Tokoh
Di Wina Austria, Victor Emil Frankl dilahirkan di Wina
Austria, pada tanggal 26 Maret 1905 dari keluarga Yahudi yang sangat kuat
memegang tradisi, nilai-nilai dan kepercayaan Yudaisme. Hal ini berpengaruh
kuat atas diri Frankl yang ditunjukkan oleh minat yang besar pada persoalan
spiritual, khususnya persoalan mengenai makna hidup. Di tengah suasana yang
religius itulah Frankl menjalani sebagian besar hidupnya.Dalam bagian pertama buku Man's Seach for
Meaning (Frankl, 1963), mengisahkan penderitaan Frankl selama menjadi tawanan
Yahudi di Auschwitz dan beberapa kamp konsentrasi Nazi lainnya. Kehidupannya
selama tiga tahun di kamp konsentrasi adalah kehidupan yang mengerikan. Setiap
hari, ia menyaksikan tindakan-tindakan kejam, penyiksaan, penembakan, pembunuhan
masal di kamar gas atau eksekusi dengan aliran listrik. Pada saat yang sama, ia
juga melihat peristiwa-peristiwa yang sangat mengharukan, berkorban untuk
rekan, kesabaran yang luar biasa, dan daya hidup yang perkasa. Di samping para
tahanan yang berputus asa yang mengeluh,"mengapa semua ini terjadi pada
kita? "mengapa aku harus menanggung derita ini?" ada juga para
tahanan yang berpikir "apa yang harus kulakukan dalam keadaan seperti
ini?". Yang pertama umumnya berakhir dengan kematian, dan yang kedua
banyak yang lolos. Beliau mengakhiri perjalanan hidupnya di Vienna, Austria pada 2,September 1997
Dari kisah yang dialaminya itulah memunculkan beberapa
pemikiran yang mendasari terciptanya LOGOTERAPI. Sebuah terapi yang menggunakan
pemakanaan tentang hidup sebagai bahan kajiananya
Pengertian
Logoterapi secara bahasa atau linguistik berasal dari kata
logos dari bahasa yunani yang berarti “makna”. Logoterapi juga dapat dikatakan
sebagai sebuah upaya eksistensial untuk menjalani kehidupan secara sehat melalui
makna-makna kehidupan dari pribadi atau diri manusia. Keinginan mencari makna
hidup merupakan dasar utama dari aliaran psikologi logoterapi ini.
Isi Teori
Dasar pemahaman
Siapa yang memiliki suatu alasan
(why) untuk hidup akan sanggup mengatasi persoalan hidup dengan cara (how) apa
pun. Kutipan inilah yang mendasari terbentuknya logo terapi. Kutipan tersebut
adalah kutipan dari Nietzsche yang menjadi motivator Frankl dalam menjalani
kehidupannya dalam kamp.
Teori tentang kodrat
manusia dalam Logoterapi dibangun diatas tiga asumsi dasar, dimana antara yang
satu dengan yang lainnya saling menopang, yakni:
a.
kebebasan bersikap dan
berkehendak (the freedom to will)
b.
kehendak untuk hidup
bermakna (the will to meaning)
c.
tentang makna hidup (the
meaning of life)
Komponen-Komponen Konseling
Logoterapi
Komponen-komponen pribadi dalam konseling logoterapi adalah
kemampuan, potensi, dan kualitas insane dari diri konseli yang dijajagi,
diungkap, dan difungsikan pada proses konseling dalam rangka meningkatkan
kesadaran terhadap makna dan tujuan hidupnya.
Dalam logoterapi usaha meningkatkan kesadaran atas kualitas
dan kemampuan pribadi- seperti pemahaman diri, pengubahan sikap, pengarahan
diri, tanggungjawab, komitmen, keimanan, cinta kasih, hati nurani, penemuan
makna hidup-merupakan hal-hal penting yang menentukan keberhasilan konseling.
Selain itu konseli disadarkan pula atas rasa tanggungjawab untuk mengubah sikap
dan perilakunya menjadi lebih baik dan lebih sehat serta bermanfaat bagi diri
dan lingkungannya.
Tahapan Konseling Logoterapi
Ada empat tahap utama didalam proses konseling logterapi
diantaranya adalah:
1. Tahap
perkenalan dan pembinaan rapport.
Pada tahap ini diawali dengan
menciptakan suasana nyaman untuk konsultasi dengan pembina rapport yang
makin lama makin membuka peluang untuk sebuah encounter. Inti sebuah encounter
adalah penghargaan kepada sesama manusia, ketulusan hati, dan pelayanan.
Percakapan dalam tahap ini tak jarang memberikan efek terapi bagi konseli.
2. Tahap
pengungkapan dan penjajagan masalah.
Pada tahap ini konselor mulai
membuka dialog mengenai masalah yang dihadapi konseli. Berbeda dengan konseling
lain yang cenderung membeiarkan konseli “sepuasnya” mengungkapkan masalahnya,
dalam logoterapi konseli sejak awal diarahkan untuk menghadapi masalah itu
sebagai kenyataan.
3. Pada
tahap pembahasan bersama,
Paada tahap ini konselor dan konseli
bersama-sama membahas dan menyamakan persepsi atas masalah yang dihadapi.
Tujuannya untuk menemukan arti hidup sekalipun dalam penderitaan.
4.
Tahap evaluasi dan penyimpulan
Mencoba memberi interpretasi atas
informasi yang diperoleh sebagai bahan untuk tahap selanjutnya, yaitu perubahan
sikap dan perilaku konseli. Pada tahap-tahap ini tercakup modifikasi sikap,
orientasi terhadap makna hidup, penemuan dan pemenuhan makna, dan pengurangan symptom.
Kesimpulan
Logoterapi mengajarkan bahwa setiap
kehidupan individu mempunyai maksud, tujuan,makna yang harus diupayakan untuk
ditemukan dan dipenuhi. Hidup kita tidak lagi kosong jika kita menemukan suatu
sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan eksistensi kita. Namun jika hidup
diisi dengan penderitaaan pun, itu adalah kehidupan yang bermakna, karena
keberanian menanggung tragedi yang tak tertanggungkan merupakan pencapaian atau
prestasi dan kemenangan.
Bagi Frankl makna hidup adalah daya
yang membimbing eksistensi manusia, sebagaimana para Nabi membimbing umatnya.
Frankl menggabungkan wawasan dari agama-agama dan filsafat-filsafat lama, serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadinya selama tiga tahun yang kelam di
kamp konsentrasi Nazi yang dituangkan dalam suatu teori psikoterapi, ajaran
tersebut dinamakan dengan logoterapi.
Aug 6, '08 10:51 AM
oleh TFuntuk semuanya |
*DIMENSI SPIRITUAL DALAM PSIKOTERAPI
*
*Oleh: Abdul Muhid, M.Si *
Di Wina Austria, Victor Emil Frankl dilahirkan pada tanggal 26 Maret
1905 dari keluarga Yahudi yang sangat kuat memegang tradisi, nilai-nilai
dan kepercayaan Yudaisme. Hal ini berpengaruh kuat atas diri Frankl yang
ditunjukkan oleh minat yang besar pada persoalan spiritual, khususnya
persoalan mengenai makna hidup. Di tengah suasana yang religius itulah
Frankl menjalani sebagian besar hidupnya.
Dalam bagian pertama buku /Man's Seach for Meaning/ (Frankl, 1963),
mengisahkan penderitaan Frankl selama menjadi tawanan Yahudi di
Auschwitz dan beberapa kamp konsentrasi Nazi lainnya. Kehidupannya
selama tiga tahun di kamp konsentrasi adalah kehidupan yang mengerikan
se cara kejam. Setiap hari, ia menyaksikan tindakan-tindakan kejam,
penyiksaan, penembakan, pembunuhan masal di kamar gaas atau eksekusi
dengan aliran listrik. Pada saat yang sama, ia juga melihat
peristiwa-peristiwa yang sangat mengharukan; berkorban untuk rekan,
kesabaran yang luar biasa, dan daya hidup yang perkasa. Di samping para
tahanan yang berputus asa yang mengeluh, /"mengapa semua ini terjadi
pada kita? "mengapa aku harus menanggung derita ini?"/ ada juga para
tahanan yang berpikir /"apa yang harus kulakukan dalam keadaan seperti
ini?"/. Yang pertama umumnya berakhir dengan kematian, dan yang kedua
banyak yang lolos dari lubang jarum kematian.
Menurut Jalaluddin Rakhmat (Pengantar dalam Danah Zohar & Ian Marshall,
2002), hal yang membedakan keduanya adalah pemberian makna. Pada manusia
ada kebebasan yang tidak bisa dihancurkan bahkan oleh pagar kawat
berduri sekalipun. Itu adalah kebebasan untuk memilih makna. Sambil
mengambil pemikiran Freud tentang efek berbahaya dari represi dan
analisis mimpinya, Frankl menentang Freud ketika dia menganggap dimensi
spiritual manusia sebagai sublimasi insting hewani. Dengan landasan
fenomenologi, Frankl membantah dan menjelaskan bahwa perilaku manusia
tidak hanya diakibatkan oleh proses psikis saja. Menurutnya, pemberian
makna berada di luar semua proses psikologis. Dia mengembangkan teknik
psikoterapi yang disebut dengan Logoterapi (berasal dari kata Yunani
*/"Logos"/* yang berarti */"makna"/*).
Logoterapi memandang manusia sebagai totalitas yang terdiri dari tiga
dimensi; fisik, psikis, spiritual. Untuk memahami diri dan kesehatan,
kita harus memperhitungkan ketiganya. Selama ini dimensi spiritual
diserahkan pada agama, dan pada gilirannya agama tidak diajak bicara
untuk urusan phisik dan psikilogis. Kedokteran, termasuk psikologi telah
mengabaikan dimensi spiritual sebagai sumber kesehatan dan kebahagiaan
(Jalaluddin Rahmat, 2004).
Frankl menyebut dimensi spiritual sebagai */"noos"/* yang mengandung
semua sifat khas manusia, seperti keinginan kita untuk memberi makna,
orientasi-orientasi tujuan kita, kreativitas kita, imajinasi kita,
intuisi kita, keimanan kita, visi kita akan menjadi apa, kemampuan kita
untuk mencintai di luar kecintaan yang phisik*psikologis, kemampuan
mendengarkan hati nurani kita di luar kendali superego, secara humor
kita. Di dalamnya juga terkandung pembebasa diri kita atau kemampuan
untuk melangkah ke luar dan memandang diri kita, dan transendensi diri
atau kemampuan untuk menggapai orang yang kita cintai atau mengejar
tujuan yang kita yakini. Dalam dunia sp iritual, kita tidak dipandu,
kita adalah pemandu, pengambil keputusan. Semuanya itu terdapat di alam
tak sadar kita. Tugas seorang logoterapis adalah menyadarkan kita akan
perbendaharaan kesehatan spiritual ini.
