Gangguan
kepribadian obsesif kompulsif (OCPD) adalah gangguan
kepribadian yang ditandai
oleh kekakuan psikologis umum, seperti kaku untuk aturan
dan prosedur, perfeksionisme,
kode moral, dan ketertiban berlebihan. Obsessive-compulsive personality
disorder (OCPD) atau gangguan kerpibadian obsesif kompulsif adalah gangguan
kepribadian yang melibatkan suatu obsession (ide menetap yang tidak diinginkan)
tentang kesempurnaan, aturan, dan pengaturan. Orang dengan OCPD akan merasa
cemas ketika mengetahui bahwa sesuatu tidak berjalan dengan baik. Ini
akan membuat kebiasaan dan aturan bagi cara mengerjakan sesuatu, apakah untuk
dirinya sendiri atau keluarganya.
Tanda
dan Gejala
Gejala
utama dari OCPD adalah keasyikan dengan detail, aturan, daftar, perintah,
pengaturan, dan jadwal, menjadi sangat kaku dan tidak luwes dalam keyakinan,
menunjukkan kesempurnaan yang mempengaruhi penyelesaian tugas, perhatian yang
berlebihan pada hasil dengan waktu mereka, menjadi sangat teliti, memiliki
moral, etika, dan nilai yang teguh, penyimpanan hal yang tidak akan lama
memiliki nilai, dan enggan mempercayai tugas atau pekerjaan kepada orang lain
karena takut bahwa standar mereka tidak akan ketemu.
Penyelesaian
tugas atau masalah oleh pribadi OCPD dapat dipengaruhi ketika waktu yang
berlebihan digunakan untuk memperoleh sesuatu yang dianggap benar. Hubungan
pribadi dan sosial sering dalam ketegangan serius karena pribadi OCPD meminta
dengan tegas tanggungjawab dan satu-satunya orang yang mengetahui apa yang
benar.
Ketidakbersihan
terlihat pada pribadi OCPD sebagai bentuk kurang sempurna, sebagai
ketidakrapian. Mereka biasa menghabiskan waktu dengan sikap yang tepat, sebagai
contoh menempatkan sesuatu secara tepat di tempat yang tepat dengan sikap yang
tepat. OCPD menderita kecemasan tentang potensi kesalahan pada kehidupan mereka
dan menanggapinya dengan menyimpan uang. Menyimpan uang yang tidak
normal/patologis, terlihat seperti kikir atau pelit terhadap orang lain, akan
terjadi untuk meminimalkan pengeluaran harian.
Terdapat
wilayah moral abu-abu bagi orang yang terkena OCPD. Kegiatan dan keyakinannya
sempurna benar atau pasti salah, dengan pribadi OCPD selalu benar. Seperti yang
diketahui, hubungan antar pribadi sulit karena harapan yang berlebihan pada
teman, patner romantis, dan anak-anak. Suatu saat frustasi dengan orang lain
yang tidak mengerjakan apa yang pribadi OCPD inginkan menumpahkan kemarahan
bahkan kekerasan. Orang dengan OCPD sering memiliki pandangan negatif
kehidupan (pesimis) dengan sedikit bentuk depresi. Ini menjadi saat yang serius
untuk percobaan bunuh diri sebagai resiko yang nya.
Orang
dengan OCPD, ketika cemas atau gembira akan mengalami tic (gerakan berulang,
kompulsif, dan tidak disadari, biasanya mengenai wajah dan bahu), menyeringai
atau membuat kegaduhan atau melakukan sesuatu yang impulsive (penentuan
bertindak yang tiba-tiba dan tak terkendali), dan tindakan yang tidak dapat
diprediksi, termasuk mengambil resiko. Mereka menjaga rumah mereka secara
sempurna aturannya, atau merasa cemas menugaskan pekerjaan kepada orang lain
kecuali akan dikerjakan secara sempurna.
Penyebab
Penelitian
pada keluarga yang cenderung OCPD melalui penelitian DNA. Dua penelitian
menyatakan bahwa orang yang memiliki gen DRD3 akan berkembang menjadi OCPD dan
depresi, terutama jika laki-laki. Secara genetik, akan belum muncul sampai ada
pemicu oleh peristiwa tertentu yang menjadi predisposisi OCPD. Perspektif ini
memiliki implikasi penting. Anak yang lahir dengan predisposisi (respon tubuh
terhadap penyakit yang sifatnya laten dan dapat diaktifkan dalam keadaan
tertentu) genetik tidak pernah berkembang menjadi perangai penuh. Banyak
tergantung pada konteks dimana anak-anak dibesarkan. Jika OCPD muncul pada
konteks dimana anak-anak yang memiliki predisposisi genetik meningkat, OCPD
akan dipicu, dan kemudian berkembang pada anak-anak. Sebagai contoh, jika
anak-anak dibesarkan dalam keluarga yangmenderita OCPD, predisposisi anak akan
tersingkap dengan sendirinya melalui sikap dan tingkah laku. Sebaliknya
juga benar. Pada hipotesa ini, pada tahapan, belum sepenuhnya diteliti.
Perspektif kedua menyatakan bahwa anak-anak yang tidak mewarisi genetis akan
sama mengadopsi bentuk interaksi dan sikap keluarga.
Kriteria Diagnostik (DSM-IV-TR)
The
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder fourth edition, DSM IV-TR,
(panduan diagnostic dan statistik gangguan mental edisi ke empat), sebuah
panduan yang digunakan secara luas untuk mendiagnosa gangguan penyakit,
mendefinisikan OCPD (obsessive-compulsive personality disorder) (pada Axis II
Cluster C) sebagai :
Bentuk
yang mudah menyebar dari keasyikan dengan jalur perintah, kesempurnaan, dan
kontrol mental dan antar personal, dengan pengorbanan keluwesan,
keterbukaan, dan efisiensi, dimulai pada awal masa dewasa dan hadir pada
berbagi variasi konteks, dengan indikasi empat atau lebih daftar berikut ini :
1. Keasyikan
dengan detail, daftar, perintah, pengaturan, atau jadwal pada batas dimana
titik utama dari kegiatan menjadi hilang.
2. Mempertontonkan
kesempurnaan yang mempengaruhi penyelesaian tugas (seperti contoh, tidak
dapat menyelesaikan proyek karena standar diri sendiri yang kaku dan
tidak bertemu).
3. Berlebih-lebihan
bekerja dan produksi dengan pengecualian kegiatan waktu senggang dan
persahabatan (tidak dihitung sebagai keperluan yang bernilai ekonomi).
4. Sangat
teliti, kesopanan, dan keteguhan moral, etika, atau nilai (tidak dinilai oleh
identifikasi kultur atau agama).
5. Tidak
dapat membiarkan objek usang atau tidak berguna bahkan ketika mereka tidak
memiliki nilai yang sentimental.
6. Enggan
mendelegasikan tugas atau pekerjaan kepada orang lain jika mereka tidak
mengajukan secara tepat caranya mengerjakan.
7. Mengadopsi
gaya pengeluaran yang kikir baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, uang
dianggap sebagai sesuatu yang harus disimpan untuk masa depan yang kacau.
8. Mempertontonkan
kekakuan dan keras kepala.
Penting
untuk dicatat bahwa sementara seseorang mungkin memperlihatkan salah satu atau
semua karakteristik dari gangguan kepribadian, tidak didiagnosis sebagai
gangguan kecuali orang itu mengalami kesulitan menjalani hidup normal karena
masalah ini.
Perspektif menurut
aliran-aliran
1. Perspektif
psikoanalisis
Menurut pandangan psikoanalisa,
obsesif-kompulsif timbul dari daya-daya instinktif seperti seks dan
agresivitas, yang tidak berada di bawah kontrol individu karena toilet-training yang kasar. Sedangkan
Adler memandang gangguan kepribadian obsesif kompulsif ini sebagai hasil dari
perasaan tidak kompeten.
2. Perspektif
behavioristik
Para ahli tingkah laku mengemukakan
bahwa gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah perilaku yang dipelajari,
dan diperkuat dengan berkurangnya rasa takut (Davison & Neale, 2001). Teori
Behavioral menganggap kompulsi sebagai perilaku yang dipelajari yang dikuatkan
oleh redukasi yang kuat.
3. Perspektif
kognitif
Ide lain yang muncul adalah kompulsi
memeriksa terjadi karena defisit ingatan. Ketidakmampuan untuk mengingat
beberapa tindakan dengan akurat, atau untuk membedakan antara perilaku yang
benar-benar dilakukan dan imajinasi seseorang memeriksa berkali-kali. Sedangkan
pemikiran obsesif muncul karena ketidakmampuan atau kesulitan untuk mengabaikan
stimulus.
4. Teori
belajar (Learning theory)
Gabungan dari teori dan pengalaman dalam
aplikasi terapi perilaku timbul beberapa konsep terjadinya gangguan kepribadian
obsesi kompulsi.
a. Mowre’s
two stage theory
Mowrer
mengajukan teori ini di tahun 1939 dan dikembangkan oleh Dollard dan Miller di
tahun 1950. Gangguan kepribadian obsesi kompulsi ini didapat secara dua tahap.
Tahap pertama adalah adanya rangsangan yang menimbulkan kecemasan. Reaksi yang
timbul adalah menghindari (escape)
atau menolak (avoidance).
Respon-respon ini menimbulkan negative
reinforcement akibat berkurangnya rasa cemas. Tahap berikutnya adalah upaya
menetralisasi kecemasan yang masih ada dengan rangkaian kata-kata,
gagasan-gagasan atau bayangan-bayangan bahkan objek-objek lain. Penyebarluasan
ini mengaburkan asal-usul rangsangan tadi. Kecemasan terhadap suatu objek tadi
sudah meluas menjadi perasaan tidak enak atau tidak menentu. Sebagai
kompensasinya penderita menentukan strategi perilaku yang enak baginya dan
perilaku ini menetap menjadi kompulsif akibat negative reinforcement.
Tahap
kedua, banyak berkurangnya tetapi sedikitnya dapat menerangkan kenapa kompulsi
bertahan sebagai alat mengurangi rasa cemas.
b.
Cognitive
behavior therapy
Oleh
Carr tahun 1971 dan dikembangkan oleh McFall dan Wollensheim tahun 1979. Teori
ini mengatakan bahwa gangguan kepribadian obsesi kompulsif pada orang-orang
tertentu di “kreasi” oleh dirinya sendiri.
Prinsip
yang salah, menimbulkan persepsi yang keliru dan menakutkan, akhirnya
menambahkan kecemasan. Pencetusnya bisa disebabkan oleh kejadaian sehari-hari.
Prevensi Penderita OCPD
Prevensi atau pencegahan bagi penderita OCPD
dapat dilakukan secara personal oleh individu yang bersangkutan yaitu dengan
cara-cara :
1.
Latih
dalam mengatur permasalahan yang muncul dengan lebih simpati di dalam keluarga dan
sesama teman
2.
Relaksasi,
meditasi, olahraga teratur, tidur teratur
3.
Bila
mengalami permasalahan tidur dalam beberapa hari konsultasikan ke dokter
4.
Memiliki
buku diary dapat mengidentifikasi kemunculan stres secara pasti dan mengetahui
perilaku-perilaku kompulsif yang muncul
5.
Jangan
membiasakan diri mengoleksi sesuatu jenis benda yang disimpan atau tidak
berguna
6.
Biasakan
diri untuk berkumpul dengan teman-teman dalam support group
7.
Hindari
minuman alkohol dan kopi.
Jenis prevensi yang termasuk dalam gangguan kepribadian ini adalah
prevensi sekunder dimana prevensi
sekunder, adalah usaha kesehatan mental menemukan kasus dini (early case detection) dan penyembuhan secara tepat (prompt treatment) terhadap gangguan dan sakit mental.
Usaha ini dilakukan untuk mengurangi durasi gangguan dan mencegah agar jangan
sampai terjadi cacat pada seseorang atau masyarakat.
Pengobatan
Pengobatan untuk OCPD biasanya melibatkan
psikoterapi dan membantu diri sendiri. Obat umumnya tidak diindikasikan
untuk gangguan kepribadian dalam isolasi, tetapi Fluoxetine telah diresepkan
dengan sukses. Obat anti-kecemasan akan mengurangi rasa takut dan SSRI
dapat mengganti frustrasi kronis dengan rasa ketenangan, serta mengurangi keras
kepala dan ruminasi negatif. Masukkan obat-obatan dapat meningkatkan penyelesaian tugas dengan
meningkatkan fokus mental, yang akan memberikan kesuksesan yang
terlihat dan meningkatkan prospek untuk
pemulihan. Sensitivitas Kafein mungkin merupakan faktor memperburuk.
Terapi
1.
Psikoterapi
Pasien
dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif sering kali tahu mereka sakit,
dan mencari pengobatan atas kemauan sendiri. Cara yang dipakai :
§
Asosiasi bebas dan terapi yang tidak mengarahkan adalah sangat
dihargai oleh pasien gangguan kepribadian obsesif kompulsif yang
bersosialisasi dan berlatih berlebihan
§
Terapi Kelompok dan terapi prilaku.
2. Farmakoterapi
Clonazepam (klonopin) digunakan untuk
menurunkan gejala pasien dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif
parah.Clomipramin dan obat serotonergik tertentu seperti fluoxetine mungkin
berguna bila tanda dan gejala obsesif kompulsif timbul.
3.Dialectical behavioral therapy
DBT menekankan pada saling memberi dan negosiasi antara terapis dan klien; antara rasional dan emosional, penerimaan dan berubah. Target yang ingin dicapai adalah penyesuaian antara pelbagai permasalahan yang sedang dihadapi klien dengan pengambilan keputusan secara tepat. Hal-hal lain yang didapatkan klien dalam terapi ini adalah; pemusatan konsentrasi, hubungan interpersonal (seperti keinginan asertif dan ketrampilan sosial), menghadapi dan adaptasi terhadap distress, identifikasi dan mengatur reaksi emosi secara tepat
DBT menekankan pada saling memberi dan negosiasi antara terapis dan klien; antara rasional dan emosional, penerimaan dan berubah. Target yang ingin dicapai adalah penyesuaian antara pelbagai permasalahan yang sedang dihadapi klien dengan pengambilan keputusan secara tepat. Hal-hal lain yang didapatkan klien dalam terapi ini adalah; pemusatan konsentrasi, hubungan interpersonal (seperti keinginan asertif dan ketrampilan sosial), menghadapi dan adaptasi terhadap distress, identifikasi dan mengatur reaksi emosi secara tepat
4.
Cognitive behavioral
therapy
Cognitive
behavioral therapy (CBT),
secara umum CBT membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat,
kepercayaan dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi ini
juga diperkenalkan teknik relaksasi dan meditasi secara tepat.
Contoh Kasus Mengenai
Penderita OCPD
Seorang laki-laki, usia 36 tahun, dibawa oleh petugas kantornya
karena memiliki masalah dalam mengerjakan tugas dengan tepat waktu dansering kali
terlambat untuk pekerjaan yang penting.
Pasien mengakui bahwa tuduhan tersebut
benar,walaupun dia merasa tidak ada yang salah dengan dirinya. Ia
mendeskripsikan dirinya sebagai orang yang sangat sempurna dalam pekerjaannya sehingga
dirinya membuat orang lain terlihat buruk. Hal inilah yang menyebabkan dirinya tidak
pernah mendapatkan perhatian dari
sekitar
Pasien mengaku ia telah bekerja selama 4 tahun pada
perusahaannya dan selama waktu itu pula ia menghabiskan waktu 10-12 jam per
hari dikantor. Pasien mengaku bahwa ia sering melewatkan batas waktu yang
diberikan untuk menyelesaikan tugas namun ia beralasan bahwa batas waktu tersebut
tidak sesuai dengan kualitas hasil yang ia berikan.
Ia menyatakan “jika lebih banyak orang seperti saya di
negara ini, maka akan banyak hal yang dapat dicapai, karena pada kenyataannya terlalu
banyak pemalas dan orang yang tidak mengerti aturan”
Ia mengatakan bahwa ruang kerjanya selalu bersih dan
rapi dan ia tahu dimana ia
menghabiskan
setiap dolar uangnya.
Pemeriksaan status mental tidak menemukan adanya
kelainan mood, proses pikir, atau isi pikir.Perilakunya dicatat
sebagai rigiditas dan keraskepala
GEJALA
KLINIS
1.Masalah
dalam mengerjakan tugas tepat waktu dan terlambat dalam mengerjakan tugas.
2.Menghabiskan
10-12 jam perhari di kantor.
3.Seringkali
terlambat dari batas waktu yang ditentukan karena standar kualitasnya tinggi.
4.Menyatakan
bahwa orang lain yang tidak mengikuti standar kualitasnya adalah salah.
5.Menunjukan
rigiditas (kekakuan) dan keras kepala.
Sumber :
Davison, Gerald. C & Neale,
John.M. 2001. Abnormal Psychology 8th
edition. New York: John Wiley & Son
Carson, C. Robert;Butcher, James N.
1992.Abnormal Psychology and Modern Life.9th
edition.Harper-Collin Publisher Inc.New York.
Coleman, James C.1978.Abnormal Psychology and Modern Life.5th
edition.D.B.Taraporevala 1st edition,Private Ltd. Bombay.