Riekha Pricilia

Perempuan, 21 Tahun

Riau, Indonesia

Tiga sifat manusia yang merusak adalah : kikir yang dituruti, hawa nafsu yang diikuti, serta sifat mengagumi diri sendiri yang berlebihan. <div style='background-color: none transparent;'></div>
::
PLAY
Faceblog-Riekha
Shutdown

Navbar3

Search This Blog

Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Makalah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 01 Mei 2012

Makalah Pengertian Ibadah

Pengertian Ibadah . bagaimana Pengertian serta makna dari ibadah secara bahasa ataupun istilah ? ini yang akan berry blog share . ini materi yang bersumber dari mata kuliah fiqih saya di semester 2 TIF UIN Suska waktu musim buat makalah .
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
-Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.
-Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
-Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:
Artinya : 56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. 57. aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. 58. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rezki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.(Q.S Adz Dzariyaat 56-58)
Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).
 
 http://bakoeltiket.com/wp-content/uploads/2011/08/ramadhan23.jpg
demikian mengenai penjelasan Pengertian Ibadah ,semoga bermanfaat untuk sobat semua
Read More --►

Senin, 31 Oktober 2011

MAKALAH IMPLAN KB

BAB I
PENDAHULUAN

I.I  LATAR BELAKANG
Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Program keluarga berencana mempunyai misi yang sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak – hak reproduksi dan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas keluarga. Sedangkan visi dari program keluarga berencana adalah memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas, menggalang kemitraaandalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga, dan meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.
Susuk disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelahdalam.
Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.
Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun. Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi.
Pada makalah ini yang akan dibahas lebih lanjut tentang KB implan adalah jenis, cara kerja, efektitas, keuntungan, kerugian, yang tidak boleh menggunakan KB implant, jadwal kunjungan.


1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah membuat asuhan kebidanan,di harapkan mahasiswa dapat mengerti,memahami serta mampu memberikan asuhan kebidanan pada Ny. “S” usia 35 tahun Akseptor Baru Kb Implant.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun Tujuan Khusus yang dapat kita ambil dari penyusunan askeb ini adalah agar mahasiswa mampu:
  1. Melakukan Pengkajian data subyektif dan obyektif
  2. Mengidentifikasi diagnosa.masalah dan kebutuhan
  3. Mengidentifikasi masalah potensial
  4. Mengidentifikasi kebutuhan segera
  5. Membuat Rencana tindakan
  6. Melaksanakan Tindakan
  7. Melaksanakan evaluasi dan hasil tindakan
1.3 MANFAAT
a)      Mahasiswa
Mahasiswa dapat memahami tentang konsep dasar Alat kontrasepsi KB Implant.
b)      Institusi
Institusi dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa akademi kebidanan Dian Husada mampu membuat Asuhan Kebidanan pada Akseptor Baru pada KB Implant.
c)      Lahan Praktek
BPS dapat meningkatkan Asuhan pelayanan yang komprehensif pada Akseptor Baru KB Implant.
1.4 METODE PENULISAN
Didalam penulisan Asuhan kebidanan ini metode yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan studi kasus dengan pendekatan managemen kebidanan menurut varney meliputi langkah-langkah pengumpulan data,identifikasi diagnosa,masalah dan kebutuhan,identifikasi masalah potensial,identifikasi kebutuhan segera,intervensi,implementasu dan evaluasi.
1.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam penyusunan Asuhan kebidanan ini adalah:
  1. Wawancara
Yaitu dengan bertanya langsung pada klien tentang hal-hal yang berhubungan dengan latar belakang kondisi kesehatan klien.
  1. Observasi langsung
Yaitu melalui pengamatan langsung maupun pemeriksaan fisik dengan inspeksi,palpasi,auskultasi dan perkusi.
  1. Studi Dokumentasi
Dengan melihat rekam medik.
  1. Studi literature
Yaitu melalui referensi dan literatur.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
  1. BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah,tujuan penulisan.manfaat,metode penulisan,teknik pengumpulan data,serta sistematika penulisan.
  1. BAB II TINJAUAN TEORI
Pada tinjauan teori ini yang dibahas adalah Definisi, Profil Implant, Cara kerja, Jenis, Efektifitas, Indikasi, Kontraindikasi, Keuntungan dan Cara pemasangan  serta tinjauan managemen.
  1. BAB III TINJAUAN KASUS
Meliputi 7 langkah managemen varney yaitu pengkajian data subyektif,identifikasi diagnosa dan masalah,identifikasi masalah potensial,identifikasi kebutuhan segera,intervensi,implementasi dan evaluasi.
  1. BAB IV PEMBAHASAN
Membahas tentang kesenjangan teori dan praktek dilapangan yaitu pada tinjauan kasus kehamilan dengan letak sungsang.
  1. BAB V PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran
  1. DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI


2.1 DEFINISI
Implant adalah Alat kontrasepsi yang berbentuk kapsul kosong silastic (karet silikon) yang di isi dengan hormon dan ujung-ujungnya kapsul yang di tutup dengan silastic adhesive.(Keluarga Berencana Hanafi.2004:179)
2.2 PROFIL IMPLANT
-       Efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun untuk Jadena, indoplant dan implanon
-       Nyaman
-       Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea
-       Aman dipakai pada masa laktasi
(Prawirohardjo, 2003 : MK – 52)
2.3 JENIS IMPLANT
  1. Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3.4 cm dengan diameter 2.4 cm yang diisi dengan 36mg levonorgestel dan lama kerjanya 5 tahun.
  1. Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira – kira 40 mm, diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3 – keto – desogestel dan lama kerjanya 3 tahun
  1. Jadena dan indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestel dengan lama kerjanya 3 tahun
2.4 CARA KERJA
  1. Lendir serviks menjadi kental
  2. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi
  3. Mengurangi transportasi sperma
  4. Menekan ovulasi

2.5 EFEKTIFITAS
  1. Angka kegagalan Norplant < 1 per 100 wanita per tahun dalam 5 tahun pertama
  2. Efektivitas Norplant berkurang sedikit setelah 5 tahun, dan pada tahun ke-6 kira – kira 2,5 – 3 % akseptor menjadi hamil
  3. Norplant – 2 sama efektivitasnya seperti norplant, untuk waktu 3 tahun pertama
2.6 KEUNTUNGAN KONTRASEPSI
  1. Daya guna tinggi
  2. Perlindungan jangka panjang
  3. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
  4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
  5. Bebas dari pengaruh estrogen
  6. Tidak menggangu ASI
  7. Tidak mengganggu kegiatan senggama
  8. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
  9. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan
2.7 KEUNTUNGAN NON KONTRASEPSI
  1. Mengurangi nyeri haid
  2. Mengurangi jumlah darah haid
  3. Mengurangi / memperbaiki anemia
  4. Melindungi terjadinya kanker endometrium
  5. Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara
  6. Melindungi diri dari penyebab penyakit radang panggul
  7. Menurunkan angka kejadian endometritis
2.8 KERUGIAN
  • Tidak memberikan efek protektif terhadap PMS dan AIDS
  • Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan
  • Akseptor tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai keinginan sendiri akan tetapi  harus  pergi ke klinik untuk pencabutan
  • Dapat mempengaruhi  penurunan dan peningkatan berat badan
  • Memiliki  resiko (infeksi, hematoma,dan perdarahan)
  • Dapat menyebabkan perubahan pola siklus haid : spoting, amenore, hipermenore,dll.
2.9 YANG BOLEH MENGGUNAKAN IMPLANT
  1. Usia reproduksi
  2. Tidak memiliki anak ataupun belum punya anak
  3. Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang
  4. Menyusui dan belum membutuhkan kontrasepsi
  5. Pasca persalinan dan tidak menyusui
  6. Pasca keguguran
  7. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
  8. Riwayat kehamilan ektopik
  9. Tekanan darah < 180/100 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau anemia bulan sabit (sickle cell)
  10. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen
  11. Sering lupa menggunakan pil
2.10 YANG TIDAK BOLEH MENGGUNAKAN IMPLANT
  1. Hamil atau diduga hamil
  2. Perdaraham pervaginam yang belum jelas penyebabnya
  3. Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara
  4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi
  5. Mioma uterus dan kanker payudara
  6. Gangguan toleransi glukosa
  7. Penyakit jantung,hipertensi,diabetes mellitus.
2.11   WAKTU MULAI MENGGUNAKAN IMPLANT
  • Setiap saat selama siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-7. Tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan.
  • Insersi dapat dilakukan setiap saat,asal diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila di insersi setelah hari ke-7 siklus haid,klien jangan melakukan hubungan seksual,atau gunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
  • Bila klien tidak haid, Insersi dapat dilakukan setiap saat,asal diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual,atau gunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
  • Bila menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan, Insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh klien tidak perlu menggunakan metode kontrasepsi lain.
  • Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, Insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan seksual,atau gunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
  • Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implant, Insersi dapat dilakukan setiap saat,asal diyakini tidak terjadi kehamilan, atau klien menggunakan kontrasepsi terdahulu dengan benar
  • Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan,implant dapat diberikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain.
  • Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali AKDR),dan klien ingin menggantinya dengan implant, Insersi dapat dilakukan setiap saat,asal diyakini tidak terjadi kehamilan.Tidak perlu menunggu hingga datangnya haid berikutnya
  • Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR, Implant dapat diinsersikan pada hari ke-7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan metode kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
  • Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan.
2.12 PENAPISAN
ª  Tanyakan apakah klien telah mendapatkan konseling tentang prosedur pemasangan implant
ª  Tanyakan tentang adanya reaksi alergi terhadap obat (anastesi local atau jenis antiseptic tertentu)
ª  Singkirkan kemungkinan adanya kehamilan
ª  Periksa kondisi kesehatan klien yang dapat menimbulkan masalah.
ª  Melakukan pemeriksaan fisik lanjutan bila ada indikasi dan meneliti kembali rekam medic
2.13 ALAT DAN BAHAN
  1. Larutan antiseptik                               10. Alkohol 70%
  2. Duk steril                                            11. Sarung tangan
  3. Obat anestesi lokal/lidokain                12. Band ais plester
  4. Spuit 5ml                                             13. Pinset anatomi
  5. Trokar no.10                                        14. Perban
  6. Kapsul Implant                                   15. Water proof
  7. Kasa                                                    16. Tempat sampah di tutup plastik
  8. Skapel no 11/15                                  17. Larutan klorin 0.5 %
  9. Kapas                                                  18. Template
2.14 CARA PEMASANGAN
­  Cuci tangan dengan air sabun,keringkan dengan handuk atau kain bersih
­  Gunakan sarung tangan dengan benar
­  Melakukan antiseptic pada daerah pemasangan
­  Memasang kain penutup (doek) steril atau DTT di sekeliling lengan pasien
­  Suntikkan anastesi local dengan benar
­  Menguji anastesi sebelum melakukan insisi pada kulit
­  Membuat insisi dangkal pada kulit selebar kurang lebih 2 mm.
­  Memasukkan trokar dengan benar
­  Memasukkan kapsul dengan benar
­  Melakukan perabaan perabaan pada kapsul yang telah terpasang
­  Menekan tempat insisi dengan kasa untuk menghentikan perdarahan (kalau ada)
­  Mendekatkan tepi luka dan menutupnya dengan plaster.
­  Memasang pembalut tekan
­  Beri petunjuk pada klien cara merawat luka
­  Lakukan proses dekontaminasi
­  Melepaskan sarung tangan
­  Cuci tangan dengan sabun dan air  kemudian keringkandengan handuk atau kain bersih
­  Buat rekam medic, lakukan pencatatan pada buku register/catatan akseptor
­  Observasi klien selama 5 menit sebelum mengijinkan klien pulang.
2.15 JADWAL KUNJUNGAN KEMBALI KE KLINIK
Ibu yang memakai implant dianjurkan kembali periksa bila ditemukan hal – hal sebagia berikut :
  1. Amenorea yang disertai nyeri perut bagian bawah
  2. Perdarahan yang banyak dara kemaluan
  3. Rasa nyeri pada lengan
  4. Luka bekas insisi mengeluarkan darah atau nanah
  5. Ekspulsi dari batang impalant
  6. Sakit kepala yang hebat atau penglihatan menjadi kabur
  7. Nyeri dada hebat
  8. Dugaan adanya kehamilan
2.16 RUMOR DAN FAKTA TENTANG KONTRASEPSI IMPLANT
  • Rumor             :Susuk dapat berpindah-pindah dalam tubuh klien
    fakta                :Susuk tidak akan berpindah pindah dari tempat insersinya, dan akan tetap berada di lokasinya sampai saatnya diangkat
  • Rumor             :P emasangan susuk atau implant sangat sakit
Fakta               :P rosedur pemasangan selalu disertai pemberian anastesi lokal sehingga tidak akan timbul rasa sakit yang hebat
  • Rumor             :Susuk akan terpasang secara permanen
Fakta               :Susuk dapat dicabut setiap saat,sedangkan jadwal penggantiannya sesuai dengan jenis implant yang digunakan.
  • Rumor             :Susuk/implant tidak perlu diganti
Fakta               :Susuk perlu diganti secara berkala sesuai jenis implant yang digunakan.

2.17     TINJAUAN MANAJEMEN
I. PENGKAJIAN
Pengkajian       : Untuk mengetahui siapa yang melakukan pengkajian, kapan waktunya, dilakukan dimana dan mulai masuk ke sarana kesehatan kapan.
Data Subyektif
  1. Biodata
Nama ibu/suami       : Untuk mengetahui identitas dan digunakan sebagai sapaan untuk komunikasi.
Umur ibu/suami        : Untuk mengetahui apakah umur ibu menjadi faktor predisposisi pemasangan kb implant.
Agama                      :  Untuk mengetahui kepercayaan klien terhadap agama yang dianutnya dan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah asuhan yang diberikan.
Alamat                     : Untuk mengetahui tempat tinggal klien, menilai lingkungannya bising/tidak, dekat ibu, dan dekat atau tidak dengan sarana kesehatan.
Suku/bangsa             : Untuk mengetahui asal suku daerah ibu atau suami, mengetahui adapt budayanya, memudahkan dalam berkomunikasi dengan bahasa daerah dalam menyampaikan KIE.
Pendidikan               : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu/suami sebagi dasar dalam memberikan KIE.
Pekerjaan                  : Untuk mengetahui aktifitas ibu di tempat kerja berkaitan dengan kemungkinan kenaikan tekanan darah.
  1. Alasan datang
Untuk mengetahui alasan pertama kali ibu datang ke sarana kesehatan.
  1. Keluhan utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu saat pengkajian berkaitan dengan pemasangan implant
  1. Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit akut seperti nyeri frontal, mual, muntah, nyeri perut hebat atau penyakit kronis seperti gagal ginjal, sakit TBC atau penykait keturunan seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, asma, dan jantung.
  1. Riwayat kesehatn sekarang
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit akut seperti nyeri frontal, mual, muntah, nyeri perut hebat atau penyakit kronis seperti gagal ginjal, sakit TBC atau penykait keturunan seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, asma, dan jantung.
  1. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah saudara pihak keluarga ibu atau suami ada yang pernah atau sedang menderita akut seperti nyeri frontal, mual, muntah, nyeri perut hebat atau penyakit kronis seperti gagal ginjal, sakit TBC atau penykait keturunan seperti tekanan darah tinggi, kencing manis, asma, dan jantung.
  1. Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan ibu, menikah berapa kali, lamnya men ikah, usia pertama kali menikah, termasuk resiko tinggi atau tidak pada wanita yang paling ideal menikah pertama kali usia > 20 tahun, dan hamil antara 20-35 tahun.
  1. Riwayat haid
Untuk mengetahui siklus haid teratur/tidak, banyaknya darah yang keluar, lamanya haid, disertai nyeri/tidak, keputihan berbau, gatal/tidak, lamanya, hari pertama haid terakhir kapan, untuk mengetahui fungsi alat reproduksi.
  1. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah hamil/bersalin dan apakah sebelumnya pernah hamil/bersalin dan adakah resiko atau penyulit dalam kehamilan, persalinan,nifas dan KB yang lalu. Bila ada dapat diantisipasi dengan segera oleh petugas kesehatan, sehingga komplikasi tidak terjadi.
10.  Pola kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui perbedaan pola kebisaan ibu sebelum dilakukan pemasangan alat kontrasepsi implant.
11.  Data Psikososial
Untuk mengetahui keadaan kejiwaan ibu yang mempengaruhi terhadap proses pemasangan kontrasepsi implant dan Untuk mengetahui hubungan ibu dengan suami, keluarga ataupun dengan orang lain.  ehubungan dengan peakaian kontrasepsi implant.
12.  Data spiritual
Untuk mengetahui kepercayaan ibu terhadap agama yang dianutnya dan mengenali hal-hal yang berkitan dengan masalah asuhan yang diberikan.
Data Obyektif
  1. Pemeriksaan Umum                :     Untuk mengetahui kesadaran ibu secara keseluruhan.
Kesadaran                         : Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu, composmentis, samnolen, spoor, koma.
Tekanan Darah                  : Untuk mengetahui tekanan darah ibu apakah mungkin menjadi kontraindikasi pemakaian kontrasepsi implant.
Suhu                                  : Untuk mengetahui temperatur suhu ibu.
Nadi                                  : Untuk mengetahui frekwensi deta jantung ibu/menit.
Pernafasan                         : Untuk mengetahui frekuensi pernafasan ibu/menit, iramanya regular/tidak.
BB                                     :           Untuk mengetahui ukuran BB ibu apakah mungkinmenjadi kontraindikasi pemasangan kontrasepsi Implant
  1. Pemeriksaan fisik
    1. Inspeksi
Wajah        : Untuk mengetahui ekspresi wajah ibu, anemi/tidak, oedema/tidak, bagaimana tingkat kelembapan kulit di wajah.
Mata          : Untuk mengetahui apakah konjungtiva ibu pucat/tidak (menandakan ada anemi atau tidak), sklera putih/kuning (menandakan ikterus).
Mulut        : Untuk mengetahui tingkat kelembapan sehubungan dengan tingkat ehidrasi, adanya stomatitis.
Leher         : Untuk mengetahui adanya hiperpigmentasi berkaitan dengan peningkatan kadar estrogen dan mungkin progesterone, pembesaran vena jugularis.
Mamae      : Untuk mengetahui apakah terdapat hiperpigmentasi karena pengaruh hormone melanosit, adakah kelainan pada putting susu, dan kebersihan di daerah sekitar mamae untuk menentukan rencana asuhan selanjutnya.
Abdomen  : Melihatnya adanya garis-garis di perut (strie), bekas jahitan luka operasi, panjangnya serta lokasinya.
Vulva        : Untuk mengetahui derajat kebersihannya, keluaran berupa darah lendir, adakah perdangan, varises, oedema, kondiloma akuminata, yang beresiko pada proses persalinan.
Perineum   : Untuk mengetahui derajat kebersihannya dan adanya bekas jahitan episiotomi.
Anus          : Untuk mengetahui derajat kebersihannya dan adakah pembesran vena didaerah anus.
Ekstremitas  : Untuk mengetahui kualitas pergerakan spontan atau (tangan) dan bawah (kaki), varises, oedema.
Integument   : Untuk mengetahui derajat dehidrasi, cicatrik, luka, ruam, dll
  1. Palpasi
Leher               :  Untuk mengetahui adakah kelainan berupa pembengkakan atau massa.
Payudara         : Untuk mengetahui adakah benjolan abnormal dan pengeluaran secret.
Abdomen        : Untuk mengetahui adakah kelainan organ hepar, ginjal, berupa pembengkakan dan apakah teraba massa serta adanya nyeri tekan.
  1. Auskultasi
Thoraks           : Untuk mengetahui irama intensitas suara kiri dan kanan.
  1. Perkusi
Untuk mengetahui reflek patella positif/negative.
  1. Pemeriksaan penunjang
Untuk membantu menegakkan diagnosa.
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA.MASALAH DAN KEBUTUHAN
Diagnosa         : Ny…usia .. tahun dengan akseptor baru KB implant
Ds                    : Ibu mengatakan ingin menggunakan KB susuk
Do                   : TTV   : untuk mengetahui kondisi ibu
Kebutuhan      : Kebutuhan ibu selama pemasangan kontrasepsi implant
III. IDENTIFIKASI MASALAH POTENSIAL
-
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
V.INTERVENSI
Dx       : Ny…. usia… tahun dengan akseptor baru Kb implant
Intervensi
  1. Jalin hubungan terapeutik antara petugas dan klien
R/ menciptakan rasa saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
  1. Anjurkan ibu mencuci lengan kirinya
R/ mencegah terjadinya infeksi karena bakteri
  1. Lakukan pemasangan implant (susuk) 2 kapsul secara sub-kutan di lengan kiri
R/ lengan kiri dominan tidak aktif beraktivitas
  1. Jelaskan pada ibu efek samping yang sering terjadi
R/ mengurangi kekhawatiran ibu tentang efek samping implant
  1. Beritahu ibu jika daerah pemasangan berwarna biru setelah 1 hari dipasang adalah normal dan tidak usah takut
R/ ibu tidak takut dan tidak cemas
  1. Beritahu ibu bahwa implant 2 kapsul masa pemakaiannya untuk 3 tahun
R/ antisipasi sebelum 3 tahun implant harus sudah dicabut
  1. Jelaskan pada ibu bahwa implant langsung bekerja setelah pemasangan
R/ ibu tahu kapan bisa memulai hubungan seksual
  1. Jelaskan pada ibu cara menjaga luka insisi
R/ menghindari infeksi dan ekspulsi pada kapsul
  1. Anjurkan ibu kontrol di bidan setelah 5 hari pemasangan
R/ memantau keadaan luka insisi
10.  Berikan ibu antibiotik dan analgesik
R/ mengurangi nyeri luka insisi
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal           :
Jam                  :
Dx       : Ny. … usia … tahun akseptor baru KB implant
  1. Menjalin hubungan terapeutik antara ibu dan petugas kesehatan dengan sapa, salam dan senyum
  2. Menganjurkan ibu mencuci lengan kirinya dengan sabun dan air dan keringkan dengan handuk
Jam : …..
  1. Melakukan pemasangan implant (susuk) 2 kapsul secara subkutan di lengan kiri
-          Meletakkan kain yang bersih dan kering di bawah lengan
-          Menentukan tempat pemasangan
-          Memastikan peralatan dan menyiapkan lidokoin
-          Mengusap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik
-          Melakukan penyuntikan anestesi 1-2cc lidokoin dan tunggu 2-3 menit
-          Membuat insisi dangkal di kulit sebar ± 2 mm
-          Memasukkan ujung trokar sampai batas tanda pertama
-          Mengeluarkan pendorong dan masukan kapsul
-          Masukkan kembali pendorong dan dorong sampai terasa ada tahanan
-          Menarik trokan dan pendorong bersama-sama sampai batas kedua dan belokkan ke sisi lain
-          Lakukan cara yang sama hingga kapsul kedua terpasang
-          Meraba kapsul dan menutup luka dengan plester dan kasa
Jam …….
  1. Menjelaskan pada ibu efek samping yang sering terjadi seperti pusing, BB bertambah dan haid tidak teratur
  2. Memberitahu ibu jika daerah pemasangan berwarna biru setelah 1 hari dipasang adalah normal dan tidak usah takut
  3. Memberitahu ibu bahwa implant 2 kapsul masa pemakaian untuk 3 tahun
  4. Menjelaskan pada ibu bahwa implant langsung bekerja setelah pemasangan
  5. Menjelaskan pada ibu cara menjaga luka insisi seperti luka tidak boleh kena air selama 1 minggu, jangan mengangkat benda-benda berat dulu.
  6. Anjurkan ibu kontrol di bidan setelah 5 hari pemasangan atau jika ibu mengalami  demam atau kapsul mencuat keluar
Jam …..
10.  Memberikan ibu antibiotik dan analgesik
VII. EVALUASI
Langkah ini sebagai pencegahan apakah rencana Asuhan tersebut efektif di dalam pendokumentasian,dapat ditetapkan dalam bentuk SOAP
S          : Data subyektif di ambil dari pasien.
O         : Data obyektif di ambil dari observasi.
A         : Kesimpulan keadaan Klien.
P          : Rencana untuk tindakan selanjutnya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal           : 10 JANUARI 2010
Jam                  : 09.30 WIB
  1. I. PENGKAJIAN
  1. Data Subjektif
  1. Biodata
Nama               : Ny. “S”                     Nama               : Tn. “A”
Umur               : 33 tahun                    Umur               : 38 tahun
Agama             : Islam                         Agama             : Islam
Pendidikan      : SD                             Pendidikan      : SD
Pekerjaan         : Wiraswasta                Pekerjaan         : Wiraswasta
Alamat            : Randuharjo               Alamat            : Randuharjo
  1. Alasan datang
Ibu mengatakan datang ingin mengikuti pemasangan gratis KB susuk
  1. Keluhan utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan apa-apa
  1. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti batuk tidak sembuh-sembuh, AIDS, penyakit kuning. Penyakit menurun seperti tekanan darah tinggi dan penyakit menahun seperti jantung.
  1. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan sekarang tidak sedang menderita penyakit menular seperti batuk tidak sembuh-sembuh, AIDS, penyakit kuning. Penyakit menurun seperti tekanan darah tinggi dan penyakit menahun seperti jantung.
  1. Riwayat perkawinan
Menikah                      : 1x
Lama                           : 13 tahun
Umur pertama nikah   : 20 tahun
Jumlah anak                : 3
  1. Riwayat haid
Menarche                    : 12 tahun
Siklus                          : 28 hari
Lama haid                   : 3 hari
Warna                          : merah
Bau                              : amis
Banyaknya                  : 1 kotek/hari
Fluor albus                  : kadang sebelum menstruasi
Dismenorhea               : -
  1. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu
No Kehamilan Persalinan Nifas KB
Anak ke Suami UK Penylt Penlg Jenis Penylt Penylt Penylt Metode
1 2
3
1 2
3
1 1
1
40-41 39-40
40-41
- -
-
Bidan Bidan
Bidan
Spontan Spontan
Spontan
- -
-
- -
-
- -
-
Suntik Pil
suntik
  1. Pola kebiasaan
Nutrisi       : – Makan 3x sehari dengan porsi sedang dengan komposisi nasi, sayur, lauk pauk
- Minum air putih 4-6 gelas/hari
Istirahat     : – Tidak biasa tidur siang
- Tidur malam ± 7 jam
Aktivitas   : – Ibu sehari-hari bekerja di toko dan melakukan pekerjaan rumah tangga seperti biasa
Higiene      : – Mandi 2x sehari, keramas 2 hari sekali dan ganti celana dalam tiap selesai mandi
Eliminasi   : – BAB 1x/hari
- BAK 4-6x/hari
  1. Data psikososial
Ibu tidak merasa ada paksaan ingin memakai KB ini dan hubungan ibu dan suami baik serta dengan tetangga sekitar.
  1. Data spiritual
Ibu mengatakan menjalankan ibadah sholat 5 waktu
  1. Data Objektif
  1. Pemeriksaan umum
K/u                  : baik
Kesadaran       : composmentis
TD                   : 100/70 mmHg
N                     : 84x/menit
RR                   : 20x/menit
BB                   : 45 kg
  1. Pemeriksaan fisik
  1. Inspeksi
Rambut        :  bersih, tidak rontok, penyebaran merata
Kepala          :  kulit kepala bersih, tidak terdapat bekas luka
Muka            :  simetris, tidak pucat, tidak oedem
Hidung         :  simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung
Mulut           :  tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada gigi palsu, ada caries pada gigi geraham bawah kanan-kiri : 2-2
Telinga         :  simetris, tidak ada serumen, tidak ada perdarahan
Leher            :  tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena jugularis
Dada            :  simetris, irama dan gerak nafas teratur, tidak ada retraks intercostae
Payudara      :  simetris, tidak ada benjolan abnormal
Abdomen     :  tidak ada bekas luka operasi, tidak ada striae
Genetalia      :  vulva bersih, tidak ada fluor albus, tidak oedem, anus tidak hemoroid
Ekstremitas
Atas              :  simetris, tidak odem, gerakan baik, jari lengkap
Bawah          :  simetris, tidak odem, gerak baik, jari lengkap
  1. Palpasi
Kepala          :  tidak teraba benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Leher            :  tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena jugularis
Payudara      :  tidak ada nyeri tekan
Abdomen     :  tidak teraba massa
Ekstremitas  :  tidak teraba oedem dan nyeri tekan
  1. Auskultasi
Dada            :  tidak terdengar bunyi nafas tambahan seperti wheezing, ronchi dan stridor
  1. Perkusi
Patella          : + / +
  1. II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN
Dx    : Ny. “S” usia 35 tahun dengan akseptor baru KB Implant
Ds     : -
Do    : K/u                  : baik
Kesadaran       : composmentis
TD                   : 100/70 mmHg
N                     : 84x/menit
RR                   : 20x/menit
BB                   : 46 kg
-          Palpasi abdomen : tidak teraba massa
Kebutuhan :
-          Konseling efek samping pemasangan
-          Perawatan luka insisi
  1. III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
-
  1. IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
-
  1. V. INTERVENSI
Tanggal           : 10 JANUARI 2010
Jam                  : 10.00 WIB
Dx          : Ny. “S” usia 35 tahun dengan akseptor baru KB implant
Tujuan    : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1×30 menit, diharapkan ibu bisa melewati post pemasangan implant tanpa adanya komplikasi
Kriteria Hasil :
-          Ibu mengerti dengan penjelasan petugas
-          Ibu kooperatif
-          Luka insisi tidak terjadi infeksi
-          Kapsul tidak ekspulsi
Intervensi
  1. Jalin hubungan terapeutik antara petugas dan klien
R/ menciptakan rasa saling percaya antara petugas kesehatan dan klien
  1. Anjurkan ibu mencuci lengan kirinya
R/ mencegah terjadinya infeksi karena bakteri
  1. Lakukan pemasangan implant (susuk) 2 kapsul secara sub-kutan di lengan kiri
R/ lengan kiri dominan tidak aktif beraktivitas
  1. Jelaskan pada ibu efek samping yang sering terjadi
R/ mengurangi kekhawatiran ibu tentang efek samping implant
  1. Beritahu ibu jika daerah pemasangan berwarna biru setelah 1 hari dipasang adalah normal dan tidak usah takut
R/ ibu tidak takut dan tidak cemas
  1. Beritahu ibu bahwa implant 2 kapsul masa pemakaiannya untuk 3 tahun
R/ antisipasi sebelum 3 tahun implant harus sudah dicabut
  1. Jelaskan pada ibu bahwa implant langsung bekerja setelah pemasangan
R/ ibu tahu kapan bisa memulai hubungan seksual
  1. Jelaskan pada ibu cara menjaga luka insisi
R/ menghindari infeksi dan ekspulsi pada kapsul
  1. Anjurkan ibu kontrol di bidan setelah 5 hari pemasangan
R/ memantau keadaan luka insisi
10.  Berikan ibu antibiotik dan analgesik
R/ mengurangi nyeri luka insisi
  1. VI. IMPLEMENTASI
Tanggal           : 10 JANUARI 2010
Jam                  : 10.15 WIB
Dx       : Ny. “S” usia 35 tahun akseptor baru KB implant
  1. Menjalin hubungan terapeutik antara ibu dan petugas kesehatan dengan sapa, salam dan senyum
  2. Menganjurkan ibu mencuci lengan kirinya dengan sabun dan air dan keringkan dengan handuk
Jam : 10.20 WIB
  1. Melakukan pemasangan implant (susuk) 2 kapsul secara subkutan di lengan kiri
-   Meletakkan kain yang bersih dan kering di bawah lengan
-   Menentukan tempat pemasangan
-   Memastikan peralatan dan menyiapkan lidokoin
-   Mengusap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik
-            Melakukan penyuntikan anestesi 1-2cc lidokoin dan tunggu 2-3 menit
-            Membuat insisi dangkal di kulit sebar ± 2 mm
-            Memasukkan ujung trokar sampai batas tanda pertama
-            Mengeluarkan pendorong dan masukan kapsul
-            Masukkan kembali pendorong dan dorong sampai terasa ada tahanan
-            Menarik trokan dan pendorong bersama-sama sampai batas kedua dan belokkan ke sisi lain
-            Lakukan cara yang sama hingga kapsul kedua terpasang
-            Meraba kapsul dan menutup luka dengan plester dan kasa
Jam 10.50 WIB
  1. Menjelaskan pada ibu efek samping yang sering terjadi seperti pusing, BB bertambah dan haid tidak teratur
  2. Memberitahu ibu jika daerah pemasangan berwarna biru setelah 1 hari dipasang adalah normal dan tidak usah takut
  3. Memberitahu ibu bahwa implant 2 kapsul masa pemakaian untuk 3 tahun
  4. Menjelaskan pada ibu bahwa implant langsung bekerja setelah pemasangan
  5. Menjelaskan pada ibu cara menjaga luka insisi seperti luka tidak boleh kena air selama 1 minggu, jangan mengangkat benda-benda berat dulu.
  6. Anjurkan ibu kontrol di bidan setelah 5 hari pemasangan atau jika ibu mengalami  demam atau kapsul mencuat keluar
Jam 11.00 WIB
10.  Memberikan ibu antibiotik dan analgesik
  1. VII. EVALUASI
Tanggal           :10 JANUARI 2010
Jam                  : 11.00 WIB
Dx    : Ny. “S” usia 35 tahun dengan akseptor baru KB implant
S       : – Ibu mengatakan merasa nyeri sedikit dan terasa ada ganjalan di lengan kirinya
- Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan petugas
O      : – Ibu mampu mengulang penjelasan tentang cara merawat luka bekas insisi
- Ibu mengerti kapan ia harus datang kontrol di bidan
A      : Ny. “S” usia 35 tahun dengan akseptor baru KB implant
P       : – Anjurkan ibu menjaga luka insisi agar tetap kering
- Anjurkan ibu kontrol ke bidan 5 hari setelah pemasangan yaitu tanggal 30 Juni 2009 atau jika ibu mengalami demam atau kapsul mencuat keluar
- Berikan terapi antibiotik dan analgesik
























BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada  Ny”S” umur 35 tahun dengan akseptor baru KB implant. Selama  1×24 jam dan membandingkan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan.
Pengumpulan data yang telah dilakukan dalam mengkaji data dari pasien tidak mengalami kesulitan. Data subyektif dan obyektif semua dapat dikaji sesuai dengan konsep asuhan kebidanan. Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ditemukan kesenjangan.
Diagnosa dan masalah ditentukan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang diperoleh saat pengkajian data. Dalam hal ini tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.
Pada tahap perencanaan semua intervensi pada tinjauan teori dapat dilakukan pada tinjauan kasus tanpa ada hambatan. Sehingga dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan, karena sudah terjadi interaksi saling percaya sehingga terjalin kerjasama yang baik antara nakes, klien dan keluarga. Pelaksanaan intervensi terhadap klien dapat dilakukan semua pada tinjauan teori dan tinjauan kasus. Dan didukung juga dengan adanya sarana dan prasarana ynag tersedia dan memungkinkan untuk melakukan asuhan kebidanan sesuai intervensi.
Evaluasi dari asuhan kebidanan pada ibu yang melakukan pemasangan KB impalant, tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Jadi tidak ada hal-hal yang perlu dikhawatirkan










BAB V
PENUTUP

5.1       KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus pada Ny”S” usia 35 tahun dengan akseptor baru KB implant. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam melakukan asuhan kebidanan dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam mengkaji data, dignosa, dan masalah yang dialami klien, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Dari pengkajian tersebut, tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus, sehingga tidak ada hal-hal yang perlu dikhawatirkan, karena ibu dan janin baik-baik saja. Tidak ditemukan kelainan atau penyulit pada keduanya serta tidak ada komplikasi.
5.2 SARAN
  1. Sebagai institusi sebaiknya menyediakan buku-buku yang lebih banyak tentang KB implant
  2. Pada lahan praktek lebih ditingkatkan mutu pelayanannya dan semua tindakan yang dilakukan didokumentasikan.
  3. Para mahasiswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik antara petugas kesehatan, pasien sehingga terjalin kepercayaan dalam melakuakan tindakan.
  4. Sebagai pasien, hendaknya lebih terbuka lagi dalam memberikan informasi dan mengungkapkan keluhan yang dirasakan.
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, hanafi.2004.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta:Muliasari
Mansjoer,arif.2001.Kapitaselekta kedokteran.Jakarta:Media AesculapiusnFKUI
Prawirihardjo,sarwono.2003.Buku Panduan Praktis Pelayanan
kontrasepsi.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo Sarwono
Read More --►

Senin, 25 April 2011

TINGKAH LAKU PROSOSIAL


TINGKAH LAKU PROSOSIAL
A.    Tingkah Laku Altruistik
Perlaku prososial : tindakan yang menguntungkan orang lain tetapi tidak memberikan keuntungan yang nyata bagi orang yang melakukan tindakan tersebut.
Altruisme adalah tingkah laku yang merefleksikan pertimbangan untuk tidak mementingkan diri sendiri demi kebaikan orang lain.

B.     Model Pengambilan Keputusan Untuk Membantu Orang Lain
Ø  Menyadari Adanya Situasi Darurat.
Situasi darurat tidak dapat terjadi menurut jadwal, jadi tidak ada cara untuk mengantisipasi kapan, dimana masalah yang tidak diharapkan akan terjadi.
Darley dan Boston menyatakan bahwa ketika seseorang dipenuhi rasa kekhawatiran-kekhawatiran pribadi, maka tingkah laku prososial cenderung tidak akan terjadi.
Ø  Menginterprestasikan Keadaan Sebagai Situasi Darurat.
Menurut Macrae & Milne, biasanya bystander akan lebih baik mengasumsikan informasi mengenai yang sedang terjadi dengan penjelasan yang bersifat rutin dan sehari-hari daripada yang sifatnya tidak biasa atau aneh.
Ø  Mengasumsikan Bahwa Adalah Tanggung Jawabnya Untuk Menolong.
Tingkah laku prososial akan dilakukan hanya jika bystander tersebut mengambil tanggung jawab untuk menolong. Misalnya polisi adalah mereka yang harus melakukan sesuatu terhadap kejahatan.
Ø  Mengetahui Apa Yang Harus Dilakukan.
Bystander yang sedang berada pada situasi darurat, harus mempertimbangkan apakah ia tahu tentang cara menolong orang yang berada pada situasi darurat tersebut.
Ø  Mengambil Keputusan Terakhir untuk Menolong.
Pertolongan pada tahap akhir ini dapat dihambat oleh rasa takut terhadap adanya konsekuensi negative yang potensial. Perilaku menolong mungkin tidak akan muncul karena biaya potensialnya dinilai terlalu tinggi, kecuali jika orang memiliki motivasi yang luar biasa besar untuk membantu.

C.     Pengaruh Pribadi Dalam Tingkah Laku Prososial
Faktor-faktor pengaruh kemungkinan bystander menolong atau tidak, yaitu :
1.      Menolong Orang Yang Disukai.
2.      Atribusi Menyangkut Tanggung Jawab Korban.
3.      Model-model Prososial: Kekuatan dari Contoh Positif.


D.    Pencarian dan Penerimaan Bantuan
·         Meminta Pertolongan, Cara yang langsung dan paling efektif bagi seorang korban untuk mengurangi ambiguitas adalah untuk meminta pertolongan dengan jelas. Namun tampaknya jelas dan mudah untuk meminta pertolongan, tetapi mereka yang membutuhkan sering kali tidak dapat melakukannya karena berbagai alasan.
·         Menerima Pertolongan, Dapat menurunkan self-esteem seseorang terutama jika penolong adalah teman atau seseorang yang sama dengan si penerima pertolongan dari segi usia, pendidikan, dan karakteristik lainnya.
Membentuk Perilaku Prososial
Orang tua atau guru yang mengasuh anak dengan menggunakan penjelasan dan diskusi serta pertimbangan agar anak dapat mengerti mengapa ia diharapkan berkelakuan tertentu merupakan pola asuh yang menunjang terwujudnya perilaku prososial.
Yang perlu diperhatikan bahwa anak berperilaku mempunyai kecenderungan untuk meniru dan terutama perilaku orang tua atau guru harus memberikan contoh yang mencerminkan perilaku prososial pula.
PERPEDAAN TINGKAT PERILAKU PROSOSIAL REMAJA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN
Pada dasarnya manusia adalah makhluk social, manusia tidak dapat hidup sendiri, selalu terjadi saling ketergantungan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya dan untuk mempertahankan kebersamaan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup, manusia perlu mengembangkan sikap kooperatif serta sikap untuk berperilaku menolong terhadap sesamanya atau yang sering disebut sebagai perilaku prososial.
Perilaku prososial adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain yang memberikan konsekuensi positif bagi penerima tanpa memperhatikan motif-motif si penolong.
Jenis kelamin adalah istilah yang membedakan antara laki-laki dan perempuan secara biologis, dan dibawa sejak lahir dengan sejumlah sifat yang diterima orang sebagai karakteristik laki-laki dan perempuan.
Peranan Orang Tua Dalam Membentuk Perilaku Prososial Remaja
Ada tiga peran orang tua atau keluarga  yang sangat berpengaruh dalam pembentukan perilaku prososial remaja yaitu :
·         Peran sosialisasi
·         Peran edukasi, dan
·         Peran religi
Adapun bentuk-bentuk perilaku prososial tersebut antara lain : Berbagi, bekerjasama, menolong, jujur, menyumbang, dan merawat.
Perilaku prososial mempunyai konsekuensi social positif yang ditunjukkan bagi kesejahteraan sosial ( social welfare ).
Bentuk-bentuk dari kesejahteraan sosial yang merupakan hasil dari perilaku prososial remaja tersebut antara lain terciptanya kerukunan, interaksi yang baik antar warga, erat persaudaraan, dan tidak adanya diskriminasi dalam masyarakat.
E.     Menuju Masyarakat Prososial
Adapun karakteristik kepribadian bystander yang dapat mendorong tingkah laku prososial, yakni:
1.      Empati
Individu yang menolong memiliki rasa  empati yang tinggi daripada mereka yang tidak menolong.
2.      Komponen kognitif
3.      Kebutuhan untuk Disetujui
4.      Kepercayaan Interpersonal
Individu yang memiliki kepecayaan  interpersonal yang tinggi akan terlibat dalam lebih banyak tingkah laku prososial daripada individu yang tidak mempercayai orang lain.
5.      Emosi yang positif
6.      Sosialibilitas dan keramahan
7.      Tidak agresif
8.      Percaya akan dunia yang adil
Individu yang menolong memper sepsikan dunia sebagai tempat yang adil dan percaya bahwa tingkah laku yang baik diberi imbalan (reward) dan tingkah laku yang buruk diberi hukuman  (punishment).
9.      Tanggung jawab sosial
Individu yang menolong mengekspresikan kepercayaan bahwa setiap orang bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik untuk menolong orang yang membutuhkan.
10.  Locus of Control Internal
Kepercayaan individual dimana individu dapat memilih  untuk bertingkah laku dalam cara memaksimalkan hasil akhir yang baik dan meminimalkan yang buruk. orang yang monolong mempunyai locus of control internal yang tinggi.
11.  Tidak Adanya Egosentris
Individu yang menolong memiliki sifat egosentris yang rendah.
12.  Generativitas atau Komitmen pada Diri Sendiri
13.  Bukan Machiavellian
Dimana individu tidak merujuk pada orang-orang yang dikarakteristikkan oleh ketidakpercayaan, sinisme, egosentris, dan kecenderungan untuk memanipulasi orang lain. Orang yang Machiavellianism ini cenderung untuk tidak dapat menunjukkan perilaku prososial.
14.  Kesediaan untuk Bertindak

PERILAKU AGRESIF
Tindakan kejahatan kekerasan yang terus meningkat ini merupakan contoh dari perilaku agresif yaitu perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain ( Myers, 1996 ).
Agresif adalah salah satu naluri dasar manusia yaitu naluri untuk mati (thanatos/death instinct) yang bertujuan untuk mempertahankan jenisnya (survival) (Freud, 1930-1963 ).
Perilaku agresif terutama berasal dari insting berkelahi (fighting instinct) yang diwariskan (inherited) untuk memastikan bahwa hanya pria yang terkuat yang akan mendapatkan pasangan dan mewariskan gen mereka pada generasi berikutnya (Lorenz, 1974).
Bentuk dari thanatos/death instinct ini adalah naluri agresif yang menyebabkan seseorang ingin menyerang orang lain, berkelahi, berperang, atau marah.
Perilaku agresif ini dapat terjadi karena factor disposisi/kepribadian (nature) dan factor situasional (nurture). Kritik yang banyak bermunculan terhadap pendukung teori nature menunjukkan bahwa kelompok teori ini belum dapat menjelaskan dengan tepat pengaruh factor disposisi/kepribadian terhadap perilaku agresif. Kekurangan dari teori ini adalah tidak memperhatikan keanekaragaman yang terdapat pada tiap individu yang disebabkan oleh factor lingkungan.
Melihat banyaknya kritik yang bermunculan, para ahli psikologi lainnya berusaha untuk menjelaskan perilaku agresif dari sudut pandang yang berbeda yaitu berdasarkan faktor situasional (nurture). Salah satu teori yang muncul adalah teori social learning perspective (e.g.,Bandura, 1997) yang berawal dari sebuah ide bahwa manusia tidak lahir dengan sejumlah respons-respons agresif tetapi mereka harus memperoleh respons ini dengan cara mengalaminya secara langsung (direct experience) atau dengan mengobservasi tingkah laku manusia lainnya (Anderson & Bushman, 2001 ; Bushman & Anderson, 2002).
Teori social learning perspective berusaha menjelaskan bahwa kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif tergantung pada banyak faktor situasional, yaitu pengalaman masa lalu orang tersebut, rewards yang diasosiasikan dengan tindakan agresif pada masa lalu atau saat ini, dan sikap serta nilai yang membentuk pemikiran orang tersebut mengenai perilaku agresif.

Proses-proses belajar sosial yang dapat menimbulkan perilaku agresif, yaitu :
1.      Classical conditioning. Perilau agresif terjadi karena adanya proses smengasosiasikan suatu stimulus dengan stimulus lainnya.
2.      Operant Conditioning. Perilaku agresif terjadi akibat adanya reward yang diperoleh setelah melakukan perilaku agresif tersebut.
3.      Modeling ( Meniru ). Perilaku agresif terjadi karena seseorang meniru seseorang yang ia kagumi.
4.      Observational Learning. Perilaku agresif terjadi karena seseorang mengobservasi individu lain melakukannya baik secara langsung maupun tidak langsung.
5.      Social Comparison. Perilaku agresif terjadi karena seseorang membandingkan dirinya dengan kelompok atau orang lain yang disukai.
6.      Learning by Experience. Perilaku agresif terjadi karena pengalaman masa lalu yang dimiliki oleh orang tersebut.

Nature VS Nurture
Individu yang tidak mempunyai sifat agresif cenderung akan menampilkan perilaku agresif jika ia telah mempelajarinya dari lingkungannya. Sebaliknya, individu yang mempunyai sifat agresif cenderung tidak akan menampilkan perilaku agresif jika lingkungannya tidak mendukung atau mengajarinya berperilaku agresif.
Selain itu, penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa pada hewan yang lebih rendah, banyak respons yang selama ini dianggap instinctive murni ternyata sebenarnya adalah respons yang dipelajari. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif lebih merupakan perilaku yang dipelajari dari lingkungan (nurture) daripada perilaku yang diwariskan (nature).
Read More --►