*II *
Peradaban Barat modern dengan revolusi industri yang membuat suatu
syndrome kehampaan eksistensial dengan ditandai oleh kebosanan,
kehampaan, ketiadaan tujuan, masyarakat mengalami dehumanisasi, yang
tidak peduli terhadap apa yang akan dilakukan dalam hidup. Semuanya
berasal dan datang dari kondisi masyarakat yang tidak menguntungkan.
Revolusi industri menjadikan seorang pekerja mengabdi kepada kepentingan
majikan, dan kehilangan semua hubungan dengan barang yang diproduksinya.
Hilangnya hubungan pribadi (/individualisme/), /permisifisme/, tidak
adanya pandangan bersama mengenai kehidupan yang lebih baik di masa
depan, lebih mengutamakan suatu hal yang bersifat materi (Materialisme,
kapitalisme, hedonisme), dan mengabaikan hal-hal yang spiritual. Erich
Fromm (1988) menyatakan bahwa banyak orang merasa dirinya seperti
komoditi yang diperjualbelikan dan pada saat berikutnya menjadi penjaja
komoditi. Dunia Barat kontemporer telah menghasilkan manusia hampa yang
mencari makna. Jika di masa lalu orang neurotik itu diibaratkan seperti
orang patah kaki, maka dalam dunia modern, seorang neurotik umumnya
adalah orang yang memiliki dua kaki sempurna tetapi tidak tahu ke mana
kaki itu harus pergi melangkah???
Dalam hidup ini ada beberapa ancaman sebagai penyebab */"kecemasan
eksistensial"/*, hal ini merupakan aspek terpenting yang menentukan
apakah hidup kita bermakna atau hanya kesia-siaan, adalah */pertama/*,
kematian: kita semua adalah makhluk yang fana', kematian sewaktu-waktu
akan dating menjemput kita. */Kedua/*, takdir, garis kehidupan kita
mungkin suatu kesengsaraan atau malapetaka, semuanya tidak bisa
diramalkan atau dikendalikan. */Ketiga/*, keharusan untuk membuat
pilihan mengandung kecemasan eksistensial melalui setidaknya dengan tiga
cara; a). kadang-kadang kita mesti menjatuhkan suatu pilihan tanpa
informasi yang cukup, b). ketika mengambil keputusan, manusia cenderung
untuk mencari bimbingan dari sumber transcendental yang lebih tinggi,
c). menjatuhkan pilihan berarti mengabaikan pilihan lainnya (Zainal
Abidin, 2002).
Gambaran tentang adanya kecemasan eksistensial ini dapat kita jumpai
misalnya yang terjadi di kalangan mahasiswa, tampak kecenderungannya
untuk hidup demi kepuasan sesaat, penggunaan Narkotika, hidup hura-hura,
berpesta pora, pergaulan bebas, sampai seks bebas, kegairahan yang besar
terhadap unsur-unsur fisik (hedonisme) merupakan bukti adanya krisis
kebermaknaan hidup. Pemuasan pada kepuasan sementara hanya merupakan
/penambal/ pada kekosongan dan kebosanan yang berakar dari ketiadaan
makna? Untuk apa mereka hidup?
Hilangnya makna, kehampaan eksistensial yang lazim terjadi di zaman
modern sekarang ini dalam buku /Man's seach for meaning/ (Frankl, 1963)
dijelaskan bahwa mereka tersebut tidak sendirian menghadapi hidup yang
tak bermakna, mereka pada dasarnya merupakan bagian dari /"invisible
community"/ yang mengalami kehampaan serupa. Frankl memberi pesan bahwa
kita harus memiliki keberanian dan kesabaran. Yakni keberanian untuk
membiarkan masalah ini untuk sementara waktu tak terpecahkan, dan
kesabaran untuk tidak menyerah dan mengupayakan penyelesaian.
Inti ajaran Frankl adalah pandangan bahwa menjalani hidup dimaksudkan
untuk suatu tujuan tertentu. Motivasi utama dari manusia adalah untuk
menemukan tujuan itu, itulah makna hidup. Pencarian makna yang kita
lakukan merupakan fenomena kompleks yang membutuhkan penggalian, dan
untuk memahaminya kita harus "menjalaninya". Tentang */"makna"/* menurut
Zainal Abidin (2002), ada dua hal yang perlu diperhatikan; */Pertama/*,
makna tidak sama dengan aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah suatu
proses yang menjadikan kita seperti adanya kita, dimana kita
mengembangkan dan menyadari cetak biru (/blue-print/) dari potensi dan
bakat kita sendiri. Namun, meski seseorang sanggup sepenuhnya
mengembangkan potensinya, belum tentu ia telah memenuhi makan hidupnya.
Makna tidak terletak pada diri kita, melainkan terletak di dunia luar.
Kita tidak menciptakan makna, atau memilihnya, melainkan harus
menemukannya. Dengan kata lain, untuk dapat menemukan makna kita harus
ke luar dari persembunyian dan menyongsong tantangan di luar sana yang
memang ditujukan kepada kita. Tujuan/makna adalah sesuatu yang
/"transcendental" /, sesuatu yang berada di luar /"pemiliknya"/ (Frankl,
1963). Maka ketika seseorang mencari bimbingan untuk menjatuhkan
pilihanya, tidak akan ia menjumpai kekosongan, tetapi ia menemukan makna
hidupnya pada sesuatu di luar atau di atas dirinya. Hidup tidaklah
semata mengarahkan diri pada realisasi diri ataupun sesuatu dalam diri
kita, melainkan mengarahkan diri pada makna yang harus kita penuhi.
Dengan begitu /"kefanaan" /menjadi kurang menakutkan. Maknalah yang
memelihara hidup kita. /"Melekatkan diri pada sesuatu yang melebihi usia
hidup memberi manusia suatu keabadian"/. Keterasingan dari dunia,
lantaran cara hidup serba mekanis, menjadi berkurang ketika kita tahu
bahwa kita berada di dunia untuk suatu tanggung jawab yang mesti
dipenuhi. Manusia mampu bertahan hidup di gurun yang sangat tandus, jika
gurun tersebut menawarkan suatu tugas yang harus dipenuhi. Sebaliknya
ada orang yang mati bunuh diri minum racun di istana mewah karena tidak
tahu untuk apa dia hidup.
*/Kedua/*, hidup setiap orang memiliki makna yang unik, setiap orang
memiliki peran unik yang harus dipenuhi atau diperankan, suatu peran
yang tak dapat digantikan oleh orang lain. Setiap orang lahir ke dunia
ini mewakili sesuatu yang baru, yang itu tidak ada sebelumnya. Sesuatu
yang original dan unik. Tugas setiap orang adalah untuk memahami bahwa
tidak pernah ada seorang pun serupa dirinya, karena jika memang pernah
ada seseorang yang serupa dengan dirinya, maka ia tidak diperlukan.
Setiap orang adalah sesuatu yang baru, dan harus memenuhi suatu tugas
dan panggilan mengapa ia diciptakan di dunia ini (Buber dalam Zainal
Abidin, 2002).
*III *
Pengembaraan dalam mencari eksistensi kita, dapat kita temukan ketika
kita berupaya memahami makna hidup kita sendiri. Saat kita menyadari
dalam hal apa kita adalah unik. Berbeda dari orang lain, tugas unik apa
yang telah kita penuhi, yakni suatu tugas yang hanya dapat dipenuhi oleh
seorang seperti /"aku"/, dan tidak ada seorang pun yang sama seperti
aku. Penemuan makna memberi kita suatu pemahaman mengenai takdir, semua
kegembiraan dan kesedihan tampak menjadi bagian yang sesuai dari
keseluruhan riwayat hidup kita. Ibarat kepingan-kepingan /"keramik"/
yang membentuk sebuah /"mozaik"/ perjalanan hidup kita. Setiap
kepingan-kepingan tersebut pasti bermanfaat, tidak ada yang sia-sia.
Setiap peristiwa adalah satu langkah yang mendekatkan kita untuk menjadi
manusia sepenuhnya, yang memenuhi suatu /"peran"/ yang memang /"hanya"/
untuk kita.
Menurut Jalaluddin Rakhmat (Pengantar dalam Danah Zohar & Ian Marshall,
2002), ada lima situasi ketika makna membersit ke luar dan mengubah
jalan hidup kita -menyusun kembali hidup kita yang porak poranda-, yaitu
*/pertama/*, makna kita temukan ketika kita menemukan diri kita (/self
discovery/), */kedua/*, makna muncul ketika kita menentukan pilihan,
hidup menjadi tanpa makna ketika kita terjebak dalam suatu keadaan,
ketika kita tidak dapat memilih, */ketiga/*, makna dapat kita temukan
ketika kita merasa istimewa, unik, dan tak tergantikan oleh orang lain,
*/keempat/*, makna membersit dalam tanggung jawab, */kelima/*, makna
mencuat dalam situasi transendensi, gaungan dari keempat hal di atas,
ketika mentransendensikan diri kita melihat seberkas diri kita yang
autentik, kita membuat pilihan, kita meras istimewa, kita menegaskan
tanggung jawab kita. Transendensi adalah pengalaman yang membawa kita ke
luar dunia fisik, ke luar dari pengalaman kita yang biasa, ke luar dari
suka dan duka kita, ke luar dari diri kita yang sekarang, ke konteks
yang lebih luas. Pengalaman transendensi adalah pengalaman spiritual.
Kita dihadapkan pada makna akhir /("the ultimate meaning"/) yang
menyadarkan kita akan /"aturan Agung"/ yang mengatur alam semesta. Kita
menjadi bagian penting dalam aturan ini. Apa yang kita lakukan me
ngikuti rancangan besar (/"grand design"/) yang ditampakkan kepada kita.
Inilah dimensi spiritual dari ajaran logoterapi Victor E. Frankl.
Hanna Djumhana Bastaman (1994), menyimpulkan tentang logoterapi
berpandangan bahwa manusia dengan kesadaran dirinya mampu melepaskan
diri dari ancaman-ancaman pengaruh lingkungan dan berbagai bentuk
kecenderungan alami ke arah suatu keadaan atau perkembangan tertentu
dalam dirinya sendiri. Dengan logoterapi kita dapat menemukan hasrat
hidup bermakna (/the will to meaning/) sebagai motiv dasar manusia, yang
berlawanan dengan hasrat hidup senang (/the will to pleasure/) dari
Freud, dan hasrat hidup berkuasa (/the will to power/)nya Alfred Adler.
Dalam pandangan logoterapi /the will to pleasure /merupakan hasil (/by
product/) dan /the will to power/ merupakan sarana untuk memenuhi /the
will to meaning/.
Menurut ajaran logoterapi, bahwa kehidupan ini mempunyai makna dalam
keadaan apapun dan bagaimanapun, termasuk dalam penderitaaan sekalipun,
hasrat hidup bermakna merupakan motivasi utama dalam kehidupan ini,
Manusia memiliki kebebasan dalam upaya menemukan makna hidup, yakni
melalui karya-karya yang diciptakannya, hal-hal yang dialami dan
dihayati -termasuk cinta kasih-, atau dalam setiap sikap yang diambil
terhadap keadaan dan penderitaan yang tidak mungkin terelakkan. Manusia
dihadapkan dan diorientasikan kembali kepada makna, tujuan dan kewajiban
hidupnya. Kehidupan tidak selalu memberikan kesenangan kepada kita,
tetapi senantiasa menawarkan makna yang harus kita jawab. Tujuan hidup
buka nlah untuk mencapai keseimbangan tanpa tegangan, melainkan sering
dalam kondisi tegangan antara apa yang kita hayati saat ini dengan
prospek kita di masa depan. Logoterapi memperteguh daya tahan psikis
kita untuk menghadapi berbagai kerawanan hidup yang kita alami.
Dalam prakteknya logoterapi dapat mengatasi kasus fobia dengan
menggunakan teknik */paradoxical intention/*, yaitu mengusahakan agar
orang mengubah sikap dari yanh semula memanfaatkan kemampuan mengambil
jarak (/self detachment/) terhadap keluhan send iri, kemudian
memandangnya secara humoritas. Logoterapi juga dapat diterapkan pada
kasus-kasus frustasi eksistensial, kepapaan hidup, kehampaan hidup,
tujuannya adalah membantu kita untuk menyadari adanya daya spiritual
yang terdapat pada setiap orang, aga r terungkap nyata (actual) yang
semula biasanya ditekan (/repressed/), terhambat (/frustasi/) dan
diingkari. Energi spiritual tersebut perlu dibangkitkan agar tetap teguh
menghadapi setiap kemalangan dan derita.
Dalam kehidupan, mungkin hasrat hidup bermakna sebagai motif utama tidak
dapat terpenuhi, karena ketidakmampuan orang melihat, bahwa dalam
kehidupan itu sendiri terkandung makna hidup yang sifatnya potensial,
yang perlu disadari dan ditemukan, keadaan ini menimbulkan semacam
frustasi yang disebut frustasi eksistensial, yang pada umumnya diliputi
oleh penghayatan tanpa makna (/meaningless/). Gejala-gejalanya sering
tidak terungkapkan secara nyata, karena biasanya bersifat "/latent/" dan
terselubung. Perilaku yang biasanya merupakan selubung frustrasi
eksistensial itu sering tampak pada berbagai usaha kompensasi dan hasrat
yang berlebihan untuk berkuasa, atau bersenang-senang, mencari
kenikmatan duniawiyah (materialisme). Gejala ini biasanya tercermin
dalam perilaku yang berlebihan untuk mengumpulkan uang, manic-bekerja
(/wokerholic/), free sex, dan perilaku hidonisme lainnya.
Frustrasi eksistensial akan terungkap secara eksplisit dalam penghayatan
kebosanan dan sifat apatis. Kebosanan merupakan ketidakmampuan sesorang
untuk membangkitkan minat, sedangkan apatisme merupakan ketidak mampuan
untuk mengambil prakarsa (inisiatif). frustrasi eksistensial adalah
identik dengam kehampaan eksistensial, dan merupakan salah satu faktor
yang dapat menjelmakan neurosis. Neurosis ini dinamakan */neurosis
noogenik/*, karena karakteristiknya berlainan dengan neurosis yang
klinis konvensional. */Neurosis noogenik/* tidak timbul sebagai akibat
adanya konflik antara id, ego, superego, bukan konflik insingtif, bukan
karena berbagai dorongan impuls, trauma psikologis, melainkan timbul
sebagai akibat konflik moral, antar nilai-nilai, hati nurani, dan
problem moral etis, dan sebagainya (Bastaman, 1995).
Kehampaan eksistensial pada umumnya ditunjukkan dengan perilaku yang
serba bosan dan apatis, perasaan tanpa makna, hampa, gersang, merasa
kehilangan tujuan hidup, meragukan kehidupan. Logoterapi membantu
pribadi untuk menemukan makna dan tujuan hidupnya dan menyadarkan akan
tanggung jawabnya, baik terhadap diri sendiri, hati nurani, keluarga,
masyarakat, maupun kepada Tuha. Tugas seorang logoterapis dalam hal ini
adalah sekedar membuka cakrawala pandangan klien dan menjajaki
nilai-niliai yang memungkinkan dapat diketemukan makna hidup, yaitu
nilai-nilai kritis, kreatif, dan sikap bertuhan. Dengan demikian
logoterapi mencoba untuk menjawab dan menyelesaikan berbagai problem,
krisis, dan keluhan manusia masa kini, yang initinya adalah seputar
hasrat untuk hidup secara bermakna.
Dalam prakteknya, logoterapis membantu klien agar lebih sehat secara
emosional, dan salah satu cara untuk mencapainya adalah memperkenalkan
filsafat hidup yang lebih sehat, yaitu mengajak untuk menemukan makna
hidupnya. Menemukan makna hidup merupakan sesuatu yang kompleks. Pada
banyak kasus, logoterapis hanya dapat mengajak klien untuk mulai
menemukannya. Logoterapis harus menghindar untuk memaksakan suatu makna
tertentu pada klien, melainkan mempertajam kepada klien akan makna
hidupnya. Mungkin cara yang lebih baik yang dapat dilakukan seorang
logoterapis guna membantu klien agar mengenali apa yang ingin ia lakukan
dalam hidup adalah memperdulikan dan menciptakan atmosfir yang
bersahabat, sehingga klien bebas menjelajahi keunikan dirinya tanpa
merasa takut ditolak. Sebagimana setiap orang yang sedang jatuh cinta
pada umumnya mampu secara intuitif mengenali makna unik apa yang
terdapat dalam hidup orang yang dicintainya.
*IV *
Melihat uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa logoterapi
mengajarkan bahwa setiap kehidupan individu mempunyai maksud, tujuan,
makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup kita
tidak lagi kosong jika kita menemukan suatu sebab dan sesuatu yang dapat
mendedikasikan eksistensi kita. *Namun kalaulah hidup diisi dengan
penderitaaan pun, itu adalah kehidupan yang bermakna, karena keberanian
menanggung tragedi yang tak tertanggungkan merupakan pencapaian atau
prestasi dan kemenangan.*
Banyak orang menyatakan bahwa logoterapi Victor E. Frankl sangat dekat
dengan ajaran agama (/spiritual/), atau juga bisa merupakan "/agama
sekuler/". Bagi Frankl makna hidup adalah daya yang membimbing
eksistensi manusia, sebagaimana para Nabi membimbing umatnya. Frankl
menggabungkan wawasan dari agama-agama dan filsafat-filsafat lama, serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadinya selama tiga tahun yang
kelam di kamp konsentrasi Nazi yang dituangkan dalam suatu teori
psikoterapi, ajaran tersebut dinamakan dengan logoterapi.
*DAFTAR PUSTAKA *
Abidin, Zainal, */"Analisis Eksistensial Untuk Psikologi dan
Psikiatri"/*, Refika Aditama, Bandung, 2002. Baharuddin, */"Paradigma
Psikologi Islami: Studi tentang Elemen Psikologi dari Al-Qur'an"/*,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004.
Bastaman, Hanna Djumhana, "Dimensi Spiritual dalam Teori Psikologi
Kontemporer: Logoterapi Victor E. Frankl", dalam */Jurnal Ulumul
Qur'an/*, Nomer 4 Vol. V. Tahun 1994. halm 14-21.
Bastaman, Hanna Djumhana, */"Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju
Psikologi Islami"/*, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995.
Frankl, V.E., */"Man's Seach for Meaning: An Introduction to
Logotherapy"/*, Washington Square Press, New York, 1963.
Fromm, Erich, */"Psikologi dan Agama"/*, trj. Oleh Chairul Fuad Yusuf
dan Prasetya Utama, Atira, Jakarta, 1988.
Koeswara, E., */"Logoterapi: Psikoterapi Victor Frankl"/*, Kanisius,
Yogyakarta, 1992
Rakhmat, Jalaluddin, Pengantar dalam Danah Zohar & Ian Marshall, */"SQ:
Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan
Holistik untuk Memaknai Kehidupan"/*, Mizan, Bandung, 2002.
Rakhmat, Jalaluddin, */"Psikologi Agama: Sebuah Pengantar"/*, Mizan
Bandung, 2004. Sukanto, Mm, Dardiri Hasyim, */"Nafsiologi: Refleksi
Analisis tentang Diri dan Tingkah Laku Manusia"/*, Risalah Gusti,
Surabaya, 1995
*Oleh: Abdul Muhid, M.Si *
Di Wina Austria, Victor Emil Frankl dilahirkan pada tanggal 26 Maret
1905 dari keluarga Yahudi yang sangat kuat memegang tradisi, nilai-nilai
dan kepercayaan Yudaisme. Hal ini berpengaruh kuat atas diri Frankl yang
ditunjukkan oleh minat yang besar pada persoalan spiritual, khususnya
persoalan mengenai makna hidup. Di tengah suasana yang religius itulah
Frankl menjalani sebagian besar hidupnya.
Dalam bagian pertama buku /Man's Seach for Meaning/ (Frankl, 1963),
mengisahkan penderitaan Frankl selama menjadi tawanan Yahudi di
Auschwitz dan beberapa kamp konsentrasi Nazi lainnya. Kehidupannya
selama tiga tahun di kamp konsentrasi adalah kehidupan yang mengerikan
se cara kejam. Setiap hari, ia menyaksikan tindakan-tindakan kejam,
penyiksaan, penembakan, pembunuhan masal di kamar gaas atau eksekusi
dengan aliran listrik. Pada saat yang sama, ia juga melihat
peristiwa-peristiwa yang sangat mengharukan; berkorban untuk rekan,
kesabaran yang luar biasa, dan daya hidup yang perkasa. Di samping para
tahanan yang berputus asa yang mengeluh, /"mengapa semua ini terjadi
pada kita? "mengapa aku harus menanggung derita ini?"/ ada juga para
tahanan yang berpikir /"apa yang harus kulakukan dalam keadaan seperti
ini?"/. Yang pertama umumnya berakhir dengan kematian, dan yang kedua
banyak yang lolos dari lubang jarum kematian.
Menurut Jalaluddin Rakhmat (Pengantar dalam Danah Zohar & Ian Marshall,
2002), hal yang membedakan keduanya adalah pemberian makna. Pada manusia
ada kebebasan yang tidak bisa dihancurkan bahkan oleh pagar kawat
berduri sekalipun. Itu adalah kebebasan untuk memilih makna. Sambil
mengambil pemikiran Freud tentang efek berbahaya dari represi dan
analisis mimpinya, Frankl menentang Freud ketika dia menganggap dimensi
spiritual manusia sebagai sublimasi insting hewani. Dengan landasan
fenomenologi, Frankl membantah dan menjelaskan bahwa perilaku manusia
tidak hanya diakibatkan oleh proses psikis saja. Menurutnya, pemberian
makna berada di luar semua proses psikologis. Dia mengembangkan teknik
psikoterapi yang disebut dengan Logoterapi (berasal dari kata Yunani
*/"Logos"/* yang berarti */"makna"/*).
Logoterapi memandang manusia sebagai totalitas yang terdiri dari tiga
dimensi; fisik, psikis, spiritual. Untuk memahami diri dan kesehatan,
kita harus memperhitungkan ketiganya. Selama ini dimensi spiritual
diserahkan pada agama, dan pada gilirannya agama tidak diajak bicara
untuk urusan phisik dan psikilogis. Kedokteran, termasuk psikologi telah
mengabaikan dimensi spiritual sebagai sumber kesehatan dan kebahagiaan
(Jalaluddin Rahmat, 2004).
Frankl menyebut dimensi spiritual sebagai */"noos"/* yang mengandung
semua sifat khas manusia, seperti keinginan kita untuk memberi makna,
orientasi-orientasi tujuan kita, kreativitas kita, imajinasi kita,
intuisi kita, keimanan kita, visi kita akan menjadi apa, kemampuan kita
untuk mencintai di luar kecintaan yang phisik*psikologis, kemampuan
mendengarkan hati nurani kita di luar kendali superego, secara humor
kita. Di dalamnya juga terkandung pembebasa diri kita atau kemampuan
untuk melangkah ke luar dan memandang diri kita, dan transendensi diri
atau kemampuan untuk menggapai orang yang kita cintai atau mengejar
tujuan yang kita yakini. Dalam dunia sp iritual, kita tidak dipandu,
kita adalah pemandu, pengambil keputusan. Semuanya itu terdapat di alam
tak sadar kita. Tugas seorang logoterapis adalah menyadarkan kita akan
perbendaharaan kesehatan spiritual ini.
*II *
Peradaban Barat modern dengan revolusi industri yang membuat suatu
syndrome kehampaan eksistensial dengan ditandai oleh kebosanan,
kehampaan, ketiadaan tujuan, masyarakat mengalami dehumanisasi, yang
tidak peduli terhadap apa yang akan dilakukan dalam hidup. Semuanya
berasal dan datang dari kondisi masyarakat yang tidak menguntungkan.
Revolusi industri menjadikan seorang pekerja mengabdi kepada kepentingan
majikan, dan kehilangan semua hubungan dengan barang yang diproduksinya.
Hilangnya hubungan pribadi (/individualisme/), /permisifisme/, tidak
adanya pandangan bersama mengenai kehidupan yang lebih baik di masa
depan, lebih mengutamakan suatu hal yang bersifat materi (Materialisme,
kapitalisme, hedonisme), dan mengabaikan hal-hal yang spiritual. Erich
Fromm (1988) menyatakan bahwa banyak orang merasa dirinya seperti
komoditi yang diperjualbelikan dan pada saat berikutnya menjadi penjaja
komoditi. Dunia Barat kontemporer telah menghasilkan manusia hampa yang
mencari makna. Jika di masa lalu orang neurotik itu diibaratkan seperti
orang patah kaki, maka dalam dunia modern, seorang neurotik umumnya
adalah orang yang memiliki dua kaki sempurna tetapi tidak tahu ke mana
kaki itu harus pergi melangkah???
Dalam hidup ini ada beberapa ancaman sebagai penyebab */"kecemasan
eksistensial"/*, hal ini merupakan aspek terpenting yang menentukan
apakah hidup kita bermakna atau hanya kesia-siaan, adalah */pertama/*,
kematian: kita semua adalah makhluk yang fana', kematian sewaktu-waktu
akan dating menjemput kita. */Kedua/*, takdir, garis kehidupan kita
mungkin suatu kesengsaraan atau malapetaka, semuanya tidak bisa
diramalkan atau dikendalikan. */Ketiga/*, keharusan untuk membuat
pilihan mengandung kecemasan eksistensial melalui setidaknya dengan tiga
cara; a). kadang-kadang kita mesti menjatuhkan suatu pilihan tanpa
informasi yang cukup, b). ketika mengambil keputusan, manusia cenderung
untuk mencari bimbingan dari sumber transcendental yang lebih tinggi,
c). menjatuhkan pilihan berarti mengabaikan pilihan lainnya (Zainal
Abidin, 2002).
Gambaran tentang adanya kecemasan eksistensial ini dapat kita jumpai
misalnya yang terjadi di kalangan mahasiswa, tampak kecenderungannya
untuk hidup demi kepuasan sesaat, penggunaan Narkotika, hidup hura-hura,
berpesta pora, pergaulan bebas, sampai seks bebas, kegairahan yang besar
terhadap unsur-unsur fisik (hedonisme) merupakan bukti adanya krisis
kebermaknaan hidup. Pemuasan pada kepuasan sementara hanya merupakan
/penambal/ pada kekosongan dan kebosanan yang berakar dari ketiadaan
makna? Untuk apa mereka hidup?
Hilangnya makna, kehampaan eksistensial yang lazim terjadi di zaman
modern sekarang ini dalam buku /Man's seach for meaning/ (Frankl, 1963)
dijelaskan bahwa mereka tersebut tidak sendirian menghadapi hidup yang
tak bermakna, mereka pada dasarnya merupakan bagian dari /"invisible
community"/ yang mengalami kehampaan serupa. Frankl memberi pesan bahwa
kita harus memiliki keberanian dan kesabaran. Yakni keberanian untuk
membiarkan masalah ini untuk sementara waktu tak terpecahkan, dan
kesabaran untuk tidak menyerah dan mengupayakan penyelesaian.
Inti ajaran Frankl adalah pandangan bahwa menjalani hidup dimaksudkan
untuk suatu tujuan tertentu. Motivasi utama dari manusia adalah untuk
menemukan tujuan itu, itulah makna hidup. Pencarian makna yang kita
lakukan merupakan fenomena kompleks yang membutuhkan penggalian, dan
untuk memahaminya kita harus "menjalaninya". Tentang */"makna"/* menurut
Zainal Abidin (2002), ada dua hal yang perlu diperhatikan; */Pertama/*,
makna tidak sama dengan aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah suatu
proses yang menjadikan kita seperti adanya kita, dimana kita
mengembangkan dan menyadari cetak biru (/blue-print/) dari potensi dan
bakat kita sendiri. Namun, meski seseorang sanggup sepenuhnya
mengembangkan potensinya, belum tentu ia telah memenuhi makan hidupnya.
Makna tidak terletak pada diri kita, melainkan terletak di dunia luar.
Kita tidak menciptakan makna, atau memilihnya, melainkan harus
menemukannya. Dengan kata lain, untuk dapat menemukan makna kita harus
ke luar dari persembunyian dan menyongsong tantangan di luar sana yang
memang ditujukan kepada kita. Tujuan/makna adalah sesuatu yang
/"transcendental" /, sesuatu yang berada di luar /"pemiliknya"/ (Frankl,
1963). Maka ketika seseorang mencari bimbingan untuk menjatuhkan
pilihanya, tidak akan ia menjumpai kekosongan, tetapi ia menemukan makna
hidupnya pada sesuatu di luar atau di atas dirinya. Hidup tidaklah
semata mengarahkan diri pada realisasi diri ataupun sesuatu dalam diri
kita, melainkan mengarahkan diri pada makna yang harus kita penuhi.
Dengan begitu /"kefanaan" /menjadi kurang menakutkan. Maknalah yang
memelihara hidup kita. /"Melekatkan diri pada sesuatu yang melebihi usia
hidup memberi manusia suatu keabadian"/. Keterasingan dari dunia,
lantaran cara hidup serba mekanis, menjadi berkurang ketika kita tahu
bahwa kita berada di dunia untuk suatu tanggung jawab yang mesti
dipenuhi. Manusia mampu bertahan hidup di gurun yang sangat tandus, jika
gurun tersebut menawarkan suatu tugas yang harus dipenuhi. Sebaliknya
ada orang yang mati bunuh diri minum racun di istana mewah karena tidak
tahu untuk apa dia hidup.
*/Kedua/*, hidup setiap orang memiliki makna yang unik, setiap orang
memiliki peran unik yang harus dipenuhi atau diperankan, suatu peran
yang tak dapat digantikan oleh orang lain. Setiap orang lahir ke dunia
ini mewakili sesuatu yang baru, yang itu tidak ada sebelumnya. Sesuatu
yang original dan unik. Tugas setiap orang adalah untuk memahami bahwa
tidak pernah ada seorang pun serupa dirinya, karena jika memang pernah
ada seseorang yang serupa dengan dirinya, maka ia tidak diperlukan.
Setiap orang adalah sesuatu yang baru, dan harus memenuhi suatu tugas
dan panggilan mengapa ia diciptakan di dunia ini (Buber dalam Zainal
Abidin, 2002).
*III *
Pengembaraan dalam mencari eksistensi kita, dapat kita temukan ketika
kita berupaya memahami makna hidup kita sendiri. Saat kita menyadari
dalam hal apa kita adalah unik. Berbeda dari orang lain, tugas unik apa
yang telah kita penuhi, yakni suatu tugas yang hanya dapat dipenuhi oleh
seorang seperti /"aku"/, dan tidak ada seorang pun yang sama seperti
aku. Penemuan makna memberi kita suatu pemahaman mengenai takdir, semua
kegembiraan dan kesedihan tampak menjadi bagian yang sesuai dari
keseluruhan riwayat hidup kita. Ibarat kepingan-kepingan /"keramik"/
yang membentuk sebuah /"mozaik"/ perjalanan hidup kita. Setiap
kepingan-kepingan tersebut pasti bermanfaat, tidak ada yang sia-sia.
Setiap peristiwa adalah satu langkah yang mendekatkan kita untuk menjadi
manusia sepenuhnya, yang memenuhi suatu /"peran"/ yang memang /"hanya"/
untuk kita.
Menurut Jalaluddin Rakhmat (Pengantar dalam Danah Zohar & Ian Marshall,
2002), ada lima situasi ketika makna membersit ke luar dan mengubah
jalan hidup kita -menyusun kembali hidup kita yang porak poranda-, yaitu
*/pertama/*, makna kita temukan ketika kita menemukan diri kita (/self
discovery/), */kedua/*, makna muncul ketika kita menentukan pilihan,
hidup menjadi tanpa makna ketika kita terjebak dalam suatu keadaan,
ketika kita tidak dapat memilih, */ketiga/*, makna dapat kita temukan
ketika kita merasa istimewa, unik, dan tak tergantikan oleh orang lain,
*/keempat/*, makna membersit dalam tanggung jawab, */kelima/*, makna
mencuat dalam situasi transendensi, gaungan dari keempat hal di atas,
ketika mentransendensikan diri kita melihat seberkas diri kita yang
autentik, kita membuat pilihan, kita meras istimewa, kita menegaskan
tanggung jawab kita. Transendensi adalah pengalaman yang membawa kita ke
luar dunia fisik, ke luar dari pengalaman kita yang biasa, ke luar dari
suka dan duka kita, ke luar dari diri kita yang sekarang, ke konteks
yang lebih luas. Pengalaman transendensi adalah pengalaman spiritual.
Kita dihadapkan pada makna akhir /("the ultimate meaning"/) yang
menyadarkan kita akan /"aturan Agung"/ yang mengatur alam semesta. Kita
menjadi bagian penting dalam aturan ini. Apa yang kita lakukan me
ngikuti rancangan besar (/"grand design"/) yang ditampakkan kepada kita.
Inilah dimensi spiritual dari ajaran logoterapi Victor E. Frankl.
Hanna Djumhana Bastaman (1994), menyimpulkan tentang logoterapi
berpandangan bahwa manusia dengan kesadaran dirinya mampu melepaskan
diri dari ancaman-ancaman pengaruh lingkungan dan berbagai bentuk
kecenderungan alami ke arah suatu keadaan atau perkembangan tertentu
dalam dirinya sendiri. Dengan logoterapi kita dapat menemukan hasrat
hidup bermakna (/the will to meaning/) sebagai motiv dasar manusia, yang
berlawanan dengan hasrat hidup senang (/the will to pleasure/) dari
Freud, dan hasrat hidup berkuasa (/the will to power/)nya Alfred Adler.
Dalam pandangan logoterapi /the will to pleasure /merupakan hasil (/by
product/) dan /the will to power/ merupakan sarana untuk memenuhi /the
will to meaning/.
Menurut ajaran logoterapi, bahwa kehidupan ini mempunyai makna dalam
keadaan apapun dan bagaimanapun, termasuk dalam penderitaaan sekalipun,
hasrat hidup bermakna merupakan motivasi utama dalam kehidupan ini,
Manusia memiliki kebebasan dalam upaya menemukan makna hidup, yakni
melalui karya-karya yang diciptakannya, hal-hal yang dialami dan
dihayati -termasuk cinta kasih-, atau dalam setiap sikap yang diambil
terhadap keadaan dan penderitaan yang tidak mungkin terelakkan. Manusia
dihadapkan dan diorientasikan kembali kepada makna, tujuan dan kewajiban
hidupnya. Kehidupan tidak selalu memberikan kesenangan kepada kita,
tetapi senantiasa menawarkan makna yang harus kita jawab. Tujuan hidup
buka nlah untuk mencapai keseimbangan tanpa tegangan, melainkan sering
dalam kondisi tegangan antara apa yang kita hayati saat ini dengan
prospek kita di masa depan. Logoterapi memperteguh daya tahan psikis
kita untuk menghadapi berbagai kerawanan hidup yang kita alami.
Dalam prakteknya logoterapi dapat mengatasi kasus fobia dengan
menggunakan teknik */paradoxical intention/*, yaitu mengusahakan agar
orang mengubah sikap dari yanh semula memanfaatkan kemampuan mengambil
jarak (/self detachment/) terhadap keluhan send iri, kemudian
memandangnya secara humoritas. Logoterapi juga dapat diterapkan pada
kasus-kasus frustasi eksistensial, kepapaan hidup, kehampaan hidup,
tujuannya adalah membantu kita untuk menyadari adanya daya spiritual
yang terdapat pada setiap orang, aga r terungkap nyata (actual) yang
semula biasanya ditekan (/repressed/), terhambat (/frustasi/) dan
diingkari. Energi spiritual tersebut perlu dibangkitkan agar tetap teguh
menghadapi setiap kemalangan dan derita.
Dalam kehidupan, mungkin hasrat hidup bermakna sebagai motif utama tidak
dapat terpenuhi, karena ketidakmampuan orang melihat, bahwa dalam
kehidupan itu sendiri terkandung makna hidup yang sifatnya potensial,
yang perlu disadari dan ditemukan, keadaan ini menimbulkan semacam
frustasi yang disebut frustasi eksistensial, yang pada umumnya diliputi
oleh penghayatan tanpa makna (/meaningless/). Gejala-gejalanya sering
tidak terungkapkan secara nyata, karena biasanya bersifat "/latent/" dan
terselubung. Perilaku yang biasanya merupakan selubung frustrasi
eksistensial itu sering tampak pada berbagai usaha kompensasi dan hasrat
yang berlebihan untuk berkuasa, atau bersenang-senang, mencari
kenikmatan duniawiyah (materialisme). Gejala ini biasanya tercermin
dalam perilaku yang berlebihan untuk mengumpulkan uang, manic-bekerja
(/wokerholic/), free sex, dan perilaku hidonisme lainnya.
Frustrasi eksistensial akan terungkap secara eksplisit dalam penghayatan
kebosanan dan sifat apatis. Kebosanan merupakan ketidakmampuan sesorang
untuk membangkitkan minat, sedangkan apatisme merupakan ketidak mampuan
untuk mengambil prakarsa (inisiatif). frustrasi eksistensial adalah
identik dengam kehampaan eksistensial, dan merupakan salah satu faktor
yang dapat menjelmakan neurosis. Neurosis ini dinamakan */neurosis
noogenik/*, karena karakteristiknya berlainan dengan neurosis yang
klinis konvensional. */Neurosis noogenik/* tidak timbul sebagai akibat
adanya konflik antara id, ego, superego, bukan konflik insingtif, bukan
karena berbagai dorongan impuls, trauma psikologis, melainkan timbul
sebagai akibat konflik moral, antar nilai-nilai, hati nurani, dan
problem moral etis, dan sebagainya (Bastaman, 1995).
Kehampaan eksistensial pada umumnya ditunjukkan dengan perilaku yang
serba bosan dan apatis, perasaan tanpa makna, hampa, gersang, merasa
kehilangan tujuan hidup, meragukan kehidupan. Logoterapi membantu
pribadi untuk menemukan makna dan tujuan hidupnya dan menyadarkan akan
tanggung jawabnya, baik terhadap diri sendiri, hati nurani, keluarga,
masyarakat, maupun kepada Tuha. Tugas seorang logoterapis dalam hal ini
adalah sekedar membuka cakrawala pandangan klien dan menjajaki
nilai-niliai yang memungkinkan dapat diketemukan makna hidup, yaitu
nilai-nilai kritis, kreatif, dan sikap bertuhan. Dengan demikian
logoterapi mencoba untuk menjawab dan menyelesaikan berbagai problem,
krisis, dan keluhan manusia masa kini, yang initinya adalah seputar
hasrat untuk hidup secara bermakna.
Dalam prakteknya, logoterapis membantu klien agar lebih sehat secara
emosional, dan salah satu cara untuk mencapainya adalah memperkenalkan
filsafat hidup yang lebih sehat, yaitu mengajak untuk menemukan makna
hidupnya. Menemukan makna hidup merupakan sesuatu yang kompleks. Pada
banyak kasus, logoterapis hanya dapat mengajak klien untuk mulai
menemukannya. Logoterapis harus menghindar untuk memaksakan suatu makna
tertentu pada klien, melainkan mempertajam kepada klien akan makna
hidupnya. Mungkin cara yang lebih baik yang dapat dilakukan seorang
logoterapis guna membantu klien agar mengenali apa yang ingin ia lakukan
dalam hidup adalah memperdulikan dan menciptakan atmosfir yang
bersahabat, sehingga klien bebas menjelajahi keunikan dirinya tanpa
merasa takut ditolak. Sebagimana setiap orang yang sedang jatuh cinta
pada umumnya mampu secara intuitif mengenali makna unik apa yang
terdapat dalam hidup orang yang dicintainya.
*IV *
Melihat uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa logoterapi
mengajarkan bahwa setiap kehidupan individu mempunyai maksud, tujuan,
makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup kita
tidak lagi kosong jika kita menemukan suatu sebab dan sesuatu yang dapat
mendedikasikan eksistensi kita. *Namun kalaulah hidup diisi dengan
penderitaaan pun, itu adalah kehidupan yang bermakna, karena keberanian
menanggung tragedi yang tak tertanggungkan merupakan pencapaian atau
prestasi dan kemenangan.*
Banyak orang menyatakan bahwa logoterapi Victor E. Frankl sangat dekat
dengan ajaran agama (/spiritual/), atau juga bisa merupakan "/agama
sekuler/". Bagi Frankl makna hidup adalah daya yang membimbing
eksistensi manusia, sebagaimana para Nabi membimbing umatnya. Frankl
menggabungkan wawasan dari agama-agama dan filsafat-filsafat lama, serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadinya selama tiga tahun yang
kelam di kamp konsentrasi Nazi yang dituangkan dalam suatu teori
psikoterapi, ajaran tersebut dinamakan dengan logoterapi.
*DAFTAR PUSTAKA *
Abidin, Zainal, */"Analisis Eksistensial Untuk Psikologi dan
Psikiatri"/*, Refika Aditama, Bandung, 2002. Baharuddin, */"Paradigma
Psikologi Islami: Studi tentang Elemen Psikologi dari Al-Qur'an"/*,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004.
Bastaman, Hanna Djumhana, "Dimensi Spiritual dalam Teori Psikologi
Kontemporer: Logoterapi Victor E. Frankl", dalam */Jurnal Ulumul
Qur'an/*, Nomer 4 Vol. V. Tahun 1994. halm 14-21.
Bastaman, Hanna Djumhana, */"Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju
Psikologi Islami"/*, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1995.
Frankl, V.E., */"Man's Seach for Meaning: An Introduction to
Logotherapy"/*, Washington Square Press, New York, 1963.
Fromm, Erich, */"Psikologi dan Agama"/*, trj. Oleh Chairul Fuad Yusuf
dan Prasetya Utama, Atira, Jakarta, 1988.
Koeswara, E., */"Logoterapi: Psikoterapi Victor Frankl"/*, Kanisius,
Yogyakarta, 1992
Rakhmat, Jalaluddin, Pengantar dalam Danah Zohar & Ian Marshall, */"SQ:
Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berfikir Integralistik dan
Holistik untuk Memaknai Kehidupan"/*, Mizan, Bandung, 2002.
Rakhmat, Jalaluddin, */"Psikologi Agama: Sebuah Pengantar"/*, Mizan
Bandung, 2004. Sukanto, Mm, Dardiri Hasyim, */"Nafsiologi: Refleksi
Analisis tentang Diri dan Tingkah Laku Manusia"/*, Risalah Gusti,
Surabaya, 1995
- HOME
- Psychology
- Tokoh-Tokoh Psikologi
- Psikologi Agama
- Psikologi Faal
- Psikologi Kepribadian
- Psikologi Perkembangan
- Psikologi Sosial
- Psikologi Umum
- Perkembangan Bayi dan Anak
- Psikologi Remaja
- Health
- Penyakit Gangguan Psikologis
- Kesehatan Mental dan Psikoterapi
- Psikologi Klinis dan Abnormal
- Gizi dan Nutrisi
- Psikologi Kesehatan
- Kesehatan Anak
- Education
- Tips dan Life Style
- Rokok dan Kesehatan
- Homoseksual
- Tips Kesehatan
- Tips-Tips Psikologi
- Ilmu dan Teknologi
- Manusia dan Gaya Hidup
- Humanity
- Identitas Gender
- Dinamika Keluarga
- Psikologi Cinta
- Motivasi dan Cerita Inspiratif
- Psikologi Positif
- Islam dan Organisasi Da'wah
- Umum
- Foto-Foto
- Culture
- Business
- Dunia Blogging
Pengantar Jenis - Jenis Terapi (Logoterapi, Terapi Iman, Islam & Ihsan, Terapi Shalat Malam, Terapi Puasa, Terapi Zikir, Terapi Baca Al-Quran)
Dalam dunia psikologi, ada
dua kutub pembahasan mengenai manusia. Kutub pertama memandang manusia
yang sakit (psikoanalisa dan turunannya) dan manusia yang sehat (humanistic
dan turunannaya). Salah satu urgensi yang perlu dibahas seiiring dengan
perkembangan teori ini adalah perkembangan terapi-terapi yang menyertai suatu
teori yang muncul. Terapi yang dimaksud ialah pemberian terapi-terapi kepada
penderita dari beberapa jenis ganguan jiwa (sakit) atau pengoptimalan
fungsi-fungsi jiwa individu (sehat). Terapi-terapi dalam dunia psikologi sangat
banyak dan beragam, namun dapat dikelompokkan sesuai dengan dasar teoritis yang
menyusun teori yang bersangkutan.
Setiap sistem dan metode
psikoterapi pasa dasarnya berlandaskan pada filsafat manusia yang khas.
Contohnya psikoanalisa dan behaviorisme, mazhab psikologi yang sangat
berpengaruh di Amerika sampai sangat kental dipengaruhi oleh filsafat yang
positivistik tentang manusia. Psikoanalisa dan behaviorisme melihat perilaku
manusia digerakkan oleh situasi yang deterministik. Setiap model psikoterapi
yang berusaha mengembalikan kebebasan manusia sebagai suatu yang kodrati,
pastilah akan bersinggungan dengan kedua mahzab diatas.
Selain itu, terapi dapat dibuat
disesuaikan dengan kebutuhan, dengan memperhatikan aspek-aspek psikologis user
(pengguna/pasien). misalnya latar belakang, agama dan kepercayaan, pandangan
hidup, budaya, dan lain-lain. Aspek psikologis ini banyak yang bersimbiosis
dengan teori-teori dasar psikologi yang menghasilkan terapi-terapi yang sangat
beragam. Pada kesempatan kali ini akan dibahas beberapa macam metode terapi:
- Makna hidup
- Terapi iman, islam, dan ihsan
- Terapi sholat malam
- Terapi puasa
- Terapi dzikir
- Terapi dengan membaca al qur’an
Jika
dilihat selintas terapi yang akan dibahas ini, berorientasi pada agama dan
kepercayaan (islam) kecuali pada terapi makna hidup yang banyak berafiliasi
dengan teori fenomenologis eksistensialis.
A. Makna hidup
Kajian psikologi
akhir-akhir ini menujukkan suatu perkembangan yang kondusif berkenaan dengan
dialog spiritual. Metode ini berawal dari Victor E. Frankl. Beliau merupakan
seorang neuro-psikiater kelahiran Wina, Austria yang berhasil selamat
keluar dari camp konsentrasi maut Nazi pada perang Dunia II, melalui usahanya
untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan hidup bemakna (the will to
meaning). Ternyata harapan untuk hidup bermakna dapat dikembangkan dalam
berbagai kondisi, baik dalam keadaan normal, maupun dalam penderitaan (suffering),
misalnya dalam kondisi sakit (pain), salah (guit), dan bahkan
menjelang kematian sekalipun. Frankl mempelopori suatu model psikoterapi yang
disebut “Logoterapi”. Logoterapi sering dimasukkan pada Existential
Psychiatri dan Humanistic Psychology, karena dianggap sebagai aliran
psikologi yang telah mapan.
Logoterapi berasal dari kata
logos yang telah didopsi dari bahasa Yunani yang berarti “makna” (meaning)
dan kata “ruhani” (spirituality). Logoterapi ditopang oleh filsafat
hidup dan insight mengenai manusia yan mengaku adanya dimensi spiritual, selain
dimensi somatic, dimensi psikologis, dan dimensi social pada eksitensi manusia,
serta menekankan pada makna hidup dan kehendak untuk hidup bermakna sebagai
potensi manusia. Dalam logoterapi ada pula kemampuan khas manusia, yaitu self-detachment
dan self-trancendence yang menggambarkan mengenai adanya kebebasan dan
rasa tanggung jawab.
Frankl berusaha
mengembalikan kebebasan sebagai sesuatu yang berharga bagi manusia. Filsafat
manusia yang mendasari logoterapi adalah semangat untuk hidup autentik guna
mencapai kebebasan lewat upaya untuk hidup bermakna. Fisafat logoterapi
mengisyaratkan tentang harapan besar mengenai masa depan kehidupan manusia yang
lebih berharga dan bermakna. Teori tentang kodrat manusia dalam logoterapi
dibangun atas tiga asumsi dasar, yang saling menopang antara satu dan yang
lainnya:
- Kebebasan bersikap dan berkehendak (the freedom to will)
- Kehendak untuk hidup bermakna (the will to meaning)
- Makna hidup (the meaning of life)
Mengenai
the will to meaning, menurut Frankl merupakan motivasi utama yang
terdapat pada manusia untuk mencari, menemukan, memenuhi tujuan dan arti hidup.
Dalam hal ini Frankl mengkritik Sigmund Freud (the will to pleasure) dan
Alfred Adler (will to power) yang masing-masing menganggap tujuan utama
dari motivasi manusia adalah untuk mendapatkan kesenangan/kenikmatan (pleasure)
dan kekuasaan (power). Yang mana Franlk memberi catatan bahwa kesenangan
bukanlah semata-mata tujuan hidup manusia, melainkan “akibat sampingan” (by
product) dari sebuah tujuan itu sendiri. Begitu juga dengan sarana untuk
mencapai tujuan, bekan mencapai tujuan itu sendiri. Karena pada dasarnya pleasure
dan power sebenarnya sudah tercakup dalam the will to meaning (kekuasaan
merupakan sarana untuk mencapai makna hidup dan kesenagan merupakan efek
samping yang dihasilkan dari terpenuhinya makna hidup tersebut).
Frankl mengangagap bahwa
makna hidup itu bersifat unik, spesifik, personal, sehingga masing-masing orang
mempunyai makna hidup yang khas dan cara penghayatan yang berbeda antara
pribadi yang satu dengan yang lainnya.seorang logoterapis sama skali tidak
memberikan makna hidup tertentu pada kliennya, ia hanya membantu memperluas
cakrawala pandangan klien mengenai kemungkianan-kemungkinan menemukan makna
hidup, serta membantu mereka untuk menyadari tanggung jawab dari setiap tujuan
hidup mereka. Memilih, menentukan makna hidup sepenuhnya menjadi tanggung jawab
klien, bukan tanggung jawab terapis. Logoterapi dapat membimbing manusia dalam
melakukan kegiatan yang secara potensial mengandung nilai-nilai yang
memungkinkan seseorang untuk menemukan makna hidup, yaitu :
- Berkarya serta melakukan tugas hidup sebaik-baiknya, disebut creative values (nilai-nalai kreatif )
- Berusaha mengalami dan menghayati setiap nilai yang ada dalam kehidupan itu sendiri, experiental values (nilai-nilai penghayatan)Menerima berbagai bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi, seperti kedukaan, sakit yang tak bisa sembuh, kematian, setelah segala upaya telah dilakukan secara maksimal, yang disebut sebagai attitude vaues (nilai-nilai bersikap)
Ada
beberapa problem eksistensial yang galibnya berusaha diatasi oleh filsafat
logoterapi, yaitu Eksitential Frustration (frustasi ekstensial),
Eksitetial Vacuum (kehampaan eksistensial), Noogenic Neurosis.
Ketiganya merupakan istilah-istilah kunci dalam Logoterapi, satu sama lainnya
saling berhubungan, serta merupakan konsep-konsep dasar dalam mengalami
gangguan kejiwaan dalam kehidupan manusia kontemporer. Frustrasi eksistensial
muncul ketika dorongan untuk hidup bermakna mengalami hambatan. Gejala-gejala
dalam frustrasi ekstensial tidak terwujud secara nyata, karena pada umumnya
bersifat laten dan terslubung (masked). Perilaku yang manandai frustasi
eksistensial biasanya terungkap dalam berbagai usaha untuk memperoleh
kompensasi besar melalui penyaluran hasrat untuk berkuasa (the will to
power) atau bersenang-senang mencari kenikmatan (the will to pleasure).
Frustrasi eksistensial
sering ditemukan dalam gejala neurosis yang mana pada gejala ini logoterapi
menandainya dengan istilah ”neurosis noogenik” yang berbeda dengan “ neurosis
psikogenik”. Intilah ini merujuk pada sesuatu yang berkaitan dengan sisi
spiritual manusia, yang tidak memiliki konotasi utama pada agama, namun kembali
secara khusus pada eksistensi manusia.
Kahampaan eksistensial
biasanya muncul dalam perilaku yang menunjukkan perasaan serba hampa, gersang,
dan kebosanan yang berlebihan. Menurut Frankl , faktor yang menyebabkan
meluasnya kehampaan eksistensial adalah dianutnya ideologi-ideologi tentang
manusia bercorak reduksioistik, pandeterminisme, serta teori-teori
homostatis. Wawasan tersebut menganggap eksistensi manusia sebagai system yang
tertutup atau memandang manusia dari sudut pandang kemanusiaan yang sub human,
dan dengan demikian mengembangkan berbagai model manusia yang berpola rat
model,machine model, computer model, dan sebagainya. Wawasan ini
mengingkari karakteristik khas manusia, seperti : kemampuan mentransendensikan
diri, kemampuan mengambil jarak dengan lingkungan dan diri sendiri, kebebasan
berkehendak, rasa tanggung jawab, dan spiritualitas.
Neurosis noogenik tidak
muncul dari arahan konflik antara id-ego-super ego, konflik instingtif, trauma
psikis, dan berbagai kompleks psikis lainnya, akan tetapi muncul dari
problematika spiritual. Neorosis noogenik tidak mengakar pada dimensi
psikis manusia, melainkan bersumber pada dimensi spiritual, dengan demikian
neorosis ini tidak bersifat psikogen, tetapi spiritual/noogenik. Frustrasi
eksistensial dan kehampaan eksistensial yang menyebabkan terjadinya neurosis
jenis ini. Menurut Frankl, dalam kasus neurosis noogenik, terapi yang cocok dan
memadai bukanlah psikoterapi, melainkan logoterapi; sebuah terapi yang berisi
memasuki dimensi spiritual dari eksistensi manusia.
Out-put dari logoterapi
biasa terlihat pada keribadian yang sehat, atau dalam istilah Frankl “pribadi
yang mengatasi diri”. Inilah pribadi yang mampu melihat khidupan dunia tidak
hanya dalam rangka pengejaran akan kekuasaan dan kenikmatan, tetapi lebih
berhububungan dengan kemampuan untuk unyuk bermakna dalam semacam tegangan yang
produktif anrata apa yang kita hayati sekarang, dengan prediksi dan pengandaian
tentang apa yang kita hayati pada masa datang.
Cara terapis untuk
membantu klien menemukan makna hidupnya:
- Menunjukkan segala sesuatu yang secara potensial bermakna, namun untuk menentukan apa yang dianggap bermakna, hal itu terpulang pada individu itu sendiri.
- Menunjukkan sumber-sember makna hidup
- Membantu agar individu lebih menyadari tanggungjawab pribadi dalam memenuhi tujuan yang harus dicapai serta kewajiban yang harus ditunaikan.
B.
Terapi Iman, Islam, Ihsan
Istilah terapi atau
pengobatan dalam Islam disebut tahaibun. Istilah thaibun nabawi berasal
dari bahasa Arab yang berarti pengobatan dengan mengikuti metode nabi Muhammad
SAW. Metode ini sangat luar biasa dan canggih, lebih hebat dari metode
pengobatan saat sekarng ini yang mengandalkan akal semata, yaitu :
Memahami hakikat kejadian manusia
Manusia diciptakan Allah
SWT, ciptakan terdiri dari empat unsur lahir (angin, air, api, dan tanah) serta
empat unsur batin (ruh, akal, nafsu, dan jasad). Keempat unsur itu wajib doberi
makan agar kita tetap sehat wal afiat.
Iman adalah ‘itiqat,
aqidah yang mantap, keyakinan yang mutlak kepada keesaaan Tuhan, iman itu
sering naik turun (yazid wa yanqus). Iman dapat menyehatkan mental
karena iman itu manjadi pengendali sikap, ucapan, tidakan, dan perbuatan. Yang
mana jika tanpa adanya kendali itu orang-orang akan mudah melakukan hal-hal
yang merugikan dirinya atu orang lain dan dapat menimbulkan penyesalan dan
kecemasan yang akan menyebabkan terganggunya kesehatan jiwa. Iman dapat
menyehatkan karena iman itu menjadi pengendali sikap, ucapan, tindakan, dan
perbuatan. Tanpa kendali tersebut maka orang akan mudah melakukan hal-hal yang
merugikan dirinya atau orang lain dan dapat menimbulkan penyesalan dan
kecemasan yang akan menyebabkan terganggunya kesehatan jiwa.
Islam adalah syariat lahir
atau fiqih (paham) yang tertulis dalam Al Qur’an dan Hadis, yang wajib
diamalkan oleh umat islam sebagaimana yang diajarkan dan dicontohkan Rasullah
SAW kepada para sahabat lalu diturunkan kepada tabi’in lalu ditunkan kepada
tabi’ut tabi’in hingga sampai kepada kita secara turun-temurun. Menurut Abdul
Mujib, realisasi motode islam ini dapat membentuk kepribadian muslim yang
mendorong seseorang untuk hidup bersih, suci dan dapat menyesuaikan dari dalam
setiap kondisi, yang mana kondisi ini merupakan syarat mutlak bagi terciptanya
kesehatan mental.
Kepribadian dalam Islam
akan menciptakan kesehatan mental karena mencerminkan 5 karakter Muslim:
- Karakter syahadatain, yaitu karakter yang mampu menghilangkan dan membersihkan diri dari segala belenggu atau dominasi tuhan-tuhan temporal dan relatif seperti materi dan hawa nafsu (QS. Al-Furqan:43). Selain itu karakter syahadatain juga menghendaki individu untuk selalu cinta dan mematuhi perintah Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi larangannya (QS al-Hasyr:7)
- Karakter Mushalli, yaitu karakter yang mampu berkomunikasi dengan Allah (ditandai dengan takbir) dan dengan sesama manusia (ditandai dengan salam). Karakter mushalli menghendaki adanya kebersihan dan kesucian lahir yang diwujudkan dalam wudhu (QS. Al-Maidah: 1-2).
- Karakter Muzakki, yaitu karakter yang berani mengorbankan hartanya untuk kebersihan dan kesucian jiwa (QS. At-Taubah 103), serta untuk pemerataan kesejahteraan umat pada umumnya. Karakter Muzakki menghendaki adanya pencarian harta secara halal dan mendsitribusikannya secara halal pula. Ia menuntut adanya produktivitas dan kreativitas.
- Karakter Sho’im, yaitu karakter yang mampu mengendalikan dan menahan diri dari nafsu-nafsu rendah, seperti menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual pada waktu, tempat yang dilarang.
- Karakter Haji, yaitu karakter yang mau mengorbankan harta, waktu bahkan nyawa demi memenuhi panggilan Allah.
Ihsan
adalah syariat atau perkara – perkara yang berhubungan dengan akhlak,
perkara-perkara kerohanian. Imam Malik ra berkata “barang siapa befiqh (syariat
lahir) tetapi tidak bertasawuf (syariat batin) maka fasiklah ia, dan barang
siapa bertasawuf tetapi tidak berfiqh maka zindiklah ia (kafir tanpa sadar).
Individu akan memperoleh kesehatan mental ketika dalam hidupnya selalu menempuh
jalan yang baik serta berbuat baik. Orang yang berbuat baik berarti menempuh
jalan yang baik, yaitu jalan yang tidak menanggung resiko, sehingga hidupnya
terhindar dari permusuhan, pertikaian dan iri hati. Dalam kondisi seperti ini
individu akan memperoleh kesehatan mental.
C. Terapi shalat malam
(Tahajjud)
Sholat merupakan tiang
agama, ini berarti sholat menunjang keimanan, syariah, dan menyempurnakan
akhlak manusia.adapun letak aqidah keimanan dalam sholat terbagi menjadi 6
(Imam Ghozali), yaitu :
- Komitmen untuk membesarkan Allah SWT (isi sholat)
- Komitmen untuk mengagungkan Allah SWT
- Komitmen untuk memuji Allah SWT
- Komitmen untuk mensucikan Allah SWT
- Komitmen untuk mengesahkan Allah SWT
- Do’a
Pembentukan
moral dan akhlak
Ihsan, akhlak, dan moral
yang berarti ibadah sholat itu akan membntuk akhlak dan moral. Beberapa makna
dalam gerakan sholat seperti, sujud yang mengajarkan manusia tawadhuk, rendah
hati karena adanya sifat sombong dan apa yang kita banggakan semuanya akan
jatuh kebawah. Harta jangan disombongkan karena tidak akan dibawa mati, pangkat
jangan disombongkan karena ada waktu pensiun, ilmu jangan disombongkan karena
datangnya pun dari Allah. Yang mana semuanya itu dilatih dengan sering mungkin
sujud kepada Allah dalam sholat. Selanjutnya ruku yang mengagungkan Allah dan
kesempurnaannya hanya milik Allah. Kesadaran pada waktu ruku karena menusia
tidak ada yang sempurna. I’tidal untuk memuji Allah agar kita mau mensyukuri
nikmat dan jangan menjadi orang yang serakah dan kufur nikmat. Salam merupakan
penjabaran dari silahturahmi antara satu mukmin dengan mukmin yang lain.
Gerakan yang mengandung energy
Dalam buku kuno Cina
mengungkapkan periode alam semesta dalam 24 jam terjadi dalam beberapa periode.
Dalam buku itu menjawab ada hubungan antara manusia dengan alam semesta melalui
waktu sholat. Terbukti bahwa energi alam dengan manusia terjadi sirkulasi yang
amat seimbang, makanya Allah mentapkan waktu-waktu sholat. Hal ini dikaji
menurut ilmuwan Cina, yaitu:
- Ada energi api yang akan keluar jam 12.00 siang sampai sore, untuk mengobati jantung dan ginjal
- Dalam gerakan sholat ashar adalah siklus dari panas ke dingin, mereka menyebutnya terapi kandung kemih. Secara alamiah gerakan sholat ashar itu memisahkan zat-zat kimia dalam tubuh kita
- Ada energi air yang kekur pada waktu jam 6 sore setelah terbenamnya matahari, yang disebut mereka bahwa sholat mgrib itu menterapi ginjal
- Gerakan sholat isya, yaitu setelah mega merah menghilang, ini disebut sebagai terapi yang mengurangi kelebihan energi. Ada energy kayu yang keluar pada jam 11 malam, dia yang mengancurkan racun-racun yang ada didalam tubuh kita dan menurut ilmuan Cina racun itu membakar kayu untuk membuang racun di otak
- Pada jam 2 pagi otak dibersihkan oleh energy kayu, dan selanjutnya Allah menyediakan dan mengisinya untuk sholat tahajud pada waktu sepertiga malam. Seorang ilmuwan dari Jerman melakukan penelitian, Prof. Dr. Sholeh seorang guru besar Univesitas Airlangga, telah membuktikan bahwa tahajud yang teratur dan disiplin akan mencegah kanker, stres, dan infeksi oleh sebab itu jika orang melakukannya dengan teratur maka akan memiliki emosi yang positif
- Pada jam 3 pagi ada energy logam yang menterapi kita dan jam 6 pagi malakukan sholat dhuha untuk menterapi pencernaan.
Dalam
gerakan sholat ini ilmuan Cina membaginya kedalam l9 gerakan atau disebut juga
gerakan superyoga, karena energi itu akan masuk kedalam syaraf tangan dan cara
yang paling tepat untuk menangkap itu ialah dengan takbir ketika akan memulai
sholat dan takbir ketika bangun dari ruku. Ketika ruku itu akan melenturkan
memori otak dan ginjal, sedangkan ketika sujud memperlancar korener dan
oksigen. Duduk pada tahiyat awal dapat membakar mengefektifkan kelenjer
keringat dan pencegahan pengapuran, sedangkan pada tahiyat akhir dapat
menterapi keseimbangan dan wasir. Duduk antara dua sujud mereka sebut dengan
duduk keperkasaan karena menarik syaraf dibawah lutut dan pangkal paha.
D. Terapi puasa
Puasa sangat menyehatkan
untuk tubuh dan dapat menjadi suatu metode detoksifikasi (pembersihan darah)
yang sangat baik. Abdul Mujib, M. Ag dan Jusuf Mudzakir, Msi, dalam buku
berjudul Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, menulis dengan puasa fisik seperti
menahan lapar, minum, dan hubungan seksual, maupun puasa psikis seperti manahan
hawa nafsu dari mencuri, marah, dengki, iri hati, angkuh, perilaku agrsif dan
sebagainya, maka akan mengobati rasa sakit seseorang yang bersemayam dihatinya.
Saat tubuh kita sedang
bepuasa, semua organ bekerja ringan. Organ pencernaan bisa berisirahat dan
system kekebalan bisa bekerja secara maksimal. Sehingga kerja tubuh menjadi
ringan yang membuat terjadinya perbaikan pada kerusakan yang diderita oleh
tubuh.
Gangguan jiwa yang parah
teryata dapat direduksi dengan berpuasa. Gangguan mental yang lain seperti
susah tidur, rendah diri, dan cemas berlebihan dapat dikurangi dengan terapi
puasa. Hal ini dibuktikan melalui sebuah penelitian di sebuah Rumah Sakit Grace
Square, New York. Penelitian ini dilakukan oleh Dr. Nicolayey, guru besar di
The Moscow Psychiatric Institute. Nicolayey membandingkan dua kelompok
penderita gangguan kejiwaan dengan satu kelompok yang mnedapat terapi medis,
sedangkan yang lain mendapatkan terapi puasa yang dilakukan masing-masing
selama 30 hari. Dari eksperimen itu disimpulakan bahwa pasien yan gtidak dapat
disembuhkan dengan terapi medis dapat disembuhkan dengan terapi puasa. Selain
itu orang-orang tersebut juga tidak mengalami kekambuhan salama 6 tahun
kemudian.
Sedangkan menurut beberapa
penelitian lain, puasa dapat memperbaiki kolesterol darah. Kadar kolesterol
darah yang tinggi dalam jangka panjang akan menyumbat saluran pembuluh darah
dalam dentuk aterosklerosis (pengapuran atau pengerasan pembuluh darah). Yang
mana dari hasil panelitian ini dapat miningkatkan kolesterol darah HDL, yang
dikenal sebagai kolesterol darah baik karena dapat menurangi resiko terkadinya
aterosklerosis, sebesar 25 mg persen dan menurunkan lemak trgliserol sekitar 20
mg persen. Lemak trigliserol merupakan bahan pembentuk kolesterol LDL yang
dikenal sebagai kolesterol jahat, karena memiliki sifat berlawanan dengan HDL.
Dengan puasa dapat mengurangi risiko terjadinya stoke.
Manfaat puasa yang lain
juga dapat dibuktikan secara alamiah adalah peremajaan kambali dan perpanjangan
harapan hidup. Metabolism yang lebih rendah, produksi protein yang lebih efsian,
meningkatnya system kekebalan, dan bertambahnya produsi hormon, berkontribusi
terhadap manfaat puasa. Agar member manfaat yang optimal, puasa yan
gdilaksanakan mesti sesuai dengan kaidah agama dan kesehatan, berikut beberapa
tips:
- Minum yang cukup, sekitar 8-10 gelas per hari. Untuk kebutuhan kalori dengan kebutuhan pria 2.100 kalori dan wanita 1.900 kalori, yang mana kalori sebanyal ini dapat dipenuhi dengan makan dan minum yang disantap selama sahur dan berbuka yang memenuhi standar gizi, yaitu 50% karbohidrat, 25% lemek, 10-15 % protein, vitamin dan mineral secukupnya.
- Walau kurang nafsu atau mengantuk, hendaknya tetap melakukan makan sahur. Dengan makan tidak terlalu kenyang, kira-kira sepertiga dari kebutuhan kalori sehari. Jika tidak bisa makan nasi dalam jumlah yang banyak sebaiknya makanla makanan ringan dahulu. Untuk mencegah sembelit sebaiknya sayur dan buah dikonsumsi satiap hari.
- Ketika berbuka tidak makan sekaligus banyak, tetapi secara bertahap, dimilai dengan menikamti makanan ringan atau minum yang manis-manis.
- Beristirahatlah pada siang hari, guna menghindari keluarnya keringat yang banyak. Jika ingnberolahraga pada sore hari sekitar satu atau setengah jam saja sebelum berbuka.
E.
Terapi zikir
Kunci keberhasilan dari
terapi zikir, yaitu:
- Perasaan yang ikhlas kepada sang pencipta yaitu Allah
- Memiliki keyakinan bahwa tidak ada satu pun ciptaan Allah di dunia ini yang bisa mengalahkan Allah yang menciptakannya
- Memiliki keyakinan bahwa manusia cipataan Allah yang mulia
Proses tahapan model terapi dzikir, ialah
- Pilihlah posisi yang nyaman, seperti duduk dikursi, besila, namun bila sedang sakit posisi tiduran atau seperti posisi saat sholat
- Tenangkan diri sampai benar-benar nyaman
- Lalu mulailah menyebutkan kata atau kalimat dalam hati dengan tenang secara perlahan, sesuiakan dengan kyakinan yang dimiliki, missal jika kamu seorang muslim silahkan berdzikir, jika beragama Budha boleh menggunakan mantra Budha, jika Katolik boleh menggunakan Doa Salam Maria, Doa Jesus atau yang lainnya. Pilih yang sesuai dengan kita.
- Setelah beberapa waktu, sambil tetap Model Dzikir mulailah melakukan teknik nafas berikut:
a.
Tarik nafas perlahan
b. Buang nafas melalui
mulut sebanyak-banyaknya sampai posisi kita membungkuk tentuk jika memilih
posisi duduk atau posisi brsujud, jika memilih posisi sholat usahakan dahinya
menyentuh lantai. Terus buang nafas sampai perut dan paru-paru sangat kempis.
Dalam posisi sijud dengan kepala tetap menyentuh lantai, boleh menahan nafas
bebrap saat.
c. Terus lakukan a dan b
sampai benar-benar merasa nyaman dan lega
Manfaat dari terapi dzikir
sangat banyak, terutama untuk menetralisir beban fikiran atau perasaan yang
sering kali menghampiri setiap harinya. Masalah utama pada manusia ialah
bagaimana supaya timbul keikhlasan dan problem yan gberada didalam fikiran dan
hati bisa dikendalikan. Sering kali seseorang streaa/ depresi dan pergi ke
dokter setelah itu dokter akan member obat penenang supaya dapat tidur dan
merasa fresh. Tetapi ketika kita terjaga dari tidur reaksi obat sudah habis
maka apa yang kita rasakan sebelumnya akan timbul kembali. Dengan kata lain
persoalan tidak akan hilang, namun kita akan menjadi ketergantungan dengan
obat. melalui terapi dzikir kita berupaya untuk mengatasi/ mengendalikan
bukan lari dari persoalan.
F. Terapi baca Al
Qur’an
Isalm adalah agama yang
sangat memperhatikan kesehatan umatnya. Yang mana ibadah yang sehari-hari
dilakukan tidak hanya berdimensi ritual yang berpahala., tetapi mempunyai
manfaat ari isi kesehatan. Bacaan Al Qur’an dan bacaan sholat misalnya,
mengandung hikmah dan mencegah penyakit. Dengan membaca ayat-ayat tertentu dan
membacanya sebagus mungkin, lalu didengarkan dan dihayati ayat-ayat tersebut,
insya Allah penyakit jantung bias sembuh, ungkap Owner Kalim Publishing, Bambang
Suprianto.
Penelitaian yang berhasil
membuktikan bahwa dengan mendengar bacaan Al Qur’an, seorang muslim baik dengan
bahasa Arab maupun tidak, dapat merasakan perubahan fisiologis yang besar,
seperti penurunan depresi, kesedahan, bahkan dapat, memperoleh ktenangan dan
menolak berbagai penyakit. Penemuan ini menggunakan alat elektonik mutakhir
untuk mendeteksi jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap listrik.
Penemuan itu menunjukkan bahwa bacaan Al Qur’an berpengaruh besar, hingga 97 %
dalam memberikan ketegangan dan penyembuhan penyakit. Ini merupakan hasil
penelitian Al Qadidi Klims Besar, Florida, Amerika Serikat.
Didalam masyarkat yang
mengamalkan moral Al Qur’an, orang-orangnya sangat menghargai satu sama
lainnya. Setiap orang selalu berusaha agar orang lain merasa nyaman dan aman,
karena menurut ajaran islam solidaritas, persatuan, dan kerja sama merupaka hal
yang penting. Setiap orang merasa berkewajiban untuk mendahulikan kenyamanan
dan kepentingan orang lain. Surat Al Hashr : 9, menyebutkan contoh moralitas
dari orang-orang yang beriman :
Mereka yang lebih dulu tinggal di
Madinah, dan telah beriman sebelum mereka dating, mencintai merekayang
datangkepada mereka untuk berhijrah, dan tak terbetik keinginan dihati mereka
barang-barang yang diberikan kepada mereka, melainkan mendahulukan mereka
dibanding dirinya sendiri meskipun mereka sendiri sangat membutuhkannya. Siapa
yang terpelihara dari ketamakan, mereka itulah orang-orang yang beruntung.
PENUTUP
Terapi yang sering
dipraktekkan dalam psikologi lebih banyak bersumber dari ilmu psikologi barat
yang dasarnya adalah ilmu psikoanalisa, behavioris dan humanistic. Terapi ini
belum tentu sesuai dengan budaya di Timur, karena perbedaan budaya agama, adat
istiadat dan falsafah hidup.
Sehingga perlu kiranya
mengembangkan terapi yang bersumber dari kearifan timur dengan menggali kembali
sumber-sumber yang sudah ada. Misalnya yang berasal dari agama (Islam, Hindu,
Budha, Tao dll), ataupun yang bersumber dari budaya (India, Cina dll).
Terapi-terapi yang dibahas
disini, adalah sekilas lebih kepada terapi yang ada dan berkembang dalam dunia
Islam. Hanya satu budaya dan agama saja bisa diciptakan beberapa terapi (sesuai
dengan kebutuhan), apalagi jika mengeksplorasi budaya dan agama yang ada.
Terapi yang dibahas masih jauh dari sempurna, bahkan masih terasa lebih kearah
filosofis. Butuh waktu dan keuletan untuk menggali dan mengembangkan lebih
lanjut kearah yang lebih sempurna.
Terapi dalam Islam,
misalnya terapi Shalat mengungkapkan rahasia dibalik shalat terutama shalat
malam, dengan menganalisis waktu dan gerakan. Terapi yang lain misalnya terapi
Puasa, Terapi Iman, Islam dan Ihsan, dan terapi-terapi lain. Inti terapi ini
adalah bagaimana seseorang dapat memaknai suatu makna secara filosopis, dengan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Rasa ikhlas tidak lepas dari
terapi-terapi yang dijelaskan disini. Terapi zikir dan terapi baca Al-Qur’an
adalah contoh terapi yang diupayakan mensinkronisasikan antara bacaan lisan dan
bacaan qalbu (hati). Jika lisan dan qalbu terjaga, diharapkan tingkah laku
(psikomotor) dapat dikendalikan.
http://www.psychologymania.com/2011/09/pengantar-jenis-jenis-terapi-logoterapi.html
0 Komentar: