bebas
Konseli mengungkapkan keluasan sistem nilai yang dimilikinya.
Dia mengungkapkan keuntungan dan kerugian sistem nilai yang dimilikinya.
b. Dengan berbagai alternatif
Konseli mencari dan menemukan sistem nilai yang sama bagi
orang lain, khususnya orang terdekatnya dan mendiskusikannya dengan konselor.
c. Setelah mengadakan pertimbangan tentang berbagai akibatnya,
konseli berupaya mendiskusikannya secara internal (membatin),
melakukan pertimbangan nilai, bahkan perdebatan internal (disputing) mengenai
keuntungan dan kelemahan dari sistem nilai tertentu.
3. Menghargai (prizing) :
a. Konseli merasa bahagia atau gembira dengan pilihannya.
b. Konseli mau mengakui pilihannya itu di depan konselor.
4. Bertindak (acting) :
a. BerBuat sesuatu sesuai dengan pilihannya.
b. Diulang-ulang sebagai suatu pola tingkah laku dalam hidup.
5.
Refleksi dan evaluasi :
Konselor mengarahkan konseli untuk membuat refleksi diri
terhadap pilihannya dan melakukan evaluasi terhadap pilihan nilainya.
9. Sampel skrip
Skenario I
Konseli : (mengetuk pintu dan mengucap
salam)
Tok…tok…tok… Assalamu’alaikum…
Konselor : (membuka pintu dan menjabat
tangan konseli)
Wa’alaikum salam…. Eh, Arumi…. Silahkan
masuk…
(menutup pintu)
Silahkan duduk di kursi yang menurut kamu
nyaman..
Konseli : Terima kasih, Bu… Saya duduk di
sini saja.
Konselor : Bagaimana kabar kamu hari ini,
Arumi?
Konseli : Baik, Bu….(menunduk)
Konselor : Oh ya, Ibu dengar kamu dicalonkan
sebagai gitapati marcing band sekolah kita ya?
Konseli : Benar, Bu… Tapi saya juga belum
yakin terpilih karena saingannya juga berat (tersenyum)
Konselor : Tapi kamu harus tetap optimis,
Arum… Lagipula Ibu lihat kamu juga sangat berbakat di bidang itu.
Konseli : Terima kasih, Bu…
Konselor : (tersenyum) Baiklah, Arumi.
Sehubungan dengan kedatangan kamu ke ruangan Ibu ini, mungkin ada sesuatu yang
ingin Arumi bicarakan dengan Ibu?
Konseli : (tertunduk sambil meremas-remas
tangannya)
Konselor : (menyentuh tangan konseli)
Kamu tidak perlu khawatir atau pun takut Arumi…Bicaralah… Ibu akan sangat
senang kalau kamu mau berbagi dengan Ibu.
Konseli : Begini, Bu… Saya sedang ada
masalah…(tertunduk lagi)
Konselor : Iya, Arumi sedang ada masalah.
Kalau boleh Ibu tahu masalahnya apa?
Konseli : Begini, Bu, saya habis putus
sama Andre Bu….
Konselor : Arumi putus dengan Andre….
Konseli : Iya, Bu… Soalnya saya sudah
tidak tahan dengan sikapnya yang terlalu agresif.
Konselor : Arumi tidak tahan dengan sikap
Andre yang terlalu agresif… Bisakah Arumi ceritakan lebih jelas bagaimana sikap
agresif Andre itu?
Konseli : Iya, Bu… Saya juga tidak tahu
kenapa tapi setelah lama kami pacaran, dia sangat agresif. Dia beraninya
mencium dan melakukan lebih lebih dari itu, contohnya suatu ketika dia minta
saya untuk mau melakukan hubungan seks dengan dia, Bu…. (menunduk lagi)
Konselor : Andre bersikap seperti itu
pada kamu…. Lalu apa yang Arumi lakukan?
Konseli : Pada awalnya saya tidak
keberatan kalu dia mencium saya tapi setelah dia minta saya melakukan hubungan
yang lebih ya saya tolak Bu, tapi sering Andre masih minta hal itu, makanya
saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini karena apa yang dilakukan dia itu
sebenarnya berseberangan dengan prinsip saya dan saya juga tidak pernah diajari
oleh orang tua untuk melakukan hubungan itu sebelum menikah.
Konselor : Ibu bisa memahami apa yang
kamu rasakan Arumi. Apakah ada orang lain yang tahu tentang hal ini selain Ibu?
Konseli : Ada, Bu…Arini, sahabat saya. Tapi sewaktu
saya menceritakan hal tersebut, eh malah dia menganggap kalau sikap Andre itu
wajar dan keputusan saya untuk memutuskan Andre itu salah. Makanya saya
bingung, Bu…. Di sisi lain saya juga masih sayang sama Andre kan sudah 2 tahun lebih kami bersama.
Konselor : Wajar jika kamu masih sayang
dengan Andre karena sudah lama bersama. Lalu apakah menurut kamu pendapat Arini
itu benar?
Konseli : Ya salah, Bu… Karena kami belum
menikah jadi belum sepatutnya dan sepantasnya kami melakukan hal tersebut.
Konselor : Jadi menurut Arumi pendapat
itu salah… Sekarang apa yang kamu rasakan setelah berpisah dengan Andre dan
berbeda pendapat dengan Arini?
Konseli : Saya bingung, Bu.. Dan saya
ragu apakah keputusan saya benar atau salah… Kadang saya masih merasa menyesal
dengan keputusan saya..
Konselor : Hm… Ibu bisa memahami perasaan
Arumi saat ini.
Konseli : Sekarang saya sudah tidak
pernah menghubungi Andre lagi, Bu. Begitu juga dengan Andre. Sedangkan Arini, ia
seolah selalu menghindar ketika berpapasan atau bertemu saya. Nampaknya ia benar-benar
tidak sependapat dengan keputusan saya…
Konselor : Baiklah, Arumi. Jadi bisa
disimpulkan bahwa kamu sedang mengalami kebingungan dengan nilai-nilai pribadi
kamu. Kalau begitu Ibu akan mencoba membantu menyelesaikan masalah kamu. Arumi,
Ibu ingin kamu membuat daftar nilai yang Arumi miliki. Silahkan ditulis pada
lembar ini.
Konseli : Iya, Bu…. (menulis)
Sudah selesai, Bu…
Konselor : Baiklah, sekarang menurut
Arumi, hubungan seks sebelum menikah itu nilai yang bagaimana?
Konseli : Ya tidak baik, Bu, malahan itu
merupakan hal yang dilarang agama dan tidak dibenarkan juga oleh masyarakat
kita.
Konselor : Kalau begitu apakah hal itu
bertentangan dengan nilai yang Arumi miliki?
Konseli : Tentu saja, Bu. Hal itu
bertentangan dengan nilai agama saya.
Konselor : Berarti Arumi telah mampu
mencari dan menentukan nilai kamu sendiri. Arumi berpendapat bahwa hubungan
seks sebelum nikah adalah hal yang dilarang oleh agama dan bertentangan dengan
nilai agama. Benar begitu?
Konseli : Benar, Bu..
Konselor : Karena Arumi telah menemukan
nilai Arumi sendiri, maukah Arumi menunjukkan nilai yang kamu pilih sendiri
kepada orang- orang sekitar terutama pada Arini?
Konseli : Bersedia, Bu.
Konselor : Baiklah Arumi, sekarang Ibu
memberi tugas pada kamu untuk mempraktikkan apa yang telah Ibu ajarkan. Kita
akan bertemu beberapa hari lagi untuk melakukan evaluasi terhadap kamu. Arumi
bersedia?
Konseli : Iya, Bu. Saya bersedia.
Konselor : Baiklah karena waktu berakhir
maka pertemuan ini kita akhiri sampai disini.
Konseli : Baik, Bu. Kalau begitu saya
mohon pamit. Terima kasih Bu. Assalamu’alaikum..
Konselor : Wa’alaikum salam…
(mengantarkan sampai pintu)
Skenario II
Konseli : (mengetuk pintu dan mengucap
salam)
Tok…tok…tok… Assalamu’alaikum…
Konselor : (membuka pintu dan menjabat tangan
konseli)
Wa’alaikum salam…. Silahkan masuk, Arumi…
(menutup pintu)
Silahkan duduk di kursi yang menurut kamu
nyaman..
Konseli : Terima kasih, Bu… Saya duduk di
sini saja.
Konselor : Bagaimana kabar kamu hari ini,
Arumi?
Konseli : Baik sekali Bu..
Konselor : Oh ya.. Ibu dengar Arumi
terpilih menjadi gitapati marcing band.. Selamat ya, Arumi… (sambil tersenyum
dan menepuk pundak Arumi)
Konseli : Terima kasih, Bu… Saya tidak
menyangka bisa menjadi gitapati terpilih. Ibu telah memberikan semangat kepada
saya sehingga saya terpilih menjadi gitapati marcing band. Semoga saya bisa
melaksanakan tugas ini dengan baik.
Konselor : (menganggukkan kepala sambil
tersenyum)
O ya.. Bagaimana dengan tugas yang Ibu
berikan? Apakah ada kesulitan?
Konseli : Tidak ada, Bu. Saya sudah
berbicara pada Arini tentang nilai-nilai yang saya miliki. Pada awalnya Arini
secara mentah menolak apa yang saya ungkapkan. Dia tidak setuju dengan
keputusan saya. saya pun merasa khawatir dia tidak mau lagi menganggap saya
sebagai sahabatnya. Namun ternyata pada akhirnya ia mau menerima keputusan
saya, Bu. Bahkan ia dengan lapang dada mendukung apa yang saya pilih ini. Saya
merasa lega sekali.
Konselor : Baiklah, sekarang kita lakukan
evaluasi terhadap nilai yang Arumi pilih. Apakah Arumi sudah puas dengan nilai
yang Arumi pilih? Atau mungkin Arumi ingin merevisi nilai pilihanmu itu?
Konseli : Saya sudah puas dengan nilai
yang saya pilih itu, Bu, dan saya merasa itu sudah cocok dengan apa yang saya
inginkan. Saya tidak ingin merevisi karena saya merasa sudah menemukan nilai
yang tepat untuk diri saya.
Konselor : Hm… Bagus, Arumi. Pertahankan
nilai yang telah kamu anggap cocok itu. Jadikanlah nilai-nilai itu sebagai
tolok ukur dan dasar dari semua perilku dan keputusan yang akan kamu ambil.
Konseli : Ya, Bu. Saya mengerti…
Konselor : Baiklah Arumi, adakah hal lain
yang ingin Arumi bicarakan dengan Ibu?
Konseli : Tidak ada, Bu. Terima kasih
telah banyak membantu saya menyelesaikan masalah ini. Saya mohon pamit.
Konselor : Ya, Arumi. Jika kamu merasa
ada yang ingin kamu bicarakan dengan Ibu, datanglah lagi kemari, tidak perlu
sungkan.
Konseli : Baik, Bu. Terima kasih.
Assalamu’alaikum…
Konselor : Wa’alaikum salam…
MAKALAH
APLIKATIF
TEKNIK
DESENSITISASI SISTEMATIS
PRAKTIK
TEKNIK KONSELING
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Praktik Teknik Konseling
Yang dibimbing oleh Drs. Lutfi Fauzan, M.Pd
Oleh :
Kelompok 6
Fitriana Ratnaningtyas 107111401428
Siti Latifah 107111406839
Winda Hayu D.N 107111406848
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING DAN
PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
Desember
2009
- IDENTITAS LAYANAN
- Jenis : Konseling Individu
- Fungsi : Kuratif
- Masalah : Kecemasan yang berlebihan saat menjelang ujian,
sehingga
tidak berani menghadapi ujian dan sampai jatuh
sakit.
4. Sumber Media : Konselor, Ruang konseling, alat
tulis dan buku untuk
mencatat hirarki kecemasan, buku kontrak
kecemasan.
- Waktu : 2X45 menit
- Pelaku : Konselor dan konseli
- GAMBARAN UMUM
- Identitas Konseli :
- Nama : Dewi Masita (Sita)
- TTL : Malang, 10 Oktober 1993
- Alamat : Jl. B.S Riyadi 40 A- Malang
- Kelas : X-C
- Sekolah : SMAN 7 Malang
- Gambaran Masalah :
Sita adalah seorang siswa kelas X SMA. Sita
adalah anak yang berprestasi, terbukti dia mendapatkan peringkat 3 besar di
kelasnya. Namun, Sita mengalami gangguan kecemasan yang berlebihan terutama
saat akan menjelang ujian. Seringkali Sita terpaksa mengikuti ujian susulan.
Hal ini dikarenakan kecemasan berlebihan yang menjadi masalah Sita seringkali
membuatnya jatuh sakit sebelum ujian.
Masalah yang dihadapi Sita (kecemasan berlebihan
saat akan ujian) telah dialami Sita sejak SMP. Sebelumnya Sita tidak pernah
berani mengungkapkan masalahnya kepada orang lain. Namun, hal ini dirasa Sita
sangat mengganggu terutama karena Sita akan menghadapi ujian kenaikan kelas.
Sita khawatir apabila masalah yang dihadapinya tidak segera diselesaikan, dia
tidak naik kelas. Akhirnya Sita menceritakan masalahnya kepada konselor untuk
mendapatkan layanan bantuan dalam menyelesaikan masalah yang sedang
dihadapainya.
- KOMPETENSI
Konseli dapat mengatasi gangguan kecemasan
berlebihan yang dihadapinya saat menjelang ujian.
- TUJUAN UMUM
Konseli mampu mengurangi kecemasannya yang
berlebihan saat menjelang ujian.
TUJUAN KHUSUS
- Konseli tidak merasakan kecemasan yang berlebihan saat menjelang ujian.
- Konseli tidak sampai jatuh sakit saat menjelang ujian.
- Konseli bisa mengikuti ujian sesuai dengan jadwal, tanpa harus mengikuti ujian susulan.
- Konseli bisa meningkatkan prestasinya di sekolah.
- Konseli bisa mengatasi kecemasannnya yang berlebihan sendiri
- INDIKATOR KETERCAPAIAN
- konseli sudah bisa mengurangi gangguan kecemasannya yang berlebihan saat menjelang ujian
- konseli tidak sampai jatuh sakit saat menjelang ujian
- konseli bisa mengikuti ujian sesuai dengan jadwal tanpa harus mengikuti ujian susulan
- ORIENTASI TEKNIK
Orientasi teknik ini, memabnatu konseli untuk
bisa mengatasi gangguan kecemasannya yang berlabihan, khususnya saat menjelang
ujian.
- PROSES PENERAPAN
Proses penerapan pada teknik, antara lain :
1.
Analisis Perilaku Yang
Menimbulkan Masalah
- Penyusunan Hierarkhi Situasi Yang Menimbulkan Masalah Dari Tingkat Yang Rendah Hingga Yang Tinggi
- Latihan relaksasi otot
4.
Tahap membayangkan situasi
yang menyenangkan.
5.
Tahap membayangkan situasi
yang menimbulkan kecemasan.
- Tahap penyusunan tingkatan kecemasan (tertulis)
- SKENARIO KONSELING
No.
|
SUBJEK
|
DIALOG
|
TAHAP/ TEKNIK
|
1.
|
konseli
|
Assalamualaikum……………..
|
|
2.
|
konselor
|
Waalaikumsalam Wr.Wb.
Sita, mari silahkan
masuk…, silahkan duduk pilih tempat duduk mana yang paling nyaman disini atau
disana?
|
PENYAMBUTAN opening
|
3.
|
konseli
|
Disini saja Bu, lebih
nyaman….
|
|
4.
|
konselor
|
Oh ya Sita, jam ini kan seharusnya masih
ada kelas?
|
TOPIK NETRAL
|
5.
|
konseli
|
Benar Bu, jam ini
seharusnya masih ada jam pelajaran akan tetapi saya diminta untuk ke ruang BK
oleh wali kelas.
|
|
6.
|
konselor
|
Wali kelasmu meminta
kamu datang kemari…
|
|
7.
|
konseli
|
Benar Bu, kemarin
saya menceritakan permasalahan saya ke Wali kelas. Kemudian beliau menyuruh
saya untuk menemui ibu.
|
|
8.
|
konselor
|
Ibu senang sekali
kamu telah bersedia datang kemari. Namun demikian, ibu tidak akan tahu
permasalahan yang kamu hadapi sebelum kamu bercerita pada ibu. Jangan
khawatir, semua yang akan kamu ceritakan, tidak akan diketahui oleh siapapun.
Ibu akan menjaga kerahasian masalahmu.
|
PENGALIHAN
TOPIK INTI
Confidentiality
limit
|
9.
|
konseli
|
Diam….(menunduk
cemas)
Begini Bu, saya
selalu merasa cemas yang berlebihan terutama saat akan menjelang
ujian. Seringkali saya terpaksa mengikuti ujian susulan karena saya jatuh
sakit sebelum ujian dilaksanakan.
|
|
10.
|
konselor
|
Sita merasa cemas
menjelang ujian…
|
Analisis
Perilaku Yang Menimbulkan Masalah
|
11.
|
konseli
|
Iya Bu.. saya
seringkali mengalami kecemasan tersebut sejak SMP. Tetapi selama ini, saya
tidak pernah berani mengungkapkan masalah saya pada orang lain.
|
|
12.
|
konselor
|
Sita telah mengalami
kecemasan itu sejak SMP…
|
Restatement
|
13.
|
konseli
|
Ya… (diam sambil
menunduk)
Saya sering takut
jika saya tidak bisa mengerjakan soal ujian dengan benar, akibatnya nilai
saya bisa jelek. Sehingga saya bisa menjadi yang terjelek nilainya di kelas.
|
|
14.
|
konselor
|
Nada-nadanya, sita
sangat khawatir dan malu jika hal tersebut terjadi
|
Reflection of
feeling
|
15.
|
konseli
|
Saya memang akan
sangat malu bu..
Sebab, saya selalu
mendapat peringkat 3 besar di kelas. Apa kata teman-teman di kelas jika nilai
saya turun dan saya tidak bisa mendapat peringkat 3 besar lagi di kelas.
|
|
16.
|
konselor
|
Jadi, selama
pembicaraan kita tadi, intinya Sita lebih mencemaskan apa yang dikatakan oleh
teman-teman di kelas terhadap Sita..
Jika Ibu simpulkan,
susunan situasi yang menimbulkan kecemasan pada diri Sita yaitu:
·
Sita cemas jika
tidak bisa mengerjakan soal ujian dengan benar
·
Sita cemas jika
nilainya menjadi jelek
·
Sita cemas tidak
bisa mendapat peringkat 3 besar lagi di kelas
·
Dan yang terakhir,
Sita cemas menjadi yang terjelek nilainya di kelas karena akan dicemooh oleh
teman-teman sekelas.
|
Clarification
Penyusunan
Hierarkhi Situasi Yang Menimbulkan Masalah Dari Tingkat Yang Rendah Hingga
Yang Tinggi
|
17.
|
konseli
|
…… (diam)
Ya bu, memang benar
seperti itu..
(diam kembali)
|
|
18.
|
konselor
|
Ibu memahami apa yang
kamu rasakan….(sambil menepuk pundak Sita)
|
Acceptance
|
19.
|
konseli
|
Beberapa minggu ini,
saya merasa kecemasan yang saya alami sangat mengganggu terutama karena
sebentar lagi saya akan mengikuti ujian kenaikan kelas. Saya khawatir jika
tidak dapat menghadapi masalah ini saya akan tidak naik kelas.
|
|
20.
|
konselor
|
Dengan kata lain,
Sita ingin mengurangi kecemasan yang Sita alami..
|
Clarification
|
21.
|
konseli
|
Ya Bu, Saya sangat
ingin kecemasan yang saya alami berkurang karena itu sangat mengganggu saya.
Selama ini saya telah mencoba untuk mengurangi kecemasan saya dengan berlatih
pernafasan ketika kecemasan itu datang.
|
|
22.
|
konselor
|
Sita berlatih
pernafasan untuk mengurangi kecemasan…
|
Restatement
|
23.
|
konseli
|
Ya, saya pernah
membaca sebuah artikel tentang cara mengurangi kecemasan dengan berlatih
pernafasan. Namun, upaya yang saya lakukan kurang berhasil karena kecemasan
itu masih sering muncul secara berlebihan.
|
|
24.
|
Konselor
|
Pada intinya, Sita
telah melakukan upaya untuk mengurangi kecemasan dan belum berhasil.
Sedangkan Sita belum mengetahui cara lain yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kecemasan.
|
Clarification
|
25.
|
konseli
|
Ya itu Bu, saya tidak
mengetahui cara lain untuk mengatasi permasalahan saya.
|
|
26.
|
konselor
|
Ya, Ibu mengerti apa
yang kamu rasakan. Namun sebelumnya, sudahkah Sita tahu tentang arti dari
kecemasan itu sendiri?
|
Acceptance,
lead
|
27.
|
konseli
|
Belum Bu, saya
merasakannya tapi belum mengerti definisinya. Saya cemas biasanya ketika
mendengar akan ujian.
|
|
28.
|
konselor
|
Bagus sekali Sita,
Sita ternyata telah mengenali kapan kecemasan yang Sita alami muncul.
Kecemasan itu sendiri adalah kekhawatiran yang berlebihan akan sesuatu yang
kemungkinan belum pasti terjadi. Bukankah begitu Sita?
|
Approval
|
29.
|
konseli
|
Ya Bu, memang sesuatu
yang saya cemaskan itu belum pasti terjadi tetapi tetap saja mengganggu saya
dan saya tidak bisa menghilangkannya.
|
|
30.
|
konselor
|
Baik-baik, Sita telah
memahami betul tentang kecemasan yang kamu alami. Salah satu cara mengatasi
kecemasan adalah dengan latihan pernafasan seperti yang telah Sita lakukan.
Dan yang perlu Sita tahu, sebelum Sita melakukan latihan pernafasan kondisi
Sita harus rileks terlebih dahulu. Adapun cara yang harus dilakukan terlebih
dahulu adalah merilekskan anggota tubuh kita dengan relaksasi otot. Sudahkah
Sita melakukannya?
|
Advice, lead
|
31.
|
konseli
|
Belum Bu, selama ini
saya langsung melakukan latihan pernafasan ketika rasa cemas itu muncul.
|
|
32.
|
konselor
|
Baiklah,
sekarang kita bisa melatih cara relaksasi otot. Kita akan mulai relaksasi
dari lengan hingga kaki. Sekarang perhatikan dan ikuti gerakan relaksasi otot
yang Ibu lakukan. (Konselor memberikan contoh gerakan relaksasi)
|
Latihan
relaksasi otot
|
33.
|
konseli
|
(Menirukan gerakan
konselor)
|
|
34.
|
konselor
|
Bagaimana
Sita? Apa yang kamu rasakan? Apakah kamu sudah merasa relaks sekarang?
|
Lead
|
35.
|
konseli
|
Sudah Bu, saya merasa
lebih relaks sekarang.
|
|
36.
|
konselor
|
Baiklah, sekarang
silahkan kamu duduk kembali dan carilah posisi yang paling nyaman menurut
kamu. Selanjutnya, pejamkan matamu dan bayangkan situasi yang menyenangkan
menurut kamu. Bayangkan situasi apa saja yang membuat kamu merasa senang dan
nyaman.
|
Tahap
membayangkan situasi yang menyenangkan.
|
37.
|
konseli
|
(memejamkan mata dan
mengikuti instruksi yang diberikan konselor)
|
|
38.
|
konselor
|
CUKUP…. Tapi tetaplah
dalam kondisi memejamkan mata.
(Konselor memberikan
instruksi kepada konseli untuk membayangkan situasi yang menimbulkan
kecemasan dari tahap ke tahap mulai dari yang taraf terendah sampai taraf
yang paling tinggi sambil mengamati mimik muka konseli, dan jika ada
tanda-tanda munculnya kecemasan maka konseli diminta untuk mengehentikan
bayangan tentang kecemasan yang muncul kemudian konseli diarahkan untuk
membayangkan situasi yang menyenangkan kembali. Hal ini diulangi sampai
konseli dapat mangatasi masalah kecemasannya hingga taraf yang paling tinggi)
|
Tahap
membayangkan situasi yang menimbulkan kecemasan.
|
39.
|
konseli
|
(memejamkan mata dan
mengikuti instruksi yang diberikan konselor)
|
|
40.
|
konselor
|
Heeeem…Sita
telah mengikuti instruksi dengan benar. Apakah yang Sita rasakan setelah
latihan yang kita lakukan tadi?
|
Acceptance,
lead
|
41.
|
konseli
|
Saya sudah merasakan
adanya perubahan Bu, tetapi sepertinya belum maksimal.
|
|
42.
|
konselor
|
Baguslah, berarti
kamu sudah dapat menerapkan latihan tersebut untuk mengurangi masalah
kecemasan yang kamu hadapi. Memang latihan ini tidak dapat dilakukan hanya
sekali, perlu ada pengulangan latihan tersebut agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
|
approval
|
43.
|
konseli
|
Iya Bu.
|
|
44.
|
konselor
|
Baiklah Sita, apabila
masalah kecemasan yang kamu alami muncul kembali Sita bisa membayangkan
situasi yang menyenangkan untuk menghilangkan rasa kecemasan tersebut. Namun,
jangan lupa untuk melakukan latihan relaksasi otot terlebih dahulu.
|
Approval
|
45.
|
konseli
|
Ya Bu, terimakasih.
tetapi saya harus kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.
|
|
46.
|
konselor
|
Ibu rasa konseling
pada pertemuan kali ini bisa diakhiri tetapi Sita perlu hadir kembali untuk
proses konseling selanjutnya pada hari Kamis waktu istirahat pertama. Namun
sebelum Sita keluar dari ruangan ini, kita perlu menyusun jenjang kecemasan
yang Sita alami dan menuliskannya pada selembar kertas.
|
Tahap
penyusunan tingkatan kecemasan
(tertulis)
|
47.
|
konseli
|
Ya Bu.
(konseli bersama
konselor menulis jenjang kecemasan di selembar kertas yang diberikan
konselor)
|
|
48.
|
konselor
|
Kertas ini akan Ibu
simpan agar memudahkan proses konseling selanjutnya.
|
|
49.
|
konseli
|
Kalau begitu saya
permisi sekarang Bu.
|
|
50.
|
konselor
|
Ya, silahkan Sita.
Jangan lupa kita bertemu lagi hari Kamis pada waktu istirahat. (mengantar
Sita ke pintu)
|
Termination
|
0 Komentar: