Riekha Pricilia

Perempuan, 21 Tahun

Riau, Indonesia

Tiga sifat manusia yang merusak adalah : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. <div style='background-color: none transparent;'></div>
::
PLAY
Faceblog-Riekha
Shutdown

Navbar3

Search This Blog

Minggu, 09 Juni 2013

Mengapa sebagian ateis tidak setuju/menentang agama?


 Berdasarkan Jawaban Para Ateisme yang di rangkum berbagai sumber ini jawaban Mereka
Jawab:

1. Mereka berpendapat bahwa agama berpotensi membuat manusia melupakan empati.
Pertanyaan pertama yang sering kita dengar dari orang beragama adalah: "Kalo lo ateis, hidup lo ga punya aturan dong? Enak bisa bunuh dan perkosa siapa aja." Well, manusia memiliki empati karena secara alami manusia paham—karena sudah belajar survive secara berkelompok—bahwa dia tidak bisa melakukan segala perbuatan dengan sebebas-bebasnya terhadap orang lain. Hampir semua orang, baik yg beragama maupun tidak beragama, memiliki empati dan melakukan tindakan sehari-hari berdasarkan naluri empati tsb.

2. Agama berpotensi menyulitkan dalam penalaran atau pembelajaran mengenai fenomena alam.
Pertanyaan yang sering didengar adalah, "Kalo lo ga percaya tuhan, terus siapa yang ciptain alam ini?" Ini bukan pertanyaan yang tepat, karena ada asumsi dasar bahwa alam diciptakan. Pertanyaan yang lebih tepat adalah "Bagaimana?" Orang yang basah kuyup, misalnya, akan bertanya terlebih dulu "Bagaimana bisa basah?" dan bukan "Siapa yang mengguyur air?"

3. Agama disucikan dan diistimewakan dibanding penalaran dan empati.
Terkait dengan poin 1 dan 2, ajaran  agama yg dilabelkan "suci" akan diistimewakan dibanding masukan pengetahuan lainnya terumasuk sains. Ini menyebabkan dalam kasus-kasus seperti faith healing, kreasionisme, atau tindakan terorisme berdasarkan agama, para pelaku dan pendukung tidak bisa mempertimbangkan dengan baik yang mana yang benar dan yang mana yg salah.

4. Indoktrinasi anak-anak
Ini sesuatu yg berbahaya dan tidak baik untuk anak. Banyak anak diindoktrinasi agama oleh orang tua mereka dari usia dini. Ini melenyapkan kekritisan anak. Coba perhatikan bagaimana teman Anda yang memiliki anak lalu mencoba meyakinkan sang anak mengenai keberadaan Tuhan dan kebenaran ajaran agamanya. Banyak anak biasanya kritis bertanya "Mengapa?" atau "Kok bisa?" dan ini biasanya ditanggapi dengan ancaman dan larangan, misalnya "Tidak boleh tanya begitu nanti masuk neraka!" Ancaman, terutama yg terkait dengan neraka, seringkali membekas hingga anak dewasa.

5. Isi ayat kitab suci dan ajaran-ajaran baku agama
Sebuah kitab suci ditulis ratusan tahun lalu dan biasanya tidak berubah sama sekali dalam waktu ratusan tahun tersebut, sedangkan dalam waktu begitu panjang kita telah mengalami banyak perkembangan pengetahuan, baik dalam bidang sains ataupun norma-norma moral, termasuk yg kita kenal dengan nama "hak sipil"/ "civil rights." Segala diskriminasi berbasis gender, suku/ras, orientasi seksual, dilarang dalam negara modern yang dilengkapi dengan perlindungan hak sipil.


Singkatnya, manusia sebagai masyarakat dapat maju lewat belajar dari pengalaman masa lalu. Ini termasuk mereview nilai-nilai yang sudah tidak lagi sesuai jaman dan memiliki keberanian untuk merubahnya. Nilai-nilai moral bukanlah sesuatu yang stagnan, melainkan sesuatu yang dapat terus diperbaiki. Ateis yang anti agama beranggapan bahwa dogma agama yang bersifat antikritik cenderung menghambat lajunya perkembangan, baik dalam penerimaan terhadap sains maupun sistem moral. Namun tentunya, sama seperti tidak semua teis lalu terperangkap dalam dogma, tidak juga semua ateis anti agama.

0 Komentar: