Riekha Pricilia

Perempuan, 21 Tahun

Riau, Indonesia

Tiga sifat manusia yang merusak adalah : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. <div style='background-color: none transparent;'></div>
::
PLAY
Faceblog-Riekha
Shutdown

Navbar3

Search This Blog

Minggu, 09 Juni 2013

Kenapa anda tidak jadi agnostik saja? Bukankah itu posisi yang lebih jujur?

Kenapa anda tidak jadi agnostik saja? Bukankah itu posisi yang lebih jujur? (Tidak tahu apakah Tuhan ada atau tidak)

Pertama-tama kita bahas dulu arti dari agnostik. Agnostik berasal dari kata "A" yang berarti "tidak" dan "Gnostik" yang berarti "tahu". Jadi Agnostik artinya tidak tahu. Seringkali arti ini diperpanjang menjadi "Tidak tahu apakah Tuhan ada atau tidak". Jadi Agnostik adalah jawaban dari pertanyaan: "Apakah anda tahu bahwa Tuhan itu ada atau tidak?".

Agnostikisme dan Ateisme tidak berada dalam satu kategori. Mirip seperti "Kendaraan" dan "Roda Empat". Tidak semua kendaraan ber-roda empat, tapi ada kendaraan yang ber-roda empat. Ateisme berangkat dari pertanyaan yang berbeda dari Agnostik-isme. Pertanyaannya adalah: "Apakah anda percaya Tuhan itu ada?". Yang tidak percaya disebut Ateis, dan yang percaya disebut Teis.

Dari sini kita bisa ambil kesimpulan adanya empat macam golongan:

1. Teis Gnostik.
Yaitu mereka yang tahu Tuhan itu ada, sehingga otomatis percaya Tuhan itu ada.

2. Teis Agnostik
Yaitu mereka yang tidak tahu Tuhan itu ada atau tidak, tetapi percaya Tuhan itu ada.

3. Ateis Agnostik
Yaitu mereka yang tidak tahu Tuhan itu ada atau tidak, tetapi tidak percaya bahwa Tuhan itu ada.

4. Ateis Gnostik
Yaitu mereka yang tahu Tuhan itu tidak ada. Dan tentunya tidak percaya Tuhan.

Kembali ke pertanyaan awal, mayoritas dari yang bertanya seperti itu sebenarnya bermaksud menanyakan seperti ini: "Kenapa anda jadi Ateis Gnostik, dan tidak menjadi Teis Agnostik saja?"

Pertanyaan tersebut mengasumsikan yang ditanya adalah Ateis Gnostik, yang belum tentu benar. Sebagian ateis adalah ateis yang memang sudah agnostik (lihat no.3). Meminta mereka untuk percaya tuhan adalah hal percuma, karena "percaya" bukanlah sesuatu yang bisa dipilih atau di-setel seperti tombol on-off. Percaya-Tidak Percaya merupakan suatu kondisi diluar kuasa orang yang percaya/tidak percaya, mirip seperti doyan duren/tidak doyan duren, berbeda dengan tahu-tidak tahu yang dipengaruhi dengan ada/tidaknya bukti.

Bagaimana dengan mereka yang masuk kategori #4 atau Ateis Gnostik? Posisi ini biasanya diduduki oleh Ateis yang menganggap Tuhan sama dengan Doraemon atau Sinterklas atau Nyi Roro Kidul atau tokoh-tokoh fiksi/mitos lainnya. Argumen Ateis Gnostik adalah: Saya tidak agnostik terhadap Doraemon (Saya TAHU Doraemon itu cuma tokoh fiksi); Kenapa saya harus agnostik terhadap Tuhan? Kalau saya harus agnostik terhadap Tuhan, maka saya pun menuntut para Teis untuk agnostik terhadap Doraemon dan Sinterklas, karena sampai sekarang tidak ada yang bisa membuktikan bahwa Doraemon dan Sinterklas TIDAK BENAR-BENAR ADA.

Perlu dicatat, bahwa posisi Ateis Gnostik bukan berarti dia adalah seorang A-Deis Gnostik. Tuhan Deis tidak sama dengan Tuhan Teis. Tuhan Deis adalah memang Tuhan yang tidak bisa difalsifikasi eksistensinya, sehingga ada-tidaknya tuhan Deis pun menjadi tidak penting atau irelevan untuk dibahas.



Semua Artikel Tentang Ateis Berdasarkan Sumber:Anda Bertanya Ateis Menjawab

http://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com/ 

0 Komentar: