Riekha Pricilia

Perempuan, 21 Tahun

Riau, Indonesia

Tiga sifat manusia yang merusak adalah : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. <div style='background-color: none transparent;'></div>
::
PLAY
Faceblog-Riekha
Shutdown

Navbar3

Search This Blog

Sabtu, 05 Mei 2012

Contoh Kasus Skizofrenia

Pengertian
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku-perilaku yang terganggu dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis persepsi dan perhatian yang keliru afek yang datar atau tidak sesuai dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang bizarre (Davidson, 2006).
Studi perkembangan skizofrenia
Pada tahun 1960-an, Albee dan lame serta para kolega mereka secara berulang menemukan bahwa anak-anak yang dikemudian hari menderita skiofrenia memiliki IQ yang lebih rendah dibanding para anggota berbagai kelompok kontrol, yang biasanya terdiri dari para saudara kandung dan teman-teman seusia dilingkungan tempat tinggal mereka. Berbagai penelitian mengenai perilaku sosial para pasien praskiofrenik juga menghasilkan beberapa temuan menarik (Davidson, 2006).
Sejarah konsep skiofrenia
             Konsep skizofrenia pertamakali diformulasikan oleh dua psikiater Eropa, Emil Kraepelin dan Eugen Bleuer. Kraepelin pertama kali mengemukakan teorinya mengenai dementia praecox, istilahnya awal untuk skiofrenia, pada tahun 1898. Dia membedakan dua kelompok utama psikosis yang disebutnya endogenik, atau disebabkan secara internal, penyakit manik depresif dan dementia praecox. Dementia praecox mencakup beberapa konsep diagnostik, dimensia paraanoid, kattonia, dan hebefrenia yang dianggap sebagai entitas tersendiri oleh para ahli klinis pada beberapa dekade terdahulu.
Konsep yang diperluas di Amerika Serikat
Bleuer memberikan pengaruh besar terhadap konsep skizofrenia dalam perkembangannya di Amerika Serikat. Selama paruh pertama abad ke 20 diagnosis tersebut semakin meluas. Di New York State Psychiatri insitute, contohnya, sekitar 20 persen pasien didiagnosis sebagai skizofrenik pada tahun 1930-an. Angka tersebut meningkat disepanjang tahun 1940-an dan pada tahun 1952 memuncah hingga mencapai angka 80 persen. Secara kontraks skizofrenia yang umum di Eropa tetap lebih sempit. Persentase pasien yang didiaagnosis sebagai skizofrenik di Rumah Sakit Maudsley di London, contohnya, relatif konstan, yaitu 20 persen, dalam kurung waktu 40 tahun (Kuriansky, Deming, dan Gurland 1974).         Penyebab meningkatnya frekuensi diagnosis skizofrenia di Amerika Serikat dapat diketahui dengan mudah. Beberapa figur penting di dunia psikiatri AS lebih memperluas konsep skizofrenia bleuler yang pada dasarnya sudah luas (Davidson, 2006).
B.  ETIOLOGI SKIZOFRENIA
Aspek-aspek penyebab gangguan (Davidson, 2006), antara lain :
-     Data genetik
Sejumlah literatur yang meyakinkan mengindikasikan bahwa suatu predisposisi bagi skiofrenia diturunkan secara genetik. Metode keluarga, kembar dan adopsi digunakan dalam penelitian ini seperti halnya dalam proyek-proyek penelitian perilaku genetiki lainnya, mengarahkan para peneliti untuk menyimpulkan bahwa suatu predisposisi terhadap skiofrenia diturunkan secara genetik.
-     Faktor Biokimia
Peran faktor-faktor genetik dalam skiofrenia menunjukkan bahwa faktor-faktor biokimia perlu diteliti karena melalui kimia tubuh dan proses-proses biologislah faktor keturunan tersebut dapat berpengaruh.
Aktivitas dopamin, teori bahwa skizofrenia berhubungan dengan aktivitas berlebihan neurotransmitter dopamin, terutama didasarkan pada pengetahuan bahwa obat-obatan yang efektif untuk menangani skiofrenia menurunkan akbtivitas dopamin. Para peneliti mencatat bahwa obat-obatan antipsikotik, selain bermanfaat untuk menangani beberapa simtom skizofrenia, menimbulkan efek samping yang mirip dengan simtom-simtom penyakit parkinson. Penyakit parkinson diketahui sebagian disebabkan oleh kadar dopamin yang rendah dalam bagian saraf otak tersebut. Setelah itu dikonfirmasi bahwa karena strukturnnya sama dengan molekul dopamin, molekul-molekul obat-obatan antipsikotik memiliki kecocokan sehingga menghambat berbagai reseptor dopamin pascasinaptik. Resepotor-reseptor dopamin yang dihambat oleh obat-obat antipsikotik disebut reseptor D2.
-     Otak dan Psikofrenia
Penelitian mengenai abnormalitas otak yang menyebabkan skiofrenia telah dimulai sejak sindrom ini teridentifikasi, namun berbagai studi tidak menghasilkan temuan yang sama. Beberapa pasien skizofrenia telah diketahui memiliki patologi otak yang dapat diamati.
Analisis pascakematian pada otak pasien skizofrenia merupakan salah satu sumber bukti. Berbagai studi semacam itu secara konsisten mengungkapnya abnormalitas pada beberapa daerah otak pasien skizofrenia, meskipun abnormalitas spesifik yang dilaporkan bervariasi antar studi, dan terdapat banyak temuan yang saling bertentangan. Temuan yang paling konsisten adalah pelebaran rongga otak yang berimplikasi pada hilangnya beberapa sel otak. Beberapa temuan lain yang cukup konsisten mengindikasikan abnormalitas struktur pada daerah subkortikal temporal limbik, seperti hipokampus dan basal ganglia dan pada korteks prefrontalis dan temporal (dwok, 1997: heckers 1997)
-     Stres psikologis dan skizofrenia
Dua stresor yang telah mengambil bagian penting dalam penelitian di bidang ini adalah kelas sosial dan keluarga.
Kelas sosial dan skiofrenia, hubungan antara kelas sosial dan skizofrenia tidak menunjukkan tingkat kejadian skiofrenia yang semakin tinggi seiring semakin rendahnya kelas sosial. Namun, terdapat perbedaan yang sangat tajam antara jumlah orang yang menderita skiofrenia dalam kelas sosial terendah dan jumlah penderita skiofrenia padsa berbagai kelas sosial lain. Korelasi antara kelas sosial dan skizofrenia memiliki konsistensi, namun sulit untuk menginterpretasinya secara kasual. Beberapa orang percaya bahwa stresor yang berhubungan dengan kelas soaial rendah dapat menyebabkan atau berkontribusi terhadap terjadinya skizofrenia yaitu hipotesis sosiogenetik. Perlakuan merendahkan yang diterima seseorang dari orang lain, tingkat pendidikan yang rendah, dan kurangnya penghargaan serta kesempatan secara bersamaan dapat menjadikan keberadaan seseorang dalam kelas sosial rendah dapat bersifat biologis.
Keluarga dan skizofrenia, para teori pendahulu menganggap hubungan keluarga, terutama antara ibu dan anak laki-laki, sebagai hal penting dalam terjadinya skiofrenia. Pasa satu saat pandangan tersebut sangat banyak dianut sehingga istilah ibu skiofrenogenik diciptakan bagi ibu yang tampak dingin dan dominan, serta selalu menciptakan konflik, yang dianggap menyebabkan skizofrenia pada anaknya (fromm-reichmann, 1948). Para ibu tersebut memiliki karakter menolak, terlalu melindungi, mengorbankan diri sendiri, tidak tergerak oleh perasaan orang lain, kaku dan moralistik terhadap seks, dan takut terhadap keintiman.
C.      KLASIFIKASI DIAGNOSA
Simtom-simtom utama skizofrenia dibagi atas tiga, yaitu positif, negatif, dan disorganisasi. Ada juga beberapa simtom yang tidak cukup sesuai untuk digolongkan ke dalam ketiga kategori tersebut (Davidson, 2006).
Simtom Positif
Simtom-simtom positif mencakup hal-hal yang berlebihan dan distorsi,seperti halusinasi dan waham. Simtom-simtom ini, sebagian terbesarnya, menjadi ciri suatu episode akut skizofrenia.
  • Delusi (atau dikenal juga dengan istilah waham)
Waham (delusi), yaitu keyakinan yang berlawanan dengan kenyataan, semacam itu merupakan simtom-simtom positif yang umum pada skizofrenia. Waham kejaran contohnya terjadi pada 65% dari suatu sampel besar lintas Negara (Sartorius, Shapiro,& Jablonsky, 1974; Davison,Neale, & Kring, 2006). Waham juga dapat memiliki bentuk lain. Beberapa di antaranya digambarkan oleh psikiater berkebangsaan Jerman Kurt Schneider (1959). Gambaran delusi di bawah ini dikutip dari Mellor (1970).
  • Pasien yakin bahwa pikiran yang bukan berasal dari dirinya dimasukkan ke dalam pikirannya oleh suatu sumber eksternal.
  • Pasien yakin bahwa pikiran mereka disiarkan dan ditransmisikan sehingga orang lain mengetahui apa yang mereka pikirkan.
  • Pasien berpikir bahwa pikiran mereka telah dicuri, secara tiba-tiba dan tanpa terduga, oleh suatu kekuatan eksternal.
  • Beberapa pasien yakin bahwa perasaan atau perilaku mereka dikendalikan oleh suatu kekuatan eksternal.
  1. Halusinasi dan gangguan persepsi lain
Para pasien skizofrenia sering kali menuturkan bahwa dunia tampak berbeda dalam satu atau lain cara atau bahkan tidak nyata bagi mereka. Seorang pasien dapat menyebutkan berbagai perubahan dalam cara tubuh mereka merasakan sesuatu, atau tubuh pasien menjadi sangat tidak memanusia sehingga seolah-olah terasa seperti mesin.
Distrosi persepsi yang paling dramatis adalah halusinasi, yaitu suatu pengalaman indrawi tanpa adanya stimulasi dari lingkungan. Yang paling sering terjadi adalah halusinasi auditori, bukan visual; 74 persen dari suatu sampel menuturkan mengalami halusinasi auditori (Sartorius dkk.,1974;Davison dkk.,2006.
Beberapa halusinasi dianggap sangat penting secara diagnostik karena lebih sering terjadi pada para pasien skizofrenia dibanding pada para pasien psikotik lainnya.
Tipe-tipe halusinasi tersebut antara lain:
  • Beberapa pasien skizofrenia menuturkan bahwa mereka mendengar pikiran mereka diucapkan oleh suara lain.
  • Beberapa pasien mengklaim bahwa mereka mendengar suara-suara yang saling berdebat.
  • Beberapa pasien mendengar suara-suara yang mengomentari perilaku mereka.
Simtom Negatif
Simtom-simtom negatif skizofrenia mencakup berbagai defisit behavioral, seperti avolition, alogia, anhedonia, afek datar, dan asosialitas. Simtom-simtom ini cenderung bertahan melampaui suatu episode akut dan memiliki efek parah terhadap kehidupan para pasien skizofrenia. Simtom-simtom ini juga penting secara prognostik; bayaknya simtom negatif merupakan predictor kuat terhadap kualitas hidup yang rendah (a.l., ketidakmampuan bekerja, hanya memiiki sedikit teman) dua tahun setelah dirawat di rumah sakit (Ho dkk.,1998; Davison, 2006).
Berikut adalah penjelasan mengenai simtom-simtom negatif di atas(Davidson, 2006).
  • Avolition. Apati atau avolition merupakan kondisi kurangnya energy dan ketiadaan minat atau ketidakmampuan untuk tekun melakukan apa yang biasanya merupakan aktivitas rutin. Pasien dapat menjadi tidak tertarik untuk berdandan dan menjaga kebersihan diri, dengan rambut yang tidak tersisir, kuku kotor, gigi yang tidak disikat, dan pakaian yang berantakan. Mereka mengalami kesulitan untuk tekun melakukan aktivitas sehari-hari dalam pekerjaan, sekolah, dan rumah tangga dan dapat menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan duduk-duduk tanpa melakukan apa pun.
  • Alogia Merupakan suatu gangguan pikiran negatif, alogia dapat terwujud dalam beberapa bentuk. Dalam miskin percakapan, jumlah total percakapan sangat jauh berkurang. Dalam miskin isi percakapan, jumlah percakapan memadai, namun hanya mengandung sedikit informasi dan cenderung membingungkan serta diulang-ulang.
  • Anhedonia merupakan Ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan tersebut disebut anhedonia. Ini tercermin dalam kurangnya minat dalam berbagai aktivitas rekreasional, gagal untuk mengembangkan hubungan dekat dengan orang lain, dan kurangnya minat dalam hubungan seks. Pasien sadar akan simtom-simtom ini dan menuturkan bahwa apa yang biasanya dianggap aktivitas yang menyenangkan tidaklah demikian bagi mereka.
  • Afek Datar. Pada pasien yang memiliki afek data hamper tidak ada stimulus yang dapat memunculkan respons emosional. Pasien menatap dengan pandangan kosong, otot-otot wajah kendur, dan mata mereka tidak hidup. Ketika diajak bicara, pasien menjawab dengan suara datar dan tanpa nada. Afek datar terjadi pada 66 persen dari suatu sampel besar pasien skizofrenia (Sartorius dkk., 1974; Davison dkk., 2006).Konsep afek datar hanya merujuk pada ekspresi emosi yang tampak dan tidak pada pengalaman dalam diri pasien, yang bisa saja sama sekali tidak mengalami pemiskinan.
  • Asosialitas. Beberapa pasien skizofrenia mengalami ketidakmampuan parah dalam hubungan sosial, yang disebut asosialitas. Mereka hanya memiliki sedikit teman, keterampilan social yang rendah, dan sangat kurang berminat untuk berkumpul bersama orang lain. Memang, seperti yang akan kita lihat nanti, manifestasi skizofrenia ini sering kali merupakan yang pertama kali muncul, berawal pada masa kanak-kanak sebelum timbulnya simtom-simtom yang lebih psikotik.
Simtom Disorganisasi
Simtom disorganisasi mencakup disorganisasi pembicaraan dan perilaku aneh.
  • Disorganisasi Pembicaraan
Juga dikenal sebagai gangguan berpikir formal, disorganisasi pembicaraan merujuk pada masalah dalam mengorganisasi berbagai pemikiran dan dalam berbicara sehingga pendengar dapat memahaminya.
Meskipun pasien berulang kali merujuk pada beberapa pemikiran atau tema sentral, berbagai citra dan potongan pikiran tidak saling berhubungan; sulit untuk memahami denagn pasti apa yang ingin disampaikan pasien kepada pewawancara.
Bicara juga dapat terganggu karena suatu hal ynag disebut asosiasi longgar, atau keluar jalur (derailment), dalam hal ini pasien dapat lebih berhasil dalam berkomunikasi dengan seorang pendengar namun mengalami kesulitan untuk tetap pada suatu topik.
  • Perilaku Aneh
Perilaku aneh terwujud dalam banyak bentuk. Pasien dapat meledak dalam kemarahan atau konfrontasi singkat yang tidak dapat dimengerti, memakai pakaian yang tidak biasa, bertingkah laku seperti anak-anak atau dengan gaya yang konyol, menyimpan makanan, mengumpulkan sampah, atau melakukan perilaku seksual yang tidak pantas seperti melakukan masturbasi di depan umum. Mereka tampak kehilangan kemampuan untuk mengatur perilaku mereka dan menyesuaikannya dengan berbagai standar masyarakat. Mereka juga mengalami kesulitan melakukan tugas-tugas sehari-hari dalam hidup.
Simtom Lain
Beberapa simtom lain skizofrenia tidak cukup tepat untuk digolongkan ke dalam ketiga kategori yang telah disampaikan. Dua simtom penting dalam kelompok ini adalah katatonia dan afek yang tidak sesuai (Davidson, 2006).
  • Katatonia. Beberapa abnormalitas motorik menjadi cirri katatonia. Para pasien dapat melakukan suatu gerakan berulang kali, menggunakan urutan yang aneh dan kadang kompleks atara gerakan jari, tangan, dan lengan, yang sering kali tampaknya memiliki tujuan tertentu . beberapa pasien menunjukkan peningkatan yang tidak biasa pada keseluruhan kadar aktivitas, termasuk sangat riang, menggerakkan anggota badan secara liar, dan pengeluaran energy yang sangat besar seperti yang terjadi pada mania. Di ujung lain spektrum ini adalah imobilitas katatonik: pasien menunjukkan berbagai postur yang tidak biasa dan tetap dalam posisi demikian untuk waktu yang sangat lama.
  • Afek yang Tidak Sesuai. Beberapa penderita skizofrenia memiliki afek yang tidak sesuai. Respons-respons emosional individu semacam ini berada di luar konteks pasien dapat tertawa ketika mendengar kabar bahwa ibunya baru saja meninggal atau marah ketika ditanya dengan pertanyaan sederhana, misalnya apakah baju barunya cocok untuknya. Para pasien tersebut dapat dengan cepat berubah dari satu kondisi emosional ke kondisi emosional lain tanpa alasan yang jelas.
Diagnosis DSM-IV-TR
  1. Kriteria Skizofrenia dalam DSM-IV-TR
  • Terdapat dua atau lebih simtom-simtom berikut ini dengan porsi waktu yang signifikan selama sekurang-kurangnya satu bulan: waham, halusinasi, disorganisasi bicara, disorganisasi perilaku atau perilaku katatonik, simtom-simtom negatif.
  • Keberfungsian social dan pekerjaan menurun sejak timbulnya gangguan.
  • Gejala-gejala gangguan terjadi selama sekurang-kurangnya enam bulan; sejurang-kurangnya satu bulan untuk simtom-simtom pada poin pertama dalam bentuk ringan.
  1. Kategori Skizofrenia dalam DSM-IV-TR
Tiga tipe gangguan skizofrenik yang tercantum dalam DSM-IV-TR yaitu disorganisasi, katatonik, dan paranoid pertama kali dikemukakan oleh Kraepelin bertahun-tahun lalu. Deskripsi saat ini mengenai tipe-tipe yang dikemukakan Kraepelin  menunjukkan keragaman besar pada perilaku yang berhubungan dengan diagnosis skizofrenia.
  • Skizofrenia Disorganisasi
Bentuk hebefrenik skizofrenia yang dikemukakan Kraepelin disebut skizofrenia disorganisasi dalam DSM-IV-TR. Cara bicara mereka mengalami disorganisasi dan sulit dipahami oleh pendengar. Pasien dapat berbicara secara tidak runut, menggabungkan kata-kata yang terdengar sama dan bahkan menciptakan kata-kata baru, sering kali disertai kekonyolan atau tawa. Ia dapat memiliki afek datar atau terus-menerus mengalami perubahan emosi, yang dapat meledak menjadi tawa atau tangis yang tidak dapat dipahami. Perilaku pasien secara umum tidak terorganisasi atau tidak bertujuan.
  • Skizofrenia Katatonik
Simtom-simtom skizofrenia katatonik yang paling jelas adalah simtom-simtom katatonik yang disebutkan sebelumnya. Pasien umumnya bergantian mengalami imobilitas katatonik dan keriangan yang liar, namun salah satunya dapat lebih dominan. Para pasien tersebut menolak perintah dan saran dan sering kali menirukan kata-kata orang lain. Onset reaksi katatonik dapat lebih tiba-tiba dibanding onset bentuk-bentuk lain skizofrenia, meskipun orang yang bersangkutan kemungkinan sebelumnya telah menunjukkan semacam apati dan menarik diri dari kenyataan. Anggota badan orang yang mengalami imobilitas katatonik dapat menjadi kaku dan bengkak.
  • Skizofrenia Paranoid
Kunci diagnosis ini adalah adanya waham. Waham kejaran adalah yang paling umum, namun pasien dapat mengalami waham kebesaran, di mana mereka memiliki rasa yang berlebihan mengenai pentingnya kekuasaan,pengetahuan, atau identitas diri mereka. Beberapa pasien terjangkit waham cemburu, suatu keyakinan yang tidak berdasar bahwa pasangan seksual mereka tidak setia. Waham lain seperti dikejar atau dimata-matai juga dapat terlihat jelas. Halusinasi pendengaran yang jelas dan nyata dapat menyertai waham.Para individu yang mengalami skizofrenia paranoid selalu cemas,argumentatif, marah, dan kadang kasar. Secara emosional mereka responsif, meskipun mereka kaku, formal, dan intens kepada orang lain. Mereka juga lebih sadar dan verbal dibanding para pasien skizofrenia tipe lain. Bahasa yang mereka gunakan, meskipun penuh rujukan pada delusi, tidak mengalami disorganisasi.
Contoh kasus yang digunakan adalah sebuah Film berjudul A BEAUTIFUL MIND.
1.       Permasalahan
Dalam film A Beautifull Mind, di ceritakan kisah seorang pria yang bernama John Nash, seorang jenius dari Virginia yang merupakan salah satu penerima beasiswa Carnegie. Sosok John Nash merupakan pribadi yang sadar akan ketidakmampuannya dalam bersosialisasi dan dia pun merasa orang lain juga tak menyukainya, namun dia menyukai keadaan tersebut. John Nash memiliki teman sekamar bernama Charles Herman yang cukup dekat dengannya saat kuliah dan kembali bertemu setelah bekerja, namun terakhir diketahui bahwa ternyata keberadaan Charles Herman hanyalah sesosok Khayalan yang dibuatnya.
Awal permasalahan mulai muncul ketika John Nash berpikir bahwa dirinya di sewa oleh pemerintah melalui Wiliam Parcher untuk suatu pekerjaan rahasia karena kejeniusannya, dia melakukan pekerjaan layaknya seorang agen rahasia hingga dia mengalami suatu kejadian yang membuatnya ingin berhenti dari pekerjaannya tersebut, namun Wiliam Parcher justru melarangnya. Sehingga John Nash merasa tertekan dan merasa selalu di ikuti, dia merasa dirinya dianggap penting sehingga tidak segera dibunuh. Dan terakhir pun diketahui bahwa William Parcher dan misi rahasia itu semua hanyalah khayalan yang dibuatnya sendiri.
Istrinya, Alicia large yang merasakan kejanggalan perilaku suaminya yang menghubungi  seorang psikiater yang bernama Dr. Rozen untuk mengobati suaminya. Pengobatan medis selama 10 minggu cukup mengembalikan kesehatan jiwanya, namun tidak lama penyakitnya tersebut kembali dan disinilah John Nash dibantu istrinya Alicia Large berjuang untuk melawan dan “mengabaikan” sosok khayalan yang terus berusaha mengusiknya. Meskipun sempat istrinya stress namun tetap bertahan demi sosok lelaki yang dinikahinya dan terus mendukung suaminya, Sehingga akhirnya dia mampu membedakan yang mana nyata dan yang mana delusi. Dan pada akhir cerita, dia mendapatkan nobel atas penelitiannya yang selama ini dia lakukan.
2.       Diagnosa
Somptom +
a.       Delusi (waham)
-          Waham  kebesaran (grandiose); subjek (john nash) memiliki keyakinan bahwa dia memiliki hubungan khusus dengan orang terkenal. Dalam kasus ini john menganggap bahwa dirinya penting dan sangat berpengetahuan, karena ia mampu memecahkan kode sandi alami. Dalam kasus ini, john diminta untuk bekerja sama dengan pihak sipil untuk membantu mencari kode sandi rahasia dalam peledakan bom yang akan dilakukan di negara Amerika. Jika ia berhasil menemukan kode sandi tersebut, maka pengeboman yang direncanakan terhadap negara Amerika akan batal. Dalam artian bahwa pengeboman di wilayah Amerika  tidak akan terjadi.
-          Waham  kejar; subjek merasa bahwa ia selalu diikuti oleh pihak sipil. Ia merasa bahwa setiap gerak geriknya diawasi oleh pihak sipil. Ia merasa bahwa ia dimata-matai oleh pihak negara yang akan melakukan pengeboman terhadap Amerika. Ia merasa keberadaanya tidak aman, sehingga ia bermaksud untuk menolak kerja sama terhadap pihak sipil dalam upaya penyelamatan negara agar dirinya dapat selamat dari incaran teroris karena telah berusaha mencegah rencana pengeboman.
b.       Halusinasi
John nash selalu melihat dan  mendengar suara-suara orang yang mengawasi setiap perilakunya. Orang-orang tersebut adalah tokoh yang dimunculkan dalam khayalannya, yaitu:
  • Charles Herman           teman sekamar saat di asrama
  • William Parcher          pihak sipil, yang mengajaknya bekerja sama dalam mencegah pngeboman.
  • Mercee                                                   keponakan dari Charles Herman
Simptom –
  1. Avolution/apati
John mengalami kesuulitan dalam melakukan aktivitasnya di rumah, ia hanya selalu duduk terdiam di kursi tanpa jelas memikirkan apa. Ia tidak melakukan pekerjaan apa pun. Dalam rumahnya ia  hanya duduk dan merokok, mengurus anak, membersihkan rumah, dan bahkan mencari pekerjaan pun tidak ia lakukan.
  1. Anhedonia
Ia kurang tertarik dalam berbagai aktivitas rekreasional, ia kurang mampu dalam menjalin hubungan pribadi engan seorang wanita, dan ia pun tidak begitu tertarik dengan hubungan seks.
  1. Asosialitas
John hanya memiliki tsedikit teman, karena ia kurang bergaul dengan lingkungan sosialnya dan bahkan kurang berminat untuk berkumpul dengan orang lain. Bahkan ia pun tidak berminat untuk keluar rumah dan berinteraksi dengan orang-orang disekitar tempat tinggalnya. Ia hanya sibuk dengan dirinya sendiri.
Simtom disorganisasi
Dalam hal ini subjek memiliki perilaku aneh (bizarre), ia selalu menuliskan ide-idenya di kaca jendela, dan ia selalu mengoleksi berbagai media massa seperti koran, majallah dan mengguntingnya. Ia menganggap bahwa kesemuanya itu adalah sumber informasi baginya untuk memecahkan kode. Bahkan ia selalu mengirim surat rahasia kepada pemerintah mengenai rencana pengeboman tersebut, yang sebenarnya hanyalalah khayalannya.
Diagnosis
Diagnosis skizofrenia pada subjek adalah adanya waham/delusi. Dalam hal ini subjek mengalami waham kejar dan waham kebesaran. Kriteria skizofrenia dalam DSM-TR-IV
  • Terdapat dua atau lebih simptom-simtom berikut dengan porsi waktu yang signifikan selama sekurang-kurangnya 1 bulan: waham, halusinasi, disorganisasi perilaku atau perilaku katatonik, somtom-simtom negatif
  • Keberfungsian sosial dan  pekerjaan menurun sejak timbulnya gangguan
  • Gejala-gejala gangguan terjadi selam sekurang-kurangnya 6 bulan; sekuranng-kurangnya 1 bulan untuk simtom-simtom pada poin pertama; selebihnya simtom-simtom negatif atau simtom lain pada poin pertama dalam bentuk ringan.
    • Dalam kasus John Nash dalam film ‘’a beatiful mind’’, subjek mengalami simto-simtom negatif dan positif  telah lebih dari 6 bulan. Bahkan telah bertahun-tahun.
Berdasarkan pada DSM TR-IV, dengan berbagai simtom yang muncul pada subjek, maka subjek dapat diktegorikan menderita skizofrenia tipe Paranoid (Skizofrenia Paranoid) Penderita skizofrenia paranoid selalu cemas, marah, argumentatif, dan kadang kasar. Bahasa yang digunakan meskipun merujuk pada delusi, namun tidak mengalami disorganisasi.
Diagnosa banding
Simtom positif yang terdapat pada pasien skizofrenia seperti waham. Meskipun waham terjadi pada lebih dari separuh orang penderita skizofrenia namun juga terdapat pada pasien diagnosis lain seperti  mania, depresi delusional, dan gangguan waham.
3.       Pembahasan
Pendekatan psikologi yang digunakan dalam pembahasan  ini adalah pendekatan Psikososial. Sullivan dalam Kaplan dan Sadock (2003) mengemukakan teori psikodinamika skizofrenia berdasarkan perjalanan-perjalanan klinik, di mana pusat dari psikopatologinya adalah gangguan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Lingkungan, terutama keluarga memegang peran penting dalam proses terjadinya skizofrenia. Pernyataan ini juga berlaku sebaliknya, lingkungan, terutama keluarga memegang peran penting dalam proses penyembuhan skizofrenia. Sebab, dikatakan oleh Sullivan bahwa skizofrenia merupakan hasil dari kumpulan pengalaman-pengalaman traumatis dalam hubungannya dengan lingkungan selama masa perkembangan individu (Akbar, 2008).
Titik berat penelitian-penelitian tentang dukungan sosial keluarga dan gangguan psikotik terutama skizofrenia adalah pada efek yang menghapuskan hubungan traumatik sendiri seperti pernyataan emosi, rasa kebersamaan yang semu, mencari kambing hitam dan keterikatan ganda. Aspek-aspek dukungan sosial keluarga terdiri dari empat aspek yaitu aspek informatif, aspek emosional dan aspek penilaian atau penghargaan serta aspek instrumental, sebagaimana yang dikatakan oleh House dan Kahn (1995) tersebut di atas di titik beratkan pada besar dan padatnya jaringan kerja sosial, misalnya hubungan dengan keluarga dan sifat-sifat hubungan sebelumnya (Akbar,2008).
Sama halnya dalam film A Beautifull Mind, dukungan sang  istri dalam kesembuhan John Nash sangat besar dalam  proses penyembuhannya. Hal ini menunjukkan bahwa kuat lemahnya dukungan sosial keluarga terhadap penderita berpengaruh terhadap tingkat kesembuhan skizofrenia. Semakin kuat dukungan sosial keluarga terhadap penderita memungkinkan semakin cepat tingkat kesembuhan skizofrenia. Sebaliknya semakin lemah dukungan sosial keluarga terhadap penderita memungkinkan semakin lama tingkat kesembuhan skizofrenia. Demikian juga halnya dengan kekambuhan skizofrenia, terkait dengan kuat lemahnya dukungan sosial keluarga.
Pemberian obat antipsikotik dapat mengurangi resiko kekambuhan, tetapi obat-obatan tersebut tidak dapat mengajarkan tentang kehidupan dan keterampilan meskipun dapat memperbaiki kualitas hidup penderita melalui penekanan gejala-gejala. Pengajaran kehidupan dan keterampilan sosial hanya mungkin didapat penderita melalui dukungan sosial keluarga. Dari penelitian didapat bahwa 45% penderita skizofrenia yang mendapat pengobatan antipsikotik akan mengalami kekambuhan dalam waktu 1 tahun pasca rawat, sedangkan penderita yang diberi plasebo 70% kambuh (Akbar, 2008).
Sumber :
Davidson, G.C. 2010. psikologi abnormal. jakarta : PT Rajagrafindo permai.