Riekha Pricilia

Perempuan, 21 Tahun

Riau, Indonesia

Tiga sifat manusia yang merusak adalah : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. <div style='background-color: none transparent;'></div>
::
PLAY
Faceblog-Riekha
Shutdown

Navbar3

Search This Blog

Sabtu, 05 Mei 2012

GANGGUAN KEPRIBADIAN OBSESIF KOMPULSIF


         Gangguan kepribadian obsesif kompulsif  (OCPD) adalah gangguan kepribadian yang ditandai oleh kekakuan psikologis umum, seperti kaku untuk aturan dan prosedur, perfeksionisme, kode moral, dan ketertiban berlebihan. Obsessive-compulsive personality disorder (OCPD) atau gangguan kerpibadian obsesif kompulsif adalah gangguan kepribadian yang melibatkan suatu obsession (ide menetap yang tidak diinginkan) tentang kesempurnaan, aturan, dan pengaturan. Orang dengan OCPD akan merasa cemas  ketika mengetahui bahwa sesuatu tidak berjalan dengan baik. Ini akan membuat kebiasaan dan aturan bagi cara mengerjakan sesuatu, apakah untuk dirinya sendiri atau keluarganya.
Tanda dan Gejala
Gejala utama dari OCPD adalah keasyikan dengan detail, aturan, daftar, perintah, pengaturan, dan jadwal, menjadi sangat kaku dan tidak luwes dalam keyakinan, menunjukkan kesempurnaan yang mempengaruhi penyelesaian tugas, perhatian yang berlebihan pada hasil dengan waktu mereka, menjadi sangat teliti, memiliki moral, etika, dan nilai yang teguh, penyimpanan hal yang tidak akan lama memiliki nilai, dan enggan mempercayai tugas atau pekerjaan kepada orang lain karena takut bahwa standar mereka tidak akan ketemu.
Penyelesaian tugas atau masalah oleh pribadi OCPD dapat dipengaruhi ketika waktu yang berlebihan digunakan untuk memperoleh sesuatu yang dianggap benar. Hubungan pribadi dan sosial sering dalam ketegangan serius karena pribadi OCPD meminta dengan tegas tanggungjawab dan satu-satunya orang yang mengetahui apa yang benar.
Ketidakbersihan terlihat pada pribadi OCPD sebagai bentuk kurang sempurna, sebagai ketidakrapian. Mereka biasa menghabiskan waktu dengan sikap yang tepat, sebagai contoh menempatkan sesuatu secara tepat di tempat yang tepat dengan sikap yang tepat. OCPD menderita kecemasan tentang potensi kesalahan pada kehidupan mereka dan menanggapinya dengan menyimpan uang. Menyimpan uang yang tidak normal/patologis, terlihat seperti kikir atau pelit terhadap orang lain, akan terjadi untuk meminimalkan pengeluaran harian.
Terdapat wilayah moral abu-abu bagi orang yang terkena OCPD. Kegiatan dan keyakinannya sempurna benar atau pasti salah, dengan pribadi OCPD selalu benar. Seperti yang diketahui, hubungan antar pribadi sulit karena harapan yang berlebihan pada teman, patner romantis, dan anak-anak. Suatu saat frustasi dengan orang lain yang tidak mengerjakan apa yang pribadi OCPD inginkan menumpahkan kemarahan bahkan kekerasan. Orang dengan OCPD sering memiliki pandangan negatif  kehidupan (pesimis) dengan sedikit bentuk depresi. Ini menjadi saat yang serius untuk percobaan bunuh diri sebagai resiko yang nya.
Orang dengan OCPD, ketika cemas atau gembira akan mengalami tic (gerakan berulang, kompulsif, dan tidak disadari, biasanya mengenai wajah dan bahu), menyeringai atau membuat kegaduhan atau melakukan sesuatu yang impulsive (penentuan bertindak yang tiba-tiba dan tak terkendali), dan tindakan yang tidak dapat diprediksi, termasuk mengambil resiko. Mereka menjaga rumah mereka secara sempurna aturannya, atau merasa cemas menugaskan pekerjaan kepada orang lain kecuali akan dikerjakan secara sempurna.
Penyebab
              Penelitian pada keluarga yang cenderung OCPD melalui penelitian DNA. Dua penelitian menyatakan bahwa orang yang memiliki gen DRD3 akan berkembang menjadi OCPD dan depresi, terutama jika laki-laki. Secara genetik, akan belum muncul sampai ada pemicu oleh peristiwa tertentu yang menjadi predisposisi OCPD. Perspektif ini memiliki implikasi penting. Anak yang lahir dengan predisposisi (respon tubuh terhadap penyakit yang sifatnya laten dan dapat diaktifkan dalam keadaan tertentu) genetik  tidak pernah berkembang menjadi perangai penuh. Banyak tergantung pada konteks dimana anak-anak dibesarkan. Jika OCPD muncul pada konteks dimana anak-anak yang memiliki predisposisi genetik meningkat, OCPD akan dipicu, dan kemudian berkembang pada anak-anak. Sebagai contoh, jika anak-anak dibesarkan dalam keluarga yangmenderita OCPD, predisposisi anak akan tersingkap dengan sendirinya melalui sikap dan tingkah laku.  Sebaliknya juga benar. Pada hipotesa  ini, pada tahapan, belum sepenuhnya diteliti. Perspektif kedua menyatakan bahwa anak-anak yang tidak mewarisi genetis akan sama mengadopsi  bentuk interaksi dan sikap keluarga.
Kriteria Diagnostik (DSM-IV-TR)
The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder fourth edition, DSM IV-TR, (panduan diagnostic dan statistik gangguan mental edisi ke empat), sebuah panduan yang digunakan secara luas untuk mendiagnosa gangguan penyakit, mendefinisikan OCPD (obsessive-compulsive personality disorder) (pada Axis II Cluster C) sebagai :
Bentuk yang mudah menyebar dari keasyikan dengan jalur perintah, kesempurnaan, dan kontrol   mental dan antar personal, dengan pengorbanan keluwesan, keterbukaan, dan efisiensi, dimulai pada awal masa dewasa dan hadir pada berbagi variasi konteks, dengan indikasi empat atau lebih daftar berikut ini :
1.      Keasyikan dengan detail, daftar, perintah, pengaturan, atau jadwal pada batas dimana titik utama dari kegiatan menjadi hilang.
2.      Mempertontonkan kesempurnaan yang mempengaruhi penyelesaian tugas (seperti contoh, tidak dapat  menyelesaikan proyek karena standar diri sendiri yang kaku dan tidak bertemu).
3.      Berlebih-lebihan bekerja dan produksi dengan pengecualian kegiatan waktu senggang dan persahabatan (tidak dihitung sebagai keperluan yang bernilai ekonomi).
4.      Sangat teliti, kesopanan, dan keteguhan moral, etika, atau nilai (tidak dinilai oleh identifikasi kultur atau agama).
5.      Tidak dapat membiarkan objek usang atau tidak berguna bahkan ketika mereka tidak memiliki  nilai yang sentimental.
6.      Enggan mendelegasikan tugas atau pekerjaan kepada orang lain jika mereka tidak mengajukan secara tepat caranya mengerjakan.
7.      Mengadopsi gaya pengeluaran yang kikir baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, uang dianggap sebagai sesuatu yang harus disimpan untuk masa depan yang kacau.
8.      Mempertontonkan kekakuan dan keras kepala.
Penting untuk dicatat bahwa sementara seseorang mungkin memperlihatkan salah satu atau semua karakteristik dari gangguan kepribadian, tidak didiagnosis sebagai gangguan kecuali orang itu mengalami kesulitan menjalani hidup normal karena masalah ini.

Perspektif menurut aliran-aliran
1.      Perspektif psikoanalisis
Menurut pandangan psikoanalisa, obsesif-kompulsif timbul dari daya-daya instinktif seperti seks dan agresivitas, yang tidak berada di bawah kontrol individu karena toilet-training yang kasar. Sedangkan Adler memandang gangguan kepribadian obsesif kompulsif ini sebagai hasil dari perasaan tidak kompeten.
2.      Perspektif behavioristik
Para ahli tingkah laku mengemukakan bahwa gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah perilaku yang dipelajari, dan diperkuat dengan berkurangnya rasa takut (Davison & Neale, 2001). Teori Behavioral menganggap kompulsi sebagai perilaku yang dipelajari yang dikuatkan oleh redukasi yang kuat.
3.      Perspektif kognitif
Ide lain yang muncul adalah kompulsi memeriksa terjadi karena defisit ingatan. Ketidakmampuan untuk mengingat beberapa tindakan dengan akurat, atau untuk membedakan antara perilaku yang benar-benar dilakukan dan imajinasi seseorang memeriksa berkali-kali. Sedangkan pemikiran obsesif muncul karena ketidakmampuan atau kesulitan untuk mengabaikan stimulus.
4.      Teori belajar (Learning theory)
Gabungan dari teori dan pengalaman dalam aplikasi terapi perilaku timbul beberapa konsep terjadinya gangguan kepribadian obsesi kompulsi.
a.       Mowre’s two stage theory
Mowrer mengajukan teori ini di tahun 1939 dan dikembangkan oleh Dollard dan Miller di tahun 1950. Gangguan kepribadian obsesi kompulsi ini didapat secara dua tahap. Tahap pertama adalah adanya rangsangan yang menimbulkan kecemasan. Reaksi yang timbul adalah menghindari (escape) atau menolak (avoidance). Respon-respon ini menimbulkan negative reinforcement akibat berkurangnya rasa cemas. Tahap berikutnya adalah upaya menetralisasi kecemasan yang masih ada dengan rangkaian kata-kata, gagasan-gagasan atau bayangan-bayangan bahkan objek-objek lain. Penyebarluasan ini mengaburkan asal-usul rangsangan tadi. Kecemasan terhadap suatu objek tadi sudah meluas menjadi perasaan tidak enak atau tidak menentu. Sebagai kompensasinya penderita menentukan strategi perilaku yang enak baginya dan perilaku ini menetap menjadi kompulsif akibat negative reinforcement.
Tahap kedua, banyak berkurangnya tetapi sedikitnya dapat menerangkan kenapa kompulsi bertahan sebagai alat mengurangi rasa cemas.
b.      Cognitive behavior therapy
Oleh Carr tahun 1971 dan dikembangkan oleh McFall dan Wollensheim tahun 1979. Teori ini mengatakan bahwa gangguan kepribadian obsesi kompulsif pada orang-orang tertentu di “kreasi” oleh dirinya sendiri.
Prinsip yang salah, menimbulkan persepsi yang keliru dan menakutkan, akhirnya menambahkan kecemasan. Pencetusnya bisa disebabkan oleh kejadaian sehari-hari.
Prevensi Penderita OCPD
Prevensi atau pencegahan bagi penderita OCPD dapat dilakukan secara personal oleh individu yang bersangkutan yaitu dengan cara-cara :
1.      Latih dalam mengatur permasalahan yang muncul dengan lebih simpati di dalam keluarga dan sesama teman
2.      Relaksasi, meditasi, olahraga teratur, tidur teratur
3.      Bila mengalami permasalahan tidur dalam beberapa hari konsultasikan ke dokter
4.      Memiliki buku diary dapat mengidentifikasi kemunculan stres secara pasti dan mengetahui perilaku-perilaku kompulsif yang muncul
5.      Jangan membiasakan diri mengoleksi sesuatu jenis benda yang disimpan atau tidak berguna
6.      Biasakan diri untuk berkumpul dengan teman-teman dalam support group
7.      Hindari minuman alkohol dan kopi. 
Jenis prevensi yang termasuk dalam gangguan kepribadian ini adalah prevensi sekunder dimana prevensi sekunder, adalah usaha kesehatan mental menemukan kasus dini (early case detection) dan penyembuhan secara tepat (prompt treatment) terhadap gangguan dan sakit mental. Usaha ini dilakukan untuk mengurangi durasi gangguan dan mencegah agar jangan sampai terjadi cacat pada seseorang atau masyarakat.
Pengobatan
Pengobatan untuk OCPD biasanya melibatkan psikoterapi dan membantu diri sendiri. Obat umumnya tidak diindikasikan untuk gangguan kepribadian dalam isolasi, tetapi Fluoxetine telah diresepkan dengan sukses. Obat anti-kecemasan akan mengurangi rasa takut dan SSRI dapat mengganti frustrasi kronis dengan rasa ketenangan, serta mengurangi keras kepala dan ruminasi negatif. Masukkan obat-obatan dapat meningkatkan penyelesaian tugas dengan meningkatkan fokus mental, yang akan memberikan kesuksesan yang terlihat dan meningkatkan prospek untuk pemulihan. Sensitivitas Kafein mungkin merupakan faktor memperburuk.

Terapi
1. Psikoterapi
Pasien dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif sering kali tahu mereka sakit, dan mencari pengobatan atas kemauan sendiri. Cara yang dipakai :
§  Asosiasi bebas dan terapi yang tidak mengarahkan adalah sangat dihargai oleh pasien gangguan kepribadian obsesif kompulsif  yang bersosialisasi dan berlatih berlebihan
§  Terapi Kelompok dan terapi prilaku.
2. Farmakoterapi
Clonazepam (klonopin) digunakan untuk menurunkan gejala pasien dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif  parah.Clomipramin dan obat serotonergik tertentu seperti fluoxetine mungkin berguna bila tanda dan gejala obsesif kompulsif timbul.
3.Dialectical behavioral therapy
DBT menekankan pada saling memberi dan negosiasi antara terapis dan klien; antara rasional dan emosional, penerimaan dan berubah. Target yang ingin dicapai adalah penyesuaian antara pelbagai permasalahan yang sedang dihadapi klien dengan pengambilan keputusan secara tepat. Hal-hal lain yang didapatkan klien dalam terapi ini adalah; pemusatan konsentrasi, hubungan interpersonal (seperti keinginan asertif dan ketrampilan sosial), menghadapi dan adaptasi terhadap distress, identifikasi dan mengatur reaksi emosi secara tepat

4. Cognitive behavioral therapy
Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi ini juga diperkenalkan teknik relaksasi dan meditasi secara tepat.
Contoh Kasus Mengenai Penderita OCPD
Seorang laki-laki, usia 36 tahun, dibawa oleh petugas kantornya karena memiliki masalah dalam mengerjakan tugas dengan tepat waktu dansering kali terlambat untuk pekerjaan yang penting.
Pasien mengakui bahwa tuduhan tersebut benar,walaupun dia merasa tidak ada yang salah dengan dirinya. Ia mendeskripsikan dirinya sebagai orang yang sangat sempurna dalam pekerjaannya sehingga dirinya membuat orang lain terlihat buruk. Hal inilah yang menyebabkan dirinya tidak  pernah mendapatkan perhatian dari sekitar
Pasien mengaku ia telah bekerja selama 4 tahun pada perusahaannya dan selama waktu itu pula ia menghabiskan waktu 10-12 jam per hari dikantor. Pasien mengaku bahwa ia sering melewatkan batas waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas namun ia beralasan bahwa batas waktu tersebut tidak sesuai dengan kualitas hasil yang ia berikan.
Ia menyatakan “jika lebih banyak orang seperti saya di negara ini, maka akan banyak hal yang dapat dicapai, karena pada kenyataannya terlalu banyak pemalas dan orang yang tidak mengerti aturan”
Ia mengatakan bahwa ruang kerjanya selalu bersih dan rapi dan ia tahu dimana ia
menghabiskan setiap dolar uangnya.
Pemeriksaan status mental tidak menemukan adanya kelainan mood, proses pikir, atau isi pikir.Perilakunya dicatat sebagai rigiditas dan keraskepala
GEJALA KLINIS
1.Masalah dalam mengerjakan tugas tepat waktu dan terlambat dalam mengerjakan tugas.
2.Menghabiskan 10-12 jam perhari di kantor.
3.Seringkali terlambat dari batas waktu yang ditentukan karena standar kualitasnya tinggi.
4.Menyatakan bahwa orang lain yang tidak mengikuti standar kualitasnya adalah salah.
5.Menunjukan rigiditas (kekakuan) dan keras kepala.
Sumber :     
Davison, Gerald. C & Neale, John.M. 2001. Abnormal Psychology 8th edition. New York: John Wiley & Son
Carson, C. Robert;Butcher, James N. 1992.Abnormal Psychology and Modern Life.9th edition.Harper-Collin Publisher Inc.New York.
Coleman, James C.1978.Abnormal Psychology and Modern Life.5th edition.D.B.Taraporevala 1st edition,Private Ltd. Bombay